WARN! HARDYAOI, ADULTCONTENT!

DISCLAIMER : KUROKO NO BASUKE © FUJIMAKI TADATOSHI

TITLE : MY MAID

AUTHOR : HIMEVAILLE

PAIR : AKASHI SEIJUUROU X KUROKO TETSUYA

GENRE : HURT/COMFORT

RATE : M

.

HAPPY READING… ENJOY!

.

.

.

"Apa lagi ini? Apa kau tidak pernah di ajarkan menyapu oleh orangtua mu?"

"Ma-maaf tuan, s-sa-saya tidak s-sengaja"

Srettt.. sebuah gunting meleset dengan kecepatan tak kasat mata dan merobek baju yang dipakai seorang maid yang tengah menundukkan kepala nya dalam-dalam

"Pastikan kau pergi dari rumah ini dalam 1 menit"

Maid tersebut langsung berlari keluar, tidak peduli barang-barang nya yang masih tertinggal di rumah megah yang berdiri di komplek perumahan istimewa, RakuzanKyoto.

.

Tuan Muda, Akashi Seijuurou merasakan kepalanya dipenuhi bom yang siap meledak. Pasalnya tadi adalah maid ke 44 dalam bulan ini. Rumah nya yang terlalu megah mengharuskan ia mempekerjakan banyak pembantu dan tak peduli bila harus bayar mahal selama berkualitas.

Sekarang yang bekerja dirumah nya hanya ada 6 maid yang bertugas menyapu, mengepel, dan lain-lain yang bersifat umum. Maid yang terdiri dari 6 orang itu membagi jadwal kerja dengan 3 orang pada pagi hari setelah Akashi berangkat ke kantor, 3 orang lagi pada sore hari sebelum Akashi pulang kantor. Ruangan yang harus mereka bersihkan juga telah dibagi rapi, mereka pun hanya datang kerumah bagai istana itu untuk bekerja, selesai langsung pulang dan tidak ikut campur urusan apapun. Mereka hanya ditugaskan membersihkan lantai 1 yang terdapat ruang-ruang umum, sementara di lantai 2 seluruhnya adalah wilayah pribadi Akashi Seijuurou. Kamarnya, ruang kerjanya, perpustakaannya, kamar mandinya, dan ruang lain yang hanya orang khusus boleh injak kaki disana.

Oleh sebab itu, Akashi butuh seorang maid yang dapat ia percayakan untuk merawat kawasan pribadinya, namun sampai saat ini belum ada yang becus.

Setiap maid yang pernah mencoba bekerja menjadi maid pribadi nya selalu mencari masalah. Misalnya maid pertama yang Akashi minta dari agen ternama se-Jepang, hari pertama dengan kepo nya melirik-lirik foto keluarga Akashi dan menyimpan salah satu foto Akashi saat ia masih di bangku SMP.

Tentu hal itu membuat Akashi langsung memecat nya. Akashi sudah tegaskan bahwa mereka yang bekerja di kawasan pribadinya hanya untuk membersihkan, tidak menyentuh apa yang jelas tidak boleh disentuh, bahkan memandang terlalu lama benda yang tidak ada hubungan nya dengan pekerjaan juga tidak diizinkan.

Maid berikutnya masih melakukan aksi panjang tangan, mereka kira rumah yang hanya ditinggali Akashi seorang bisa memudahkan mereka mengambil yang mereka mau, mereka lupa mereka berada di kandang siapa.

Lalu maid yang ke sekian memang tidak mengambil barang apapun, tetapi malah tiduran di sofa di ruang kerja sang tuan rumah dalam keadaan telanjang. Bermaksud ingin jadi pemuas nafsu malah berakhir jadi pasien rumah sakit setelah Akashi tanpa segan membalikkan sofa itu sehingga maid tersebut tertimpa.

Dan maid terakhir yang baru Akashi usir, menyapu saja sapu nya patah gara-gara melihat Akashi yang begitu mempersona ketika Akashi selesai berpakian lengkap khas orang kantoran, entah apa yang di bayangkan tapi sapu itu patah dua saat maid itu mengenggam gagang nya kuat-kuat dan menaikturunkan ke lantai. Itu bukan sapu yang biasa dijual di kedai pinggir jalan, itu dibeli dari perusahaan pembersih no.1 dunia. Memang sih Akashi bisa membeli lagi, perusahaan nya sekalian.

Sekarang Akashi sedang terduduk di kursi kerja nya, masih di rumah karena tidak bisa mempercayakan rumah hasil keringat nya pada manusia-manusia bodoh itu. Jari-jarinya memijat pelipis kepala yang tidak berhenti nyut-nyutan, dalam hati ia sudah berniat membakar habis seluruh agen yang menyediakan jasa maid dengan banyak embel-embel pasti berkualitas tanpa perlu khawatir kuantitas.

Kringg..Kringg..

Telepon rumah berbunyi nyaring. Akashi malas untuk mengangkat nya tapi suara tersebut tak berhenti berdering. Dengan penuh kekesalan, tubuh tegap itu berjalan meraih gagang telepon yang menempel di dinding.

"Selamat Pagi Akashi-sama. M-maaf menganggu sepagi ini, tapi wanita yang saya pekerjakan untuk menjadi maid anda tiba-tiba menangis menelepon saya. Apakah terjadi sesuatu?"

"Apa dia tidak bercerita? Ho-oh berani sekali dia membuat ku yang harus menjelaskan panjang lebar begini? Intinya aku tidak membutuhkan maid seperti itu, tidak becus, hanya menyampah. Bayaran nya dan barang-barang nya yang tertinggal akan segera dikirim balik dengan truk sampah"

"Aka—"

Tut.. tutt..

Akashi menutup sambungan secara sepihak. Kepala nya semakin panas, dan sudah pasti akan meledak dalam hitungan mundur dari 3.. 2..

Kringg.. kring..

"Apa lagi?" amuk Akashi

"Hoii hoi ini masih pagi, kenapa marah-marah Akashi?"

Suara di seberang hanya santai menjawab, Akashi menghela nafas kasar, mengacak-ngacak surai merah delima yang kilat berderang

"Apa mau mu, Shintarou?"

Midorima Shintarou, partner bisnis yang paling dekat dengan Akashi, mereka juga sering bermain shogi bersama sambil berbicara bisnis.

"Aku sudah dikantor mu- nanodayo. Tapi kata sekretaris mu kau belum datang. Apa kau lupa hari ini meeting dengan perusahaan ku?"

"Jaga ucapan mu, Shintarou. Aku tidak mungkin lupa! Aku sedang mengurus manusia bodoh yang mengapa bisa hidup dan tumbuh"

"Maksud mu maid? Ada apa lagi kali ini- nanodayo? Tapi bukan berarti aku peduli"

"Tentu saja tidak berguna lagi. Shintarou, apa kau punya kenalan agen yang bisa jamin kualitas? Aku ingin jawaban nya adalah ada dan terjamin"

"Kebetulan ada- nanodayo. Agen Momoi Pink, berpusat di Tokyo. Aku akan kirim no telepon nya"

"10 detik dari sekarang"

Tutt.. tut.. sambungan pun terputus, beberapa detik kemudian sebuah pesan berisi kontak telepon masuk ke email Akashi.

Akashi tersenyum senang sementara si pengirim bernafas lega karena jari-jarinya mampu bergerak cepat sebelum 10 detik berakhir.

No yang tertera langsung dihubungi.

"Selamat pagi dengan agen Momoi Pink peker—"

"Aku ingin seorang maid yang super berkualitas, kirimkan hari ini juga ke Komplek RakuzanKyoto, no. 4 atas nama Akashi Seijuurou, masalah bayaran berapa saja tak masalah. Jika tidak becus, kau dan agen mu serta seluruh keturunan mu dipastikan tinggal di neraka"

Dengan titah yang terucap, sambungan telepon terputus. Akashi bernafas setengah lega, entah bagaimana maid itu nanti, sekarang saat nya dia ke kantor dulu.

.

.

Momoi Satsuki selaku pemilik Momoi Pink, ia terdiam mencerna perkataan yang dilontarkan dalam satu tarikan nafas tersebut.

Rakuzan..Kyoto..Akashi… tiba-tiba Momoi merinding disko lalu dengan secepat kilat ia mengecek daftar pekerja nya yang masih tersisa. Hampir semua telah terbooking, sisa satu maid yang baru bergabung beberapa minggu lalu, namun maid ini adalah seorang pemuda, pemuda ini bergabung karena harus mulai membiayi hidupnya sendiri setelah ditinggal pergi oleh kedua orangtua nya. Momoi menimbang-nimbang akankah ia pekerjakan pemuda itu? Meski dari komentar orang-orang yang pernah memakai jasa nya, ia sangat terampil.

Setelah yakin dengan keputusannya, Momoi mengambil ponsel flip pink dari laci meja kerja, jari lentik itu menekan sejumlah nomor dan tersambunglah ke seberang sana

"Moshi-moshi Tetsu-kun?"

"Doumo Momoi-san"

"Tetsu-kun ada pekerjaan untuk mu, tapi kau harus berangkat hari ini juga ke Kyoto"

"Apa kau sedang bercanda, Momoi-san?"

"Mana mungkin aku bercanda. Ini serius. Bayaran nya gede banget, ini bisa membantu kebutuhan hidup Tetsu-kun"

"Baiklah jika begitu Momoi-san, aku juga tak punya pilihan lain"

"Okay! Aku akan mengirimkan alamat lengkapnya. Berangkatlah dengan kereta pertama pagi ini yang akan ke Kyoto. Semoga berhasil"

.

.

Pintu apartement tertutup, kunci nya dimasukkan ke ransel hitam yang kemudian di kenakan pada punggung belakang. Seorang pemuda bersurai biru langit cerah dengan setelan kaos putih yang ditambah rompi biru tua serta celana jeans panjang dan sepatu kets berjalan santai meninggalkan kediaman nya menuju stasiun tempat dimana nanti sebuah kereta akan membawanya sampai ke tujuan dengan perjalanan berjam-jam.

.

.

Sampai di Kyoto, pemuda itu menaiki salah satu taksi yang mangkal didepan stasiun. Menempuh jalanan ramai selama 45 menit, sampailah ia di hadapan gerbang tinggi nan lebar yang diatas nya bertulisan Komplek RakuzanKyoto.

Ponsel flip biru muda dibuka, dibaca dengan seksama pesan yang beberapa jam lalu dikirim oleh boss nya.

Komplek RakuzanKyoto

No. 4

Akashi Seijuurou

Menurut info, rumah nya yang paling besar.

Setelah di masukkan dalam ingatan, ponsel kembali berdiam dalam saku celana. Kaki yang berbalut sepatu kets tersebut mulai melangkah masuk kedalam komplek. Mata nya dengan lihat melihat kiri kanan, mencari rumah no.4. meski no.4 adalah no di barisan awal namun tampaknya rumah dengan no tersebut malah jauh di belakang sana, tepatnya di paling ujung karena memang memakan lahan yang sangat luas.

Bangunan megah itu sudah ada didepan mata. Di pagar yang berdiri kokoh tertulis No.4 AS.

Pemuda itu mengintip-ngintip kedalam, tampaknya kosong. Ia pun memutuskan untuk duduk di batuan hias yang ada didepan pagar.

Kelelahan setelah perjalanan panjang tidak bisa dihindari ditambah alunan angin sejuk dari perpohonan sekitar komplek menambah ngantuk menjadi tak terkendali, pemuda itu tertidur disana.

.

.

Hari menjelang malam, sebuah mobil sport merah tiba di kediaman nya namun yang pertama kali mata dwiwarna itu memandang adalah seorang pemuda kurus yang tidur didepan pagar nya. Turun dari mobil dan bersiap menghina namun ter urungkan saat yang bersangkutan terbangun.

Pemuda itu langsung berdiri tegap saat ia sadar seseorang telah berada dihadapan nya.

"Ano… apakah anda yang akan menjadi majikan saya?"

"Apa aku terlihat akan menjadi pembantu mu? Tentu, aku majikan mu. Jangan membuat lelucon di petang hari ini"

"Sumimasen, saya Kuroko Tetsuya dari agen Momoi Pink"

Akashi yang masih berdiri didekat mobilnya memandang dari atas ke bawah, bawah ke atas, sesuatu tampak aneh

'Maid ini pria?' batin Akashi

Akashi berjalan mendekatinya, pemuda yang bernama Kuroko Tetsuya hanya diam mengamati. Bola mata biru nya mengamati pergerakkan Akashi yang semakin mendekat.

"He.. jadi kau yang akan jadi maid ku? Ku beritahu padamu, sudah banyak wanita yang pada dasarnya memang ahli urusan bersih-bersih rumah bekerja disini dari agen professional namun semua hanya sampah yang pantas dibuang. Lalu kau seorang pria bisa apa?" kata Akashi sangat meremehkan

"Maaf tuan, tapi sebaiknya anda tidak menilai semua orang itu sama, apalagi menilai sebelum melihat hasil" Kuroko tak goyah

Seringai tercetak jelas diwajah tampan Akashi. Kuroko yang berani menjawab perkataan nya dengan sangat menantang namun wajah nya tetap datar membuat Akashi memberi sedikit nilai plus.

Ponsel mahal dalam saku jas di ambil, Akashi menekan no yang tadi pagi baru dilihat namun sudah ada dalam memori otak nya

"Selamat sore dengan agen Momoi Pink peker—"

"Maid birumuda mu akan bekerja untuk ku selamanya, semua biaya akan segera ku transfer"

Begitu sambungan terputus, seringaian Akashi semakin lebar. Diam-diam Kuroko merinding dibuatnya tapi poker face selalu andalannya.

"Jadi, Tetsuya, mulai hari ini sampai selamanya, kau tinggal disini, bekerja sebagai maid pribadiku"

Kuroko ingin protes, apa-apaan keputusan ini? Dan lagi kenapa majikan nya ini sangat sok dekat dengan langsung memanggil nama kecilnya. Namun semua kata-kata yang hampir meleset keluar harus tertelan lagi saat sebuah gunting merah telah berada di depan mata biru nya.

"Aku tidak menerima penolakkan" tegas Akashi

.

.

Pintu utama terbuka, kini terlihat lah isi dari rumah megah itu. Perabotan yang bersinar-sinar tersusun rapi, lantai kinclong, ukiran maupun pahatan yang bernilai jual tinggi, dan sebagainya yang tak bisa disebut satu per satu.

Kuroko benggong. Ini pertama kali ia melihat rumah semewah ini, selama ini ia hanya tinggal di rumah sederhana dan terakhir tinggal di apartemen sewaan. Akashi yang menyadari bahwa Kuroko tampak terkesan hanya pasang smirk bangga dengan hasil keringatnya.

Kedua nya lalu menjelajahi isi rumah, Akashi berbaik hati memperkenalkan hasil jerih keringatnya pada maid baru nya karena menurut pengamatan otak jeniusnya, yang kali ini kategori istimewa.

Mereka kini menaiki tangga yang menuju lantai 2, kawasan pribadi sang tuan rumah.

"Tetsuya, kau akan bekerja di lantai ini. Lantai 1 sudah ada maid lain, kau khusus disini"

Kuroko menggedarkan pandangan ke sekeliling. Semua tata letak ruangan dan benda sangat rapi dan teratur. Untuk kesekian kali dalam mode poker face, Kuroko terkagum.

Akashi menjelaskan sedikit aturan yang wajib ditaati seperti kerjakan yang perlu, tinggalkan yang tidak ada hubungan. Lalu kembali mengajak Kuroko berkeliling wilayah khusus itu.

Setelah mendapat jawaban bahwa Kuroko sudah paham, Akashi mandi dengan tenang dan Kuroko menyiapkan makan malam.

.

.

Kedua nya makan dengan khidmat, meskipun Akashi kejam, ia tidak memperlakukan maid dengan kurang ajar apabila menyangkut hal pokok.

Dalam acara makan yang khidmat itu, Akashi ternyata mendapat ide yang menurutnya mampu membuang setengah dari beban stress dan lelah nya, maka selesai makan, idenya dijalankan.

.

"Tetsuya, ambil kotak diatas nakas itu lalu kenakan apapun yang ada didalamnya"

Kuroko yang masih binggung hanya mengedip-kedip kan matanya, Akashi geram dan gemes sekaligus.

"Cepat lakukan saja!"

"Ha'i Akashi-sama"

Kuroko masuk ke ruang ganti yang kedua sisinya adalah lemari panjang berisi baju-baju milik Akashi. Akashi hanya menunggu di kasur nya sambil membaca majalah bisnis edisi minggu ini, tapi wajah tampan itu tak melepas seringai barang sedetik.

Beberapa menit kemudian, pintu ruang ganti terbuka.

Kuroko muncul dengan wajah bersemu merah menahan malu. Ditubuh ringkihnya telah terbalut dengan pas pakaian khas seorang maid.

"Kau cocok sekali dengan pakaian itu"

"Akashi-sama, saya ini seorang pria. Kenapa memakai rok?"

"Karena dengan rok kau tampak lebih manis"

Kuroko diam seribu bahasa. Apa majikannya sudah kurang waras atau memang tidak waras? Pikirnya.

"Tetsuya, kemarilah"

Kuroko berjalan mendekat ke ranjang Akashi.

"Kemari, Tetsuya."

Akashi menepuk sisi ranjang super kingsize nya, memberi tanda pada Kuroko untuk naik ke atas ranjang dan berdiam disisi nya.

"Tetsuya, cepat! Ingat hal paling penting, perintah ku mutlak!"

Kuroko pun merangkak naik. Semakin dekat dengan Akashi, seringai Akashi semakin lebar dan sampai Kuroko berada dihadapannya, Akashi langsung mencium bibir Kuroko.

"Akashi-sama, apa yang anda lakukan?"

Kuroko sekuat tenaga mendorong tubuh Akashi.

"Tetsuya, kau sudah jadi maid pribadiku, maka aku berhak melakukan apapun padamu"

"Tapi itu tidak ada di pemberitahuan perjanjian"

"Perjanjian itu dimulai dari sekarang"

Akashi kembali mencium bibir Kuroko, kali ini sembari mendorong tubuh mungil itu untuk terlentang di atas kasur empuk yang nyaman. Yang membuat Kuroko makin terkejut adalah Akashi dengan agresif nya menindih tubuh Kuroko.

Akashi menyibakkan rok yang dikenakan Kuroko. Paha mulus tanpa cacat maupun luka kecil sangat menyegarkan mata heterokromatik Akashi.

Dikecupnya paha mulus itu yang malah membuat Kuroko bergidik geli.

"Akashi-sama, tolong hentikan!"

"Jangan berani memerintahku, Tetsuya"

Rok itu tersibak sempurna. Celana dalam warna putih dan tonjolan ditengah nya menjadi objek fokus mata beda warna itu.

"Tetsuya, karena aku belum membeli beberapa 'mainan', malam ini kita bermain normal saja ya"

"Apa maksud anda? Tolong! Hentikan"

Akashi mengabaikan permintaan Kuroko. Celana dalam yang menghalangi rupa objek utama segera dilepas dalam satu hentakkan tangan kekar Akashi.

Tangan Akashi sudah gatal tak tertahankan. Dimainkan nya penis itu hingga ereksi mulai sempurna. Sebelah tangan lagi digunakan untuk merembes masuk melalui bawah baju, menggapai puting yang bersembunyi didalamnya, memilin nya searah jarum jam.

"Akashi-sama… tolong hentikan! Ahhkk…"

Desahan lolos dari bibir mungil Kuroko saat permainan yang Akashi sajikan mulai membangkitkan gairah. Bagaimanapun Kuroko tetap pria normal yang pasti tegang karena rangsang.

"Tetsuya, apa kau menikmati nya?"

"Hentikan Akashi-sama"

"Kuanggap itu sebagai ya"

Jari nakal Akashi mulai menyentuh lubang kenikmatan surga dunia, satu jari itu masuk menerobos sebagai acara pembuka.

"ARgggGhhhhH…. Sakittt.."

"Apa ini pertama kali untukmu, Tetsuya? Sangat ketat"

Akashi menarik keluar jari nya, lalu dengan cepat melepas celana tidur nya beserta celana dalam warna merah kesukaannya. Penis Akashi tampak menegang sempurna.

Penis gagah itu diarahkan tepat ke jalan masuk lubang kenikmatan

"Akashi-sama, apa yang ingin anda lakukan? Tolong, hentikann.."

"Aku ingin langsung menerobos dengan senjata ku. Menjeritlah jika sakit. Tak apa, hanya kita berdua dirumah ini"

Dalam satu hentakkan, penis gagah Akashi sudah berada didalam lubang kenikmatan itu.

"ARGGHHHH…. SAKITTTTTTT.."

Jeritan Kuroko yang disertai turunnya airmata begitu memilukan, namun begitu indah ditelinga Akashi.

Akashi langsung mulai menggerakkan senjata nya keluar masuk dengan ritme sedang.

"Ah! Sial! Kau ketat sekali.. Tetsuyaa"

"Akashi-sama.. hen-hentik-kann"

Akashi mempercepat temponya, mata nya ditutup demi meresapi nikmat yang menjalar ke sekujur tubuh.

"Tetsuyaa.. Tetsuyaa…"

Akashi hampir mencapai puncaknya. Lubang Kuroko begitu memabukkan. Dengan tempo yang sudah sangat cepat, penis Akashi menyemburkan seluruh cairan cinta kedalam lubang nikmat itu.

Kuroko yang lubang nya disembur cairan hangat tiba-tiba merasa darah dalam tubuhnya berdesir kencang, tubuhnya pun bergetar ria dan dari penis nya sperma ikut menguar.

Kedua nya menghirup oksigen sebanyak yang dibutuhkan. Kuroko langsung terlelap dengan rasa sakit dibokong nya, sementara Akashi sebelum ikut ke dunia mimpi, ia sempatkan menelepon entah siapa dan memesan 'sesuatu'

.

.

.

TBC

.

.

.

Hello! bagaimana dengan ff ini? hehe Fav/Follow/Review akan sangat bermanfaat bagi perkembangan saya dan fic-fic saya.

Terimakasih sudah membaca~