Sometimes I wonder, what if? What if I'm not in this place? What if I'm just a normal student that's scared of you? What if… what if I never have the courage to step into this team?
Ketika Hujan Tiba
One-Shot
Disclaimer: ES21 story was made by Riichiro Inagaki and illustrated by Yusuke Murata.
'Wah, gerimis. Bagaimana caranya pulang ya kalau begini…' desah Mamori pelan. Pagi tadi, Mamori meninggalkan payungnya di rumah. Bagaimana tidak? Pagi tadi sangat terik dan tidak terbayang akan hujan.
'Ke ke ke. Takut hujan, Manajer Sialan?'
Tawa itu, suara itu, umpatan itu. 'Hiruma! Aku tak mau sakit sebelum pertandingan persahabatan dengan Oujou lusa!'
'Ke ke ke. Tidak usah marah begitu Manajer Sialan. Di lemari penyimpanan ada payung. Sana pulang.'
'Oh. Oke. Thanks, Hiruma.'
Mamori membuka payung berwarna hitam itu dengan cepat begitu ia keluar dari ruang klub. Hujannya sudah bertambah deras. Mamori mendesah dan berlari pulang. Yang ia tidak tahu, Hiruma mengamati Mamori dari jendela ruang klub dan membatin, 'cih, harusnya aku tadi bawa 2 payung saja. Dasar Manajer Sialan…'
Malam berlalu dan berganti pagi. Sayangnya, hujan masih belum reda. Mamori baru saja akan mengambil payung merahnya ketika ia melihat payung hitam Hiruma. 'Hiruma… kira-kira kemarin dia bawa payung lain tidak ya?'
Sesampainya di sekolah, Mamori berbelok ke arah ruang klub untuk mengembalikan payung hitam yang kemarin ia pinjam. Ketika ia membuka pintu, tiba-tiba terdengar suara bersin. 'Hachu! Hachu! Ugh, sial. Hatchiiim! Flu Sialan!'
Mamori terpaku selama beberapa detik di depan pintu. 'Hiruma?' ia mencoba memanggil.
'Manajer Sialan, kau sudah datang?' kata Hiruma sambil menggaruk pelan hidungnnya yang gatal.
'Hiruma, kau sakit?' Mamori mulai panik.
'Cih, bukan masalah besar. Flu sial ini akan hilang besok.'
Mamori terdiam, merasa bersalah. 'Yakin kau tidak akan kenapa-napa?'
'Tidak usah cerewet Manajer Sialan. Nanti juga sembuh.'
Mamori baru akan memprotes ketika Hiruma berkata, 'Manajer Sialan, kau tidak sakit kan?'
Mamori menggeleng dan Hiruma terkekeh, 'ke ke ke, baguslah.'
Mamori dapat merasakan pipinya memanas. Ia berlari ke arah pintu keluar dan hendak beranjak pergi. Ia terdiam sebentar dan berguman, 'cepat sembuh, Hiruma.'
Hiruma pun tersenyum dalam diam sembari Mamori meninggalkan ruangan.
-Fin.
