Neverland
By Rei Iwasaki
DN isn't mine. It belongs to TO2
Warning: Everything can be warn, about the typo, the weird story, the OCCnes and other more.
Summary: Katakan ini sebuah mimpi. Bukan, ini bukan sebuah mimpi. Pulau itu benar-benar ada. Tapi sayang tidak seindah yang diceritakan dalam dongeng. Itu dibuat untuk menampung para kriminal paling jahat di dunia. Tempat ajal kedua bagimu.
Genre: Crime/ Suspense
Rate: T
Chapter 1:
.
.
.
Neverland.
You can never see it.
You can never touch it.
You never hear it.
You can never smell it.
You can never be there.
So it isn't real right?
But what if someone has seen it before, live in there?
And it is a reality that you must believe for it.
Cause something in there is watching the outside world to...
... break into pieces.
.
.
.
Sebuah keributan telah melanda sebuah kapal pesiar mewah yang berasal dari Inggris menuju Amerika. Ada sekelompok kriminal yang menyelinap di kapal pesiar itu. Apalagi yang mereka inginkan kalau bukan harta kekayaan sang konglomerat yang ada di sana?
"Jangan biarkan mereka lari dari sini!" perintah sang kepala keamanan yang ada di sana.
Semuanya polisi itu dengan cepat berpencar dan mencari para kriminal itu. Tapi sayangnya mereka tidak menemukan apapun. Tidak satupun komplotan yang berhasil mereka tangkap.
Dengan mudahnya para kelompok kriminal itu mendapatkan apa yang mereka inginkan dan juga membunuh beberapa orang yang tidak mematuhi perkataan mereka.
Polisi yang memang ditugaskan di kapal pesiar mewah itu kewalahan sekali melawan mereka, sampai-sampai mereka dengan mudahnya lari seperti keadaan sekarang.
Salah satu polisi di sana yang berambut coklat caramel, masih belum menyerah seperti yang lainnya. Dia masih mencari dengan gesit dan matanya sangat cermat melihat tipu muslihat yang mungkin saja digunakan para pencuri itu.
Matanya melihat ke atas. Dia mendapati ada yang aneh dengan saluran udara yang ada di atasnya. Penutup saluran udara itu tidak tertutup dengan baik dan bisa terlihat sedikit lecet yang mungkin terjadi ketika ada seseorang yang memaksa membukanya.
Dia menembaki penutup saluran itu. Penutup itu terpental masuk ke dalam badan saluran udara tersebut. Sang polisi itu dengan cepat melompat dan memegang lantai saluran udara itu dan mengangkat badannya masuk ke dalam.
Dia mempertajam pendengarannya, lalu dia mendengar seperti suara gesekan gerak yang terjadi pada besi-besi saluran udara itu. Dia mengikutinya dengan hati-hati dan tidak menimbulkan suara yang mencurigakan dan membuyarkan suara yang di dengarnya.
Cukup lama dia menyelusuri saluran udara itu, dia berakhir pada sebuah jalan buntu. Dia tidak merasa dia melakukan kesalahan dalam mendengar suara itu. Dia yakin inilah tempat yang dilewati oleh mereka.
Dia lalu menegahkan kepalanya ke atas, dia menemukan sebuah penutup udara lagi yang berukuran lebih besar. Penutup itu mempunyai tanda lecet seperti yang sebelumnya. Polisi itu tersenyum melihat keahlian yang selama ini diasahnya tidak sia-sia.
Dia membuka penutup itu dengan hati-hati, tidak dengan cara kasar seperti sebelumnya. Siapa tahu saja para komplotan itu ada di atasnya, bukan? Berhati-hati adalah hal yang baik.
Dia dengan cepat naik ke sana dan mengeluarkan pistol miliknya. Dia sedang dalam posisi bersiaga menghadapai musuhnya.
Dia kini berada di lantai teratas dari kapal pesiar itu dimana para penumpang bisa merasakan sepoi angin malam dan langit indah yang dihiasi oleh bintang-bintang, awan dan bulan yang indah. Dia mulai merilekskan tubuhnya saat tidak ada siapa-siapa di sana, tapi sepertinya itu sebuah kesalahan karena...
... sebuah peluru tiba-tiba melesat dari arah atas mengenai bahu kanannya.
Polisi itu terjatuh berlutut di lantai beton itu. Perhatiannya dilaihkan pada arah datangnya peluru itu.
1 orang , ah tidak, mungkin 6 orang. Bukan! Lebih banyak dari itu. 9 orang. Tidak! 12 orang sedang memandangnya dengan tatapan beringas dan pistol menyeramkan yang diarahkan padanya. Ke 12 orang itu sedang berdiri pada tiang layar dari kapal tersebut.
Dia berdiri dan mengarahkan senjatanya pada pencuri tersebut. Dia segera menarik pelatuk pistolnya dan peluru meleset dari sana.
Orang yang menjadi sasarannya sama sekali tidak terkena. Dia menghidar dengan meloncat turun dari tiang layar yang sangat tinggi itu tanpa terluka sedikitpun.
Polisi itu kembali menembak. Pencuri itu dengan sigap menghindari lagi. Dia berlari dengan kencang dan menghantam sang polisi dengan sebuah pisau yang sudah tersedia di tangan kanannya.
Pisau itu tertusuk pada perut sang polisi. Darah yang sangat banyak tentu saja mengucur di sana. Tubuh polisi itu mulai lemas, dia tidak bisa menggerakannya sama sekali. Matanya mulai berkunang-kunang juga.
Walaupun keadaannya sudah kacau, dia masih bisa merasakan pencuri itu menyeret tubuhnya dengan tidak berperikemanusiaan.
Tubuhnya menghantam tiang pagar yang menghalangi orang utnuk jatuh ke dalam laut yang dalam. Pencuri itu lalu perlahan mengangkat badannnya dan terakhir yang bisa dirasakannya adalah...
... tubuhnya mengapung di udara dan lalu terjun masuk ke dalam laut. Dia tenggelam dan mungkin saja nyawanya sudah tidak bisa diselamatkan.
.
.
.
Dia mendengar suara ribut-ribut yang ada di sekelilingnya. Tunggu, suara itu begitu nayata. Dia belum mati dan masuk ke surga, bukan?
Dia mulai mengerjapkan matanya. Dia beranjak dari tempat tidur itu.
Sontak yang membuat keribuatan itu diam dan mengalihkan perhatian mereka pada dirinya.
"Wah, rupanya tamu yang tidak diundang milik kita sudah terbangun," ucap salah satu dari mereka. Dia berambut pirang sebahu dan perlu kujelaskan, dia itu laki-laki! Jangan tertipu dengan penampilannya, kawan.
Salah seorang yang ada di samping orang yang berbicara itu memukul kepala orang yang asal bicara itu."Kau akan menakutinya jika berkata, begitu," ucap seorang perempuan berambut coklat yang berikal dua.
"Heh, dia itu sudah besar. Tidak mungkin dia takut apalagi dia baru saja mengalami sesuatu yang hampir membuatnya mati. Hal seperti itu tidak akan membuatnya takut," ucap yang lainnya, seorang laki-laki berambut hitam.
Mendengar perkataan orang yang terakhir, sontak saja dia mengalihkan pandangannya menuju bahu kanannya yang kini tertutupi perban.
"Nah, anak tak diundang. Bisakah kau menjelaskan siapa dirimu dan kenapa kau bsia sampai seperti begitu? Gara-gara kau, kami tidak jadi berpesta," ucap laki-laki yang berambut hitam.
"Sebelum itu, siapa kalian? Dimana ini?" tanyanya sang polisi.
"Hah, tamu kita yang satu ini tidak tahu sopan santun,ya? Kami adalah tuan rumah, jadi kau harus mematuhi apa yang kami katakan. Kau adalah orang yang menumpang. Seharusnya kaulah yang pertama memperkenalkan diri," ucap laki-laki berambut pirang sambil menodongkan pistol ke dahi sang polisi.
Sang polisi meraba-raba saku celananya. Sepertinya pistol miliknya masih ada di sana dan belum tersapu masuk ke dalam laut. Dia lalu mengambilnya dan mengarahkannya pada leher laki-laki itu.
"Ow, ternyata kau tamu spesial,ya? Kalau begitu kita juga harus memberikan penyambutan yang spesial." Laki-laki itu menyentikan jarinya. Kedua temannya lalu mengambil pistol dan mengarahkan pada sang polisi.
"Turunkan senjatamu atau kami akan menembakmu. Kau kalah jumlah kawan," ucap laki-laki berambut hitam.
Sang polisi mendecak kesal dan menuruti perkataan laki-laki itu. "Light Yagami. Anak kepala polisi di Inggris."
"Hahaha... kenapa kita malah mendapatkan tangkapan besar seperti ini? Memangnya aku baru mimpi apa kemari? Mungkin kita bisa menggunakannya." Laki-laki berambut pirang itu ketawa tidak jelas padahal tidak ada yang lucu.
"Aku sudah memperkenalkan diriku. Tidak bisakah kalian memperkenalkan diri kalian?" tanya Light dengan penuh penekanan.
Laki-laki berambut pirang itu berusaha menghentikan ketawanya untuk menjawab Light. "Miheal Keehl, or Mello. Aku tidak perlu menjelaskan siapa aku karena kau pasti sudah sangat mengenalku," ucapnya sambil menyeringai.
"Kenapa bis-" ucapannya terpotong oleh perkataan laki-laki berambut hitam.
"Sebentar saja kagetnya, ya? Kau akan sama kagetnya ketika mendengar siapa aku dan dia yang sebenarnya," ucapnya sambil menyeringai dan menunjukkan perempuan yang berdiri tak jauh dari dirinya.
"Karena kau tahu ada pepatah ladies first, maka kupersilahkan kau untuk mengatakannya terlebih dahulu," ucap sang laki-laki berambut hitam.
Sang perempuan mendengus. "Bilang saja kau ingin sangat mengagetkannya dengan perkataanmu."
"Linda from Mexico. Kau pasti tidak terlalu mengenalku karena namaku sedikit pasaran. Tapi setelah mendengarkan profesiku kau pasti akan tahu," ucap Linda.
"Pelukis handal yang katanya bisa membuat apa yang dilukisnya menjadi nyata. Padahal aku hanya menggunakan cara yang unik untuk mendapat inspirasi. Kenapa mereka sampai menjulukiku seperti itu?" Itu bukan pertanyaan. Tapi sebuah pernyataan yang dikatakan dengan senyuman manis yang penuh tipuan.
Seperti sebelumnya, Light menjadi ingin bertanya dan menunjukkan raut wajah kebingungan. Tapi ditahannya. Masih ada kejutan lain yang menunggu.
"BB, Beyond Birthday," ucapnya dengan sebuah seringai tentunya. Sama dengan yang lainnya.
"Tunggu! Kalian jangan berani membohongiku! Itu adalah tipuan yang sangat tidak bermutu! Sebuah kriminal berbahaya itu sudah mati!" seru Light.
Mello semakin mendekatkan pistol yang dipegangnya itu pada dahi Light. "Kami mati? Yang benar saja. Jika memang,ya, maka kau juga harus ikut mati dengan kami."
Hampir saja Mello meloloskan peluru miliknya, sebelum suara hantaman pintu yang terbuka mengalihkan perhatiannya.
"Hentikan! Jika kita tidak mengembalikannya dengan hidup-hidup, maka kemungkinan polisi itu akan membuat kita susah lagi!" seru orang yang tiba-tiba masuk itu.
Light membelakkan matanya ketika mengenal –ralat- dia sangat mengenal orang itu. "M-mail?"
"Mail! Kenapa kau bisa ada di sini? kami sudah mencarimu terus-menerus. Kau hilang seperti ditelan bumi. Kenapa kau bisa ada di sini? Mereka pasti memaksamu untuk ditinggal di sini!" ucap Light dengan suara lantang.
"Aku bukan Mail Yagami. Dia sudah mati. Yang ada sekarang adalah Mail Jeevas. Seorang yang menjadi buronan bagi semua polisi yang ada di dunia. Dan jangan harap ini adalah sebuah bentuk untuk menyelamatkamu. Kami hanya tidak ingin mencari gara-gara dengan kepala polisi Inggris karena telah membunuh anak kesayangannya," ucap laki-laki berambut merah itu.
"Oh, ya. Aku ingin tertawa saat mendengar perkataanmu yang terakhir. Kau bilang kami memaksanya tinggal di sini? Jawabannya tidak! Kami semua dipaksa untuk tinggal di sini oleh orang-orang seperti dirimu! Yang selalu mengumbar-ngumbar keadilan tidak masuk akal!" seru Beyond.
"Beyond! Hentikan mengatakan hal yang tidak berguna. Dia tidak perlu mengetahui semua itu. sebentar lagi sistem di sini akan kembali stabil dan kita akan segera mengembalikannya. Untuk sementara ini kita akan mengurungnya di sel bawah tanah," ucap Matt.
"Seharusnya kita membunuhnya dan mengeluguti semua isi tubuhnya! Dia itu tamu istimewa yang datang ke sini agar kita bisa melampiskan kekesalan dan dendam kita!" seru Beyond tidak setuju dengan perkataan Matt.
Matt memandangnya dengan sinis. "Perintah langsung dari dia. Jika kau tidak mematuhinya, kau tahu apa yang akan diperbuatnya padamu."
Sontak saja Beyond bungkam dan mendecak kesal.
"Linda. Kuharap kau bersedia untuk meluangkan waktumu untuk mengantarnya ke sel bawah tanah," perintah Matt.
"Baik," ucap Linda.
"Dan kau, kuharap kau kembali ke tempatmu dan tidak membuat kekacauan untuk sementara waktu," perintah Matt pada Beyond.
Beyond keluar dari ruangan itu dengan cepat. Dia tidak ingin berhadapan dengan orang menjengkelkan yang terus saja mengatur dan tidak memberinya kebebasan.
"Mello, lepaskan pistolmu dari dahinya. Linda akan kesusahan untuk memasang borgol pada kedua tangannya," nasihat Matt pada Mello.
Mello melakukannya dan Linda langsung saja melakukan tugasnya dan mengiring Light untuk menuju ke sel bawah tanah.
Kini yang ada di ruangan itu hanya Matt dan Mello saja.
Matt berjalan mendekati Mello. "Dia tidak melukai leher indahmu,kan?" tanyanya sambil memegang leher Mello.
"Ck, kemana Matt yang dingin tadi? Kenapa tiba-tiba menjadi tukang mencari perhatian dan kekanak-kanakan?" hina Mello.
"Hidup karena sebuah tuntutan. Dan mati kembali jika bersamamu," ucap Matt.
Tanpa menunggu reaksi Mello, Matt mencium Mello dalam ciuman yang lama dan juga damai.
.
.
.
Katakan ini sebuah mimpi. Katakan ini sebuah mimpi. Mimpi yang indah yang membuatku tidak ingin untuk bangun dan mengahadapi kenyataan pahit yang sedang kualami.
.
.
.
Linda sambil membuka borgol yang ada di kedua tangan Light. Dia lalu menyerahkan sebuah mantel bulu pada Light."Sebaiknya kau pakai ini dulu. Kau bisa mati kedinginan sebelum kubawa ke sel bawah tanah," perintah Linda pada Light.
"Tempat apa ini sebenarnya? Kenapa kriminal-kriminal yang sudah dianggap mati semua ada di sini?" tanya Light sambil memakai mantel pemberian Linda.
"Jika aku memberitahukannya, aku pasti akan dibunuh," ucap Linda sambil memasang kembali borgol itu.
"Lagipula kau tidak perlu mengetahuinya. Setelah mesin di sini menjadi stabil, maka kau akan dikirim kembali ke duniamu. Tetapi sebelum itu ingatanmu akan dihapus. Jadi, tidak ada gunanya kau megetahui tempat apa ini."Linda mulai mengiring Light untuk berjalan kembali.
"Kau hanya perlu bertahan hidup saja untuk saat ini. Kau adalah polisi, kau yang dibenci oleh semua kriminal apapun. Kau hanya perlu menutup identitasmu, tidak berbicara apapun dan berdiam diri di sel bawah tanah," ucap Linda sambil melambaikan tangannya pada setiap orang yang ditemuinya.
"Siapa dia? Kiriman baru dari pemerintah?" tanya seorang yang secara tak senagaja bertemu pandang dengan Linda.
"Hmm... mungkin. Oh, ya. tolong kabarkan pada yang lain untuk tidak menyentuhnya karena dia adalah milik bos," jawab Linda.
Orang itu sedikit menampakkan wajah pucat, mengangguk mengerti dan segera pergi dari hadapan Linda dan juga Light.
Mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan. Orang-orang yang tadinya cukup banyak berlalu- lalang di sekitar mereka, mulai perlahan manjaga jarak. Sepertinya orang yang tadi itu melakukan tugasnya dengan baik dalam menyebarkan berita.
"Nah, kau jangan berulah selama di sini atau kau akan mati oleh kesalahanmu sendiri," ucap Linda.
Gadis itu mulai membuka bogol milik Light, sebelum memasukannya dalam sel penjara. Light yang merasa memiliki peluang untuk melarikan diri, mulai lari dan menghantam sang gadis. Dia dengan cepat melarikan diri.
Linda sedikit oleng dan terjatuh di lantai. Tapi sedetik kemudian dia bangun dan mengejar Light.
"Ck, seharusnya tadi aku tidak membuka borgol itu. Seharusnya langsung saja kumasukkan dalam sel," gerutu Linda.
Di sisi Light, dia sedang bingung untuk memilih rute apa yang akan dilewatinya untuk aksi melarikan dirinya. Dia ambilnya jalan dengan sembarangan dan acak. Dia berharap keberuntungan setidaknya berpihak pada dirinya sekarang. Tapi sepertinya itu masih perlu dipertimbangkan.
Di depannya kini terpampang sebuah pontu besi yang sangat besar. Di sampingnya ada sebuah tombol yang beasr. Light menekannya dan sedetik kemudian pintu besi itu bergeser menunjukkan apa yang disembunyikannya.
'Shit. Keberuntunganku sekarang nol besar,ya?' batin Light.
Di dalamnya terdapat puluhan mafia kelas kakap yang sedang sibuk meperhatikan senjata-senjata yang ada di tangan mereka masing-masing. Ada yang menglapnya, mengisi kembali peluru, memperbaiki senjata yang rusak dan ada juga yang saling bertukaran senjata.
"Siapa kau? Anak baru,ya?" tanya salah satu dari mereka.
"Y-ya," jawab Light dengan terbata-bata. Siapa yang tidak takut menghadapi puluhan mafia tanpa persiapan dan hanya seorang diri?
"Tidak!" seru salah seorang dari mereka.
Semua mafia yang lain dan kriminal yang lain mengalihkan pandangan pada salah satu dari mereka yang berseru.
"Aku mengenal dia! Dia adalah Light Yagami! Anak dari kepala polisi di Inggris dan dia juga seorang polisi yang menjerumuskanku ke penjara dulu!" seru orang itu.
Tak lama kemudian para kriminal itu memandangnya dengan tatapan sengit dan juga haus akan rasa untuk membunuh.
"Hmm... ini bagus. Sudah lama aku tidak membunuh," ucap seorang dari mereka sambil menyeringai.
Yang lainnyapun mulai beranjak dari tempat mereka dan berjalan menuju Light dengan tatapan membunuh.
Dari belakangnya terdengar suara teriakan yang tidak asing di telinganya. "Hentikan! Dia adalah milik bos! Kalian akan mati jika menyentuhnya!" seru Linda.
"Apa peduli kami? Aku tidak takut pada dia! Dia hanya orang lemah yang tidak pernah menunjukkan dirinya dan hanya bisa mengancam saja!" seru seorang dari kriminal itu.
Sebelum orang itu sempat menyentuh Light, tiba-tiba saja terjadi ledakan pada tempat yang diinjaknya. Langsung saja dia tidak bisa berdiri lagi dan menghantam tanah dalam keadaan hangus.
.
.
.
Katakan ini sebuah mimpi. Katakan ini sebuah mimpi. Karena jika ini adalah sebuah mimpi, maka aku tidak akan takut untuk terluka bahkan mati. Katakan ini sebuah mimpi sehingga aku bisa bebas membunuh tanpa merasa bersalah sedikitpun.
.
.
.
"Siapa lagi yang berani menyentuhnya?" tiba-tiba seorang datang ke arah mereka dan memandang sengit para kriminal itu.
Tiba-tiba seorang lagi berlari ke arah Light dengan memegang sebuah pisau di tangannya. Dia ingin membunuh Light dengan menusuknya.
Orang itu akhirnya berakhir sama dengan orang yang sebelumnya. Tiba-tiba saja terjadi ledakan pada tempat yang dipijaknya. Ledakan itu terjadi hanya dengan sebuah jentikan jari dari orang itu.
"Kutanya lagi siapa yang berani menyentuhnya?"
Semua orang memandang orang itu dengan tatapan takut dan juga ngeri.
"Linda, kau bisa kembali ke tempatmu sekarang. Kau tidak perlu membawanya ke sel. Dia akan kutangani sendiri dan kubawa ke ruanganku," ucap orang itu.
"Baik, Tuan," ucapnya dengan sopan dan lalu mengundurkan diri.
"Kalian bisa kembali melanjutkan pekerjaan kalian," perintah orang itu.
Dia menarik lengan Light yang masih sibuk mematung saking syoknya dengan apa yang dilihatnya. Orang yang mau menyerangnya dibunuh dengan sangat tidak berperikemanusiaan.
"Apa yang kau lakukan! Kau baru saja mengambil nyawa orang yang bukan menjadi hakmu!" seru Light pada orang itu.
"Mereka tidak mati. Hanya kelihatannya saja. Aku hanya membuat mereka sedikit ketakutan dan juga pingsan. Sebentar lagi akan kukirim tim medis untuk menyembuhkan mereka," ucap orang itu.
Jika diperhatikan baik-baik sepertinya dia seperti pernah melihat orang ini sebelumnya. "Kau BB?"
"Tidak. Dan kau tidak perlu tahu siapa aku," jawab orang itu dengan tegas.
Light menudukkan kepalanya. "Kenapa kau menolongku?"
"Tidak ada alasan khusus. Hanya ingin mengembalikan anak kesayangan kepala polisi agar kami tidak terkena imbasnya," jawab orang itu lagi.
Tak ada yang berbicara lagi setelah itu. Mereka diam dan berakhir pada sebuah ruangan yang diamsumsikan Light sebagai ruangan pribadi milik orang itu. Ruangan itu seperti sebuah ruangan apartemen.
"Kau boleh memilih untuk tidur dikamar manapun yang kau inginkan," ucap orang itu.
Light memilih untuk mengambil kamar yang terletak disisi sayap kanan dari ruangan itu. Dia mulai masuk dan langsung membaringkan dirinya di tempat tidur yang ada di sana.
Saking capeknya, tak lama kemudian dia tertidur pulas.
"Kau sama sekali tidak berubah," ucap orang itu dari sisi pintu luar kamar milik Light.
.
.
.
Katakan ini sebuah mimpi. Katakan ini sebuah mimpi. Karena ketika ini sebuah mimpi, maka aku bisa bertemu dengan orang yang tidak bisa kutemui lagi selamanya.
.
.
.
"Apa tidak masalah kita membiarkan mereka melakukan apa yang mereka mau semaunya?" tanya Linda.
"Dia ada benarnya. Sistem kemamanan kitapun di sini masih belum stabil. Orang dari sini dan orang dari luar bisa keluar masuk semau mereka." Kali ini Matt yang memberikan pendapatnya.
"Ck, lebih baik kawanan Higuchi itu dibunuh saja, jadi kita tidak akan susah seperti ini. Mereka itu baru berada di sini 1 tahun dan mereka sudah banyak maunya," oceh Mello.
"Ya! Aku setuju dengannya! Dibunuh saja! Lagipula aku sudah lama tidak membunuh orang nyata. Selalu saja hanya orang virtual!" kali ini Beyond yang menyaut.
"Kau harus serius menghadapi ini, Tuan. Dan lagi, dia ada di sini. Bisa saja kelompok mafia pemberontak itu menjadikannya domba untuk membunuhmu dan mereka bisa dengan mudah keluar dari sini dan membuat kekacauan di luar," ucap Linda.
"Kita akhir saja rapat ini dulu. Kita akan membicarakannya lain waktu," ucap orang itu.
Rapat selesai dan mereka semua segera keluar dari sana.
"Aku tahu kalau sebetulnya dia bisa dikembalikan sekarang juga. Lalu, apa yang membuatmu menahannya. Walaupun dia bukan lagi keluargaku, dia masih mempunyai hak untuk hidup dengan normal," desis Matt sebelum dirinya mengikuti yang lainnya keluar dari sana.
"Perlu kukatakan jika memang dia pantas untuk berada di sini?" Andai saja Matt mendengarnya, mungkin saja berbagai bertanyaan akan keluar lagi.
Dia memang pantas berada di sini. Kenapa?
.
.
.
Katakan ini sebuh mimpi. Katakan ini sebuah mimpi. Karena jika ini sebuah mimpi, maka aku bisa mengetahui segala yang kuinginkan. Tidak akan ada yang bisa melarangku dan mereka akan memberitahukan semua yang kuinginkan.
.
.
.
Jam kini sudah menunjukkan jam 7 malam. Saat Light terbangun sebelumnya, itu masih pukul 12 siang. Sebetulnya perbedaan waktu di sini tidak terlalu kentara karena setiap waktu hanya ada langit gelap yang selalu menurunkan salju lebat setiap saat.
Light memandang pada pemandangan luar dari jendela kamar miliknya. Salju dan gelap, hanya itu dari tadi yang dilihatnya. Apa ini semua pemandangan yang dilihat oleh para kriminal itu? Apakah mereka tidak bosan dan merasa mati?
Ngomong-ngomong soal mati. Mereka memang sudah dianggap mati di luar sana.
"Lebih baik kau makan dulu. Kau bisa dikembalikan dalam keadaan yang tidak sehat dan akhirnya ayahmu akan marah lagi pada kami." Laki-laki itu dengan tidak sopannya masuk dan membawa sebuah nampan berisi makanan dan juga minuman.
Dia memberikannya pada Light. Sebelum dia betul-betul keluar dari sana, Light berkata sesuatu,"Tempat apa ini sebenarnya?"
Laki-laki itu diam sebentar. "Tempat terakhir sebelum kau menemui ajalmu yang sebenarnya." Dan setelah berkata begitu dia pergi dari sana.
Baru ingin menyantap makanan miliknya, ada seseorang yang mengetuk pintu miliknya dan membukanya. Seorang laki-laki berambut merah masuk ke sana.
"Aku tidak tahu apa yang membuatmu sangat disukai oleh bos. Kalau bukan karenanya aku tidak akan datang menemuimu di sini," ucap Matt.
"Dia menyuruhmu apa?" tanya Light sambil menyantap makanannya.
"Menjelaskan segela yang ingin kau tanyakan. Dia sungguh menyebalkan. Mentang-mentang dia tidak banyak bicara, dia bisa menyuruhku. Kenapa tidak menyuruh Linda saja?" gerutu Matt.
Matt mengambi sebuah kursi yang tak jauh darinya. Dia duduk di sana dan mengambil sepak rokok dari saku celananya. Dia mengambil sebatang, membakarnya dan lalu menyesapnya.
"Kau merokok?" tanya Light kaget.
Matt tersenyum merendehkan. "Heh, tentu saja. Kalau tidak apa yang membuatmu akan memanaskan tubuhmu dicuaca seperti ini? Sebetulnya ada cara lain. Tapi pasanganku itu galak sekali. Dia jarang sekali memberiku jatah."
Light masih memandangnya dengan tatapan kaget dan tidak mengeluarkan suara apapun.
"Hey, kalau kau tidak ingin bertanya, lebih baik aku keluar saja," gerutu Matt lagi.
"Tempat apa ini?" Light kembali melontarkan pertanyaan itu lagi.
"Sudah pasti tempat sebelum kau menemui ajalmu yang sebenarnya," ucap Matt enteng.
"Bukan itu! Kau sama saja dengan dia! Kalian sama-sama menjawab dengan cara yang sama! Aku ingin yang spesifiknya. Apa nama tempat ini?" ucapnya dengan suara yang cukup keras.
"Neverland. Tempat dimana semua para kriminal berbahaya di dunia dipenjarakan di sini setelah menghapus keesksistensisan mereka di dunia nyata. Kami dianggap sudah tidak ada berserta dengan pulau ini. Jadi kau bisa mengerti kenapa namanya bisa begitu," jelas Matt.
"Kalau begitu pemerintah yang mengontrol tempat ini?"
"Dulunya, sebelum orang itu datang. Kau tahu siapa maksudku. Setelah dia datang, kami bebas. Entah dengan cara apa dia memanipulasi semuanya dan pemerintah beranggapan pulau ini tenggelam atau semacamnya dan sejak itu dia menjadi pemimpin kami," jelas Matt.
"Kau bilang semua yang ada di sini adalah kriminal berbahaya. Kalau begitu apa yang membuatnya, kau tahu apa maksudku?" tanya Light
"Dia tidak melakukan apapun. Dia adalah orang hebat yang sangat dibanggakan dunia. Orang yang mengasuhnya adalah orang yang mempunyai pulau ini. Suatu saat dia diperintahkan untuk mengkontrol tempat ini. Dan sejak itu, dia menjadi pengkhianat bagi pemerintah." Matt terus melanjutkan penjelasannya.
"Dia adalah seorang detektif terkenal yang sangat dianggungkan. Tapi setelah itu dia menjadi kriminal yang paling diburu di dunia. Dengan mudahnya dia memainkan zat kimia dan menjadikannya bom berbahaya."
"Dia menamkannya pada sejumlah tempat yang ada di dunia dan hebatnya hanya dengan jentikan jari miliknya saja, dia bisaa membuat semua bom itu meledak. Hebat bukan? Dia pantas untuk menjadi buruan nomor satu dalam data list para polisi," ucapnya sambil bertepuk tangan.
Light terbelak. Orang yang tadi itu benar-benar orang yang melakukan kekejian di dunia yang baru saja terjadi? Membom Polandia, Kanada, Spanyol, Chili dan kota besar lainnya.
"Matt, kau sudah dicari oleh Mello," ucap seseorang yang tiba-tiba saja masuk ke dalam ruangan itu.
Matt langsung memasang wajah ceria dan kekanak-kanakkan. Sejenak wajah dinginnya langsung mencair begitu saja.
Matt langsung saja keluar dari sana, dan orang itu kembali masuk dan menutup pintu.
"Kenapa kau berkhianat?" tanya Light.
"Tak ada alasan khusus dan kau tidak perlu tahu,"jawab orang itu.
"Kenapa kau membuang apa yang sudah kau capai susah-susah?" tanya Light lagi.
"Semua itu terlalu gampang untuk diraih. Semua itu hanya kebohongan yang menyakitkan. Kalau memang begitu kenapa tidak dilepaskan saja?" jawabnya.
"Kalau begitu namamu Eraldo Coil,kan? Ahli kimia dalam bidang bom dan detektif terkenal nomor 2 di dunia," ucap Light sambil mengacungkan sebuah pistol pada laki-laki itu.
Orang itu tersenyum. "Salah, yang benar adalah detektif terkenal nomor satu yang bernama L Lawliet. Kenapa kau tidak bisa dengan mudah menebaknya, Kira?"
.
.
.
"Persiapan kita tinggal sedikit lagi! Sebentar lagi kita yang akan menguasai tempat ini dan kita akan melakukan peperangan besar-besaran di luar sana karena telah membiarkan kita membusuk di tempat ini!" seru Higuchi.
"Tapi, bos. Yang kita hadapi adalah anak angkat tuan tanah. Dia sangat hebat dan betul-betul memiliki pulau ini dengan bom yang terletak di mana-mana," ucap salah seorang dari komplotan Higuchi.
"Ya, kita bisa mati sebelum melangkah lebih dari 10 langkah!" teriak yang lainnya.
"Tenang saja. Kita punya domba yang bisa digunakan untuk memancingnya. Light Yagami. Dia akan menjadi pancingan yang sangat bagus untuk memulai era baru yang kita inginkan semua!" ucapnya mengkromopi teman-teman yang lainnya.
Oh, andai kalian tahu siapa sebenarnya yang ingin kalian jadikan domba pemancing.
.
.
.
"Selamat datang di tempat yang menjadi impianmu sejak dulu."
.
.
.
To Be Continue
A/N: Mind to review, give me an advise, a critic or even a flame?
