Summary : Gimana ya rasanya kalau salah satu anggota GOM ada yang dijadikan tokoh dalam puisi Kuroko? Dan izinkan aku, Kuroko Tetsuya, untuk selalu bisa bersamamu dalam suka maupun duka, dalam sehat maupun sakit, dalam kaya maupun miskin, dalam terang atau gelap, dalam tawa maupun tangis. I'll promise to cherish you and to always hold you in highest regard you.. so wil you-' Tapi kok ada kalimat begininyaa? Ini puisi atau mau nembak orang nih?
DISCLAIMER : FUJIMAKI TADATOSHI
WARNING : 1] Awas Bosen karena kepanjangan [2] Humor garing, maksa, absurd [3] Mungkin agak OOC [4] Typo [5] Dan lain-lain (?)
Rate : T
By : Neutral Kingdom
Pernah mendengar pelangi sedang berkumpul selain di langit setelah hujan turun? Nah kalau kalian sedang di SMA Teikou dan sedang bingung mau makan siang di mana, naiklah ke atap sekolah. Maka kalian akan melihat pelangi indah sedang berkumpul makan siang di sana. Eits, tapi ada deng yang membiarkan makan siangnya menganggur dan malah asik sendiri..
"Kuro-chin, apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Murasakibara sambil membuka bungkus maibou nya yang ke-5 saat itu. Yang merasa dipanggil pun menoleh untuk menangapi pertanyaan rekannya.
"Aku sedang membuat puisi Murasakibara-kun" jawabnya kalem.
"Puisi tentang apa-ssu?" Nah yang bertanya kali ini adalah pemilik suara nyaring. Dan karena penasaran pun akhirnya menghampiri Kuroko yang duduk lumayan jauh dari Kise.
"Puisi tentang Aomine-kun, Kise-kun." Seketika itu juga udara di sekeliling mereka turun drastis. Salahkan saja si pria bersurai merah yang tiba-tiba mengeluarkan aura hitam mencekam.
"Bisa kau perjelas maksudmu Tetsuya? Aku takut salah mengerti keadaan saat ini!" suara tersebut terdengar tajam dan terdapat sedikit intimidasi.
"Sebenarnya di kelasku tadi ada pelajaran sastra Akashi-kun, dan sensei yang mengajar memberikan tugas untuk membuat puisi."
"Aku mengerti, tapi kenapa harus Daiki yang menjadi puisimu Tetsuya?" Akashi masih kurang puas dengan jawaban Kuroko.
"Karena Aomine-kun adalah orang yang paling dekat denganku Akashi-kun, Aomine lah yang paling sering bersamaku dan dia juga lah yang paling bisa aku mengerti secara keseluruhan." Jawab Kuroko yang masih tetap kalem di bawah aura intimidasi Akashi.
Dan tentu saja ada yang masih bisa memperlihatkan rona merah di bawah aura intimidasi Akashi.
"Tet.. Tetsu, kau membuat aku malu saja! Aku merasa tersanjung bila kau anggap sebagai yang paling dekat denganmu hingga membuatmu bisa menjadi inspirasi dari puisimu." Langsung saja Aomine dihujani tatapan membunuh dari titan ungu yang sedang meremas bungkus maibou yang sedang digenggamnya, manusia tsundere yang mengepalkan tangan kirinya, sesosok makhluk kuning yang sudah berurai air mata, dan anak bersurai merah yang makin menguarkan aura percampuran antara aura intimidasi, aura membunuh, dan aura cemburu berat.
"Baiklah Tetsuya, aku ingin mendengar puisi buatanmu. Dan jangan membantah atau menolak permintaanku, karena kau paling tau apa yang tidak menjadi kesukaanku bukan?"
"As you wish my Lord!" Jawab Kuroko dengan suara dan wajah datar, namun jangan sebut Akashi sebagai seorang kaisar jika ia tidak bisa menangkap nada jengkel dan menyindir dari ucapan Kuroko. Tetapi karena orang itu adalah Kuroko, maka Akashi hanya mengabaikannya saja. Ya, HANYA Kuroko. Jika bukan Kuroko, mungkin gunting Akashi lah yang akan melayani orang tersebut.
'Banyak yang mengatakan bahwa kegelapan adalah hal yang menyedihkan. Tapi tidak bagiku.
Lihatlah Aomine-kun yang walau gelap bisa menjadi sebuah cahaya yang kuat.
Yang walau gelap, cahaya yang dimilikinya bisa dibagikan kepada orang lain.
Walau gelap, ia bisa memberikan keberanian bagi orang lain yang membutuhkan dukungan dengan cahayanya.
Walau gelap, engkau akan merasa aman karena rasanya nyaman yang terpancar dari Aomine-kun.Walau gelap . . '
"Stop-Stop Tetsu! Kau ingin membuatkan aku puisi atau menghinaku sih?" Gerutu sang kegelapan - err.. maksudnya pria pemilik kulit gelap yang menjadi bintang pada puisi Kuroko.
"Tentu saja membuat puisi untukmu Aomine-kun. Apalagi menurutmu?" Jawab Kuroko sambil memiringkan wajah datarnya yang seketika berubah menjadi sangat imut dan membuat ledakan emosi Aomine mereda seketika.
"Sudahlah Aomine, biarkan Kuroko untuk melanjutkan puisinya! Bukan berarti aku tertarik untuk mendengarkan pusi Kuroko-nanodayo. Atau aku peduli padamu ya! Ingat itu-nanodayo!" Ucap Midorima se-cool mungkin untuk tidak menertawakan Aomine sambil membenarkan letak kacamata yang sebenarnya tidak bergerak sama sekali.
"Benar-ssu! Biarkan Kuroko-cchi untuk melanjutkan puisinya. Kurasa itu puisi yang bagus-ssu!" Ujar Kise sambil menahan tawa yang sebenarnya sudah terlalu keras untuk ukuran tawa yang ditahan.
"Ah.. Puisinya benar-benar menggambarkan Mine-chin, Kuro-chin. Aku jadi tidak sabar untuk mendengar lanjutan puisimu Kuro-chin." Lanjut si bayi titan sambil membuka keripik kentang rasa cumi bakar.
"Baiklah akan kulanjutkan karena kita sudah sepakat." Sang pembuat puisi pun akhirnya angkat suara setelah berbagai intrupsi yang diterimanya.
"Hei Tetsu.. Siapa bilang kalau aku sepakat untuk melanjutkan mendengarkan puisimu itu haah?!" Ucap Aomine dengan suara setengah membentak karena mulai gusar dengan sang bayangan yang tidak mengerti bahwa perasaan Aomine yang sehalus toufu itu mulai tersakiti secara tidak langsung akibat dari puisi yang dibuat oleh Kuroko.
"Daiki, sekali lagi kau mengintrupsi atau memotong puisi Tetsuya, maka lidahmu yang akan kupotong selanjutnya!" Sang kaisar yang sedang puas karena isi puisi Kuroko akhirnya angkat suara dengan sebuah gunting yang siap lepas landas dari tangannya untuk diterbangkan tepat ke arah Aomine.
'Walau gelap, seharusnya kita bisa mengambil hikmah atas keberadaan sang kegelapan.
Alasannya adalah karena gelap bisa membuat ku melihat sisi lain dari dunia ini.
Sisi lain yang jarang untuk dilihat atau terlihat oleh yang lainnya.
Dan bukankah kegelapan bisa menghasilkan sebuah kehangatan?
Kehangatan yang akan timbul saat malam tiba, saat rasa dingin menyerangmu.
Kehangatan yang datang dari rasa ingin melindungi yang lainnya dan membuat kita berkumpul untuk membuat kehangatan tersebut.
Jadi gelap bukanlah sebuah alasan kita untuk berlari menjauh, tapi alasan untuk berkumpul, dan membuat sebuah ikatan yang bernama kehangatan.
Seperti Aomine-kun yang walau gelap namun bisa membuatku hangat dengan sosoknya yang selalu di sisiku untuk mendukungku saat aku merasa sulit.
Rasa hangatnya lah yang mengalahkan gelap dirinya untuk membuatku bertahan, dan untuk berjuang agar bisa berdiri di samping cahaya yang walau sosoknya gelap.
Karena sosoknya lah aku mampu untuk terus berjuang, berjuang untuk bisa diakui olehnya, berjuang untuk bisa membantunya, dan berjuang untuk bisa berjalan sejajar bersamanya.
'Kenapa rasanya puisi di bagian ini romantis sekali-ssu!' Batin Kise kesal.
'Aku merasa seperti mendengar surat cinta-nandayo!' Batin Midorima sambil membenarkan letak kacamatanya-lagi.
'Nyam.. Kurasa Kuro-chin menyukai Mine-chin, nyam' Batin Murasakibara asal.
"Tetsuya.. Apa kau berusaha untuk mengatakan perasaanmu pada Daiki? Di hadapanku saat ini?" Jelas kan ini protesan dari siapa?
"Tentu saja Akashi-kun. Bukankah puisi ini kubuat untuk Aomine-kun? Sudah pasti isi puisinya tentang perasaanku terhadap Aomine-kun bukan?" Nah jawaban dari orang tidak peka ini sukses membuat semua yang ada di sana bungkam.
"Su-sudahlah.. Lanjutkan saja puisimu itu Kuroko! Bukan berarti aku peduli pada nyawamu-nanodayo!" Dan ucapan Midorima langsung dihadiahi lirikan tajam dari sang kaisar merah.
"Baiklah akan kulanjutkan. Kumohon jangan ada yang mengintrupsi lagi yaa.."
'Air got yang berwarna gelap pun dapat memberikan kehidupan untuk kecebong-kecebong kecil hingga mereka bisa mendapatkan jati diri mereka yang sesungguhnya.
Jati diri yang lebih dewasa dan disegani.
Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel terikat yaitu gelap dapat mempengaruhi kecebong yang di sini dikatakan sebagai variabel bebas dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Dan dapat disimpulkan bahwa gelap tidak menghambat kita untuk maju.'
Hening.. Kuroko sengaja menghentikan dirinya untuk membacakan puisi buatannya. Karena ia tahu, akan ada yang-
"Apa maksudmu dengan kecebong-kecebong itu mendapatkan jati diri mereka yang sesungguhnya-nanodayo? Bu-bukannya aku penasaran-nanodayo!"
"Iya-ssu! Apa juga maksudnya dengan menjadi lebih dewasa dan disegani. Dan kenapa harus air got-ssu?" - 'Dan kenapa suasana romantis yang kurasakan tadi berubah cepat sekali menjadi absurd seperti ini-ssu?' lanjut Kise dalam hatinya.
"Iya Kuro-chin.. Dan apa hubungannya dengan variabel bebas dan variabel terikat?"
- mengintrupsinya.
"Akashi-kun, apa kau tidak ingin melemparkan pertanyaan juga padaku?" Mengabaikan fakta bahwa ia tidak menanyakan pendapat dari si tokoh dalam puisinya.
"Apa kau mengharapkanku untuk bertanya sesuatu padamu Tetsuya?"
Kuroko menggelengkan kepalanya, "Hanya merasa kurang saja Akashi-kun. Baiklah, akan aku jawab pertanyaan-pertanyaan kalian."
"Maksudku kecebong-kecebong itu mendapatkan jati diri tentu saja ketika mereka berubah menjadi katak Midorima-kun. Bukankah saat kelas 10 kita sudah mempelajari tentang fase kehidupan katak? Jadi, jati diri yang kumaksudkan di sini adalah saat kecebong-kecebong tersebut berubah menjadi katak. Apa kau mengerti Midorima-kun?"
'Mengerti? Apa yang ia harapkan dari penjelasan absurd macam itu-nanodayo?!' Batin Midorima sweatdrop, namun ia tetap menganggukan kepalanya.
"Nah untuk Kise-kun, maksud dari menjadi 'lebih dewasa dan disegani' adalah saat kecebong menjadi katak, fase itu adalah fase kedewasaan untuk kaum mereka. Dan maksud dari disegani adalah saat mereka menjadi kecebong, mereka biasa dijadikan sebagai sumber makanan untuk kura-kura atau ikan predator. Tapi saat kecebong berubah menjadi katak, mereka bukan saja menjadi dewasa, tapi status kebangsawanan mereka dalam dunia katak juga meningkat. Sehingga mereka bisa lebih memiliki kebebasan untuk menentukan jalan hidup mereka sendiri. Dan kenapa air got? Karena kecebong yang kuketahui hidup di air got. Bukan di air laut atau air tawar."
Para anggota Kisedai langsung sweatdrop berjamaah di tempat. 'A-apa di dunia katak ada gelar kebangsawanan-ssu? Dan.. Kenapa alasannya bertambah absurd sekali?' Ingin sekali pertanyaan batin itu Kise lempar pada Kuroko- kalau saja tidak ada lirikan tajam dengan aura membunuh yang ia tahu dengan jelas siapa pemiliknya. Jadi ia hanya menganggukan kepalanya saja. Pasrah.
"Untuk Murasakibara-kun, aku hanya ingin saja. Tidak ada maksud lain. Apa menurutmu hal mengenai variabel tersebut aneh di dalam puisi ku?"
"Menurutku, asal Kuro-chin pede dengan hal itu, tidak masalah jika ada variabel di dalam puisimu. Nah Kuro-chin lanjutkan puisimu, aku takut snack-ku akan habis sebelum kau selesai dengan puisimu." Kuroko hanya mengangguk.
'Ingatlah bahwa tanpa kegelapan, maka bintang-bintang yang indah tidak akan bisa kita lihat dan nikmati keindahannya saat malam tiba.
Maka jangan takut gelap, sama seperti aku yang tidak takut dengan Aomine-kun yang gelap.
Sebab aku adalah satu di antara bintang-bintang yang mendapatkan cahaya di kegelapan yang aku sendiri tak mampu untuk menembusnya.
Jangan pernah kalian lihat bagaimana gelapnya Aomine-kun, tapi lihatlah cahaya yang tercipta karena kekuatannya tersebut.
Kekuatan cahaya yang dapat menghilangkan kegelapan-kegelapan lainnya, seperti diriku yang tertolong oleh cahaya yang dimiliki Aomine-kun.
Tanpa dirinya, gelapnya diriku yang berwujud kelemahan tak akan bisa hilang tanpa bantuan cahaya seperti Aomine-kun
Aomine-kun lah cahaya yang setia menyinari dan mendampingiku sejak awal diriku menapaki sebuah jalan, yang bahkan diriku sendiri tidak yakin untuk melanjutkan langkahku pada jalan tersebut.
Maka dari itu, terimakasih pada Aomine-kun untuk cahaya yang kau berikan untuk membuat bayangan sepertiku mampu untuk berada di sisimu.
Dan izinkan aku, Kuroko Tetsuya, untuk selalu bisa bersamamu Aomine Daiki-kun, dalam suka maupun duka, dalam sehat maupun sakit, dalam kaya maupun miskin, dalam terang atau gelap, dalam tawa maupun tangis.
I'll promise to cherish you and to always hold you in highest regard. So Aomine-kun, will you . . '
"HENTIKAN-ssu!" Teriak Kise histeris
"TIDAK BOLEH-nanodayo!" Midorima OOC karena ikutan histeris
"JANGAN LANJUTKAN Kuro-chin!" Nah yang ini sampe menjatuhkan snack kesayangannya.
"Tetsuya.. Apa kau berusaha untuk menghancurkanku saat ini? Apa kau berusaha untuk menghancurkan kesabaran yang kuciptakan sejak awal kau membuat puisimu itu? Apa kau berusaha untuk menghancurkan kepercayaanku padamu? Apa kau berusaha. . "
"Cukup Akashi-kun. Kenapa kau jadi OOC begitu?" Potong Kuroko, yang langsung membuat Akashi menatap tajam Kuroko. Sedangkan Aomine lagi berusaha untuk menenangkan perasaannya yang sedang mengalami ledakan bahagia karena kalimat-kalimat romantis dari Kuroko.
"Ap-Apakah Kuroko-cchi berusaha untuk melamar Ahomine-cchi di hadapan kami semua-ssu? Apa Kuroko-cchi sedang berusaha untuk membunuh kami semua-ssu?!" Rengek Kise dengan suara yang diyakini mampu untuk memecahkan gendang telinga bayi baru lahir.
"Melamar? Melamar apa maksudmu Kise-kun? Aku hanya ingin mengatakan suatu hal yang sudah lama kupendam dari awal Aomine-kun datang sebagai cahayaku." Jawab Kuroko datar namun dengan suara tajam. Lagian apa masalah anggota Kisedai jika ia ingin mengutarakan perasaannya.
Diabaikannya tajaman penuh intimidasi dan aura hitam pekat dengan unsur membunuh yang dilayangkan Akashi khusus untuknya siang ini. Dan saat ini Kuroko memandang lurus ke mata Aomine yang entah mengapa terlihat gugup namun senyum tak lepas dari wajah cahayanya itu.
"So Aomine-kun, 'Will you always be my best partner in basketball forever in our lifetime that we have?'"
Loading Process . . . 10%
Loading Process . . . 40%
Loading Process . . . 70%
Loading Process . . . 100%
Seringaian bengis Akashi lah yang pertama kali memecahkan keheningan yang terjadi setelah Kuroko hampir saja meluluh lantahkan perasaannya. Dilanjutkan Kise yang bisa kembali bernapas lega setelah napasnya sempat tertunda dan langsung berusaha menahan tawanya yang lagi-lagi mana mungkin bisa ditahan olehnya. Murasakibara yang mulai pulih akhirnya memilih untuk memunguti snack nya yang tumpah akibat jatuh, namun tidak dapat dipungkiri olehnya bahwa ia merasa senang dengan kalimat terakhir dari puisi Kuroko. Dan Midorima yang sebelumnya menganga OOC bisa memingkemkan mulutnya kembali dan menaikkan kacamatanya yang tidak bergerak se-inch pun dan terbatuk-batuk karena berusaha menahan tawanya agar tidak terlihat oleh yang lainnya.
"Tentu saja Tetsuya. Daiki TIDAK akan bisa menolak keinginanmu. Dia akan SELALU menjadi PARTNER BASKET untukmu. SELAMANYA. Dan maafkan aku yang sempat berpikir negative tentangmu Tetsuya."
"Terimakasih Akashi-kun. Dan aku memaafkanmu."
'Bruk' Aomine pingsan di tempat.
END
Omake?
Review Please \(^_^)/
Author's Note :
Yeaaayyyy akhirnya di publish juga setelah sekian lama mendekam di leptop saja hoho.. Minna-san yang baik hati dan tidak sombong.. sudilah kiranya memberi review pada fanfic pertama hamba ini. Maaf kalau humornya maksa -_- maklum saja, saya orang yang garing di dunia nyata (?) Oh iya, jangan ninggalin jejak berupa flame yaa.. Saya takut bunuh diri dengan gantung diri di cabang pohon toge kalau sampe nerima flame.
Terimakasih yang sudah bersedia membacanya ^^
