Ai aii, yang habis ospek balik lagi :D
ini kubukin beda banget lho sama cerita aslinya, hehe. mohon maklum
nggak tahu ini cerita bagus apa nggak, RnR yah? :3
Hari-hari penuh festival sihir terbesar antar guild terasa selalu menegangkan dan seru. Fairy Tail memang memiliki point terendah saat ini, tapi Lucy yakin mereka akan bisa menang. Selama tidak ada yang curang (seperti yang dilakukan Raven Tail padanya) dan selama mereka bisa lebih kuat. Seakan banyak masalah terjadi saat ini, mereka semua penasaran kenapa orang-orang Raven Tail salah menculik seorang gadis dari guild Fairy Tail, apa yang mereka rencanakan selalu membuat Fairy Tail marah dan penasaran.
Untuk pertama kalinya Lucy membuka mata lebar-lebar melihat segala guild berkumpul. Ternyata tidak hanya Fairy Tail saja yang kuat, diluar sana pasti juga ada serikat penyihir yang sangat hebat. Apalagi setelah Lucy mendengar kabar kalau Natsu datang ke Sabertooth––dengan tololnya, menantang master mereka untuk berduel denganya, karena dia tidak terima cara mereka memperlakukan nakamanya. Jelas sekali Natsu kena semprot seluruh anggota Fairy Tail, bahkan master makarov langsung syok dan dia pingsan. Sekarang dia sedang tidur penuh kenyamanan di lantai atas, tapi tidak bagi natsu, hingga hampir tengah malam pun dia masih di semprot oleh Erza. sebgian orang sudah menyerah dan pergi tidur, hingga hanya ada Natsu, Lucy, Gray, Erza, Mira, Laxus, Elf-man, Cana, Lisanna, Happy, Chlara dan Wendy (yang sudah setengah tidur).
"DASAR BODOH! Tak punya otak! Apa yang kau pikirkan Natsu Dragneel–––oh ya ampun, ada apa dengan anak ini. Kau melakukan kesalah besar Natsu!" teriak Erza tak henti-hentinya sejak satu setengah jam yang lalu. Wajah natsu sudah hampir babak belur di pukul sana sini oleh Erza dan Gray memukulnya satu kali.
"Sudah berapa kali ku bilang mereka jahat, Erza! Mereka memperlaukan nakamanya seperti sampah–––"
Dan yang satu ini adalah pukulan paling parah yang dilontarkan Erza pada Natsu, dia memukul kepalanya sampai membelah meja didekat Natsu jadi dua. Lisanna terdengar memekik tertahan, lalu berusaha menolong natsu bangkit berdiri dengan kepala yang mengucurkan darah. Dia sama sekali tidak terlihat kesakitan, tapi pandanganya terlihat seperti marah, malu atau apalah.
"Tapi kau tak perlu mencampuri urusan guild lain, Natsu!" seru Erza.
Lucy memegang lengan Erza, memang sudah seharusnya Sabertooth mendapat semburan api dari Natsu. Tapi mereka juga tak begitu ingin aka nada perselisihan dnegan gild itu, dengan Rven Tail saja sudah cukup bagi mereka.
"Sudahlah Erza, natsu memang bodoh kau tahu itu. Sekarang sudah malam, kurasa kita tidur saja, siapa tahu besok Sabaertooth akan kemari. Istirahat dulu ya!" bujuk Lucy penuh pengharapan pada mata Erza. Erza diam sebentar, lalu tersenyum lemah pada Lucy.
"Baiklah, aku tidak peduli lagi. Aku rasa harus tidur sekarang, siapa tahu ini hanya mimpi. Kuharap besok aku terbangun dan kita belum bertanding," kata Erza sambil menggeleng gelengkan kepalanya kemudian beranjak pergi tanpa repot repot menyuruh mereka tidur semua. Terdengar Laxus hampir tertawa tapi tidak jadi setelah mendapat pelototan dari Lucy dan Gray.
Lucy tersenyum, dia senang akhirnya berakhir juga, dia benar-benar lelah. Dia yang pertama kali tahu kalau Natsu bertindak bodoh, dia juga yang pertama kali memarahi Natsu habis-habisan tadi, itu membuatnya lelah. tapi Natsu pasti lebih lelah, apalagi dihajar habis habisan oleh Erza. Saat Lucy mau menghapiri Natsu, Gray yang berjalan arah berlawanan menubruk bahunya pelan.
"Mau kemana? Kau tidak mau pulang?" tanya Gray heran, walaupun kata 'pulang' penuh penekanan. Gray pasti berpikir Lucy juga seharusnya marah pada Natsu.
Lucy mengerling Natsu sebenar, sekiranya mengajaknya pulang untuk istirahat, tapi ternyata Lisanna masih di samping Natsu dari tadi. Dia mengelus kepala Natsu penuh sayang dan iba. entah kenapa–––benar-benar tidak tahu, Lucy ingin sekali menerima ajakan Gray untuk segera pulang.
"Tentu saja aku pulang" jawab Lucy sambil menatap Gray dengan pandangan ayo-pulang-atau-mau-disini-selamanya.
Lucy segera melangkahkan kakinya keluar guild, diikuti Gray dibelakangnya yang tampak heran. Bahkan natsu tidak perlu memanggilnya untuk diajak pulang bersama.
Mereka berjalan dalam keheningan, Lucy bosan sekali. Dia mengerling pada Gray, dan kaget sampai terlonjak saat Gray ternyata juga sedang memperhatikanya. Lucy langsung memasang wajah mengejek, Gray menggertakan giginya, "Kenapa sih denganmu? Tadi marah-marah, lalu kelihatan murung, sekarang malah jadi menyebalkan. Ckck, haid memang sepertinya mengganggu cewek ya."
Duuk!
"Memangnya kapan aku memberi tahumu kalau aku lagi haid! Hahh, hari ini benar-benar gila," kata Lucy merana, dia berjalan gontai lalu duduk sembarangan di jembatan batu di atas sungai.
Gray tampak kuwalahan, tapi dia ikut duduk juga dengan Lucy. Mau tak mau, Lucy tersenyum, baik juga Gray itu. Lucy mengamati aliran sungai yang tertimpa sinar bulan, dia mendongak, bulan hampir tampak penuh. Entah mengapa perasaanya tidak enak. Sungguh tak enak.
Suara ceburan air membuyarkan lamunanya, dia jadi menatap Gray malas saat tahu Gray tampak tak ada kerjaan dan melempar-lempar kerikil ke air sungai. Gray menoleh padanya, lalu membuka mulut "tenang saja, semua akan baik-baik saja."
Lucy tercengang menatapnya, dia menggeser duduknya untuk lebih dekat pada Gray. Gray tampak kaget bercampur mengantisipasi, siapa tahu Lucy akan memukulnya lagi. Tapi kenyataanya Lucy malah tersenyum senang, dia tidak pernah tahu kalau Gray bisa memahami perasaanya. Segalanya, tentang pertandingan ini, atau hal-hal buruk yang pernah menimpanya, semanya akan baik-baik saja.
"Semoga saja," tambah Lucy sambil tersenyum pasrah, menatap aliran air yang cemerlang dimandikan sinar bulan.
Gray mengangkat alisnya, lalu tiba-tiba Lucy merasa sebuah tangan mendorongnya hingga jatuh.
Byuur!
Dia merasakan seluruh tubuhnya basah dan dingin, tapi wajahnya menguap panas. "Awas kau Gray!" Lucy mengacungkan gerakan tangan yang tidak sopan. Tapi Gray yang melihatnya malah tertawa, dengan gesit Lucy berhasil menarik kaki Gray dan menjatuhkanya dengan keras ke dalam air sungai, bersamanya. Dia terbahak-bahak, melihat kepala Gray benjol ditambah basah kuyup membuatnya tampak menyedihkan. Lucy masih tertawa sambil memukul-mukul bahu Gray, tapi dinginya hawa tengah malam benar-benar menembus kulitnya.
"Haha, terimakasih kau cukup menghiburku hari ini. Brr" kata Lucy sambil nyengir, Gray masih tampak cemberut.
"Kau kedinginan ya?" tanya Gray tiba-tiba, dia menepuk bahu Lucy.
"Juga lelah, pegal-pegal, dan lapar. Mengerikan," jawab Lucy sambil tersenyum merana. Gray menarik pipinya gemas, tapi setidaknya, pipi Lucy jadi terasa hangat. Tanpa sadar––sungguh, tangan Lucy menyentuh tangan Gray yang masih di pipinya. Supaya tidak pergi, supaya masih hangat saat tangan itu menyentuh pipinya.
Wajah Gray memerah, Lucy buru-buru melepas tanganya. Malu sekaligus geli, karena sekarang Gray tampak sangat salah tingkah hingga terpeleset dan tambah basah kuyup.
Lalu saat akan mengajak bicara Gray, dia sudah bicara dahulu.
"Tahu dimana Juvia?" tanya Gray saat sudah tampak bisa menguasai diri, dia sudah keluar dari sungai dengan memanjat. Sambil mengulurkan tanganya untuk membantu Lucy. Lucy menggenggam erat tangan Gray, entah mengapa kesanya sungguh berbeda saat tangan Natsu membantunya berdiri waktu kalah pertandingan.
"Mana kutahu, mungkin dia sedang ritual pemujaan pada Gray si dewa es yang tampan sekali," jawab Lucy sambil memasang wajah memikir, lalu terkekeh saat Gray melotot padanya.
Lucy menghembuskan napas super panjang, dia benar-benar tersenyum pada Gray. Setidaknya, dia masih bisa tertawa saat ini.
"Haha, sudahlah. aku capek sekali, aku lewat sini ya. Bye, Gray!" kata Lucy sambil menepuk kepuk pipi Gray seperti anak kecil. Lalu langsung berjalan cepat.
Lucy tidak biasanya bangun subuh, tapi mungkin karena kemarin begitu sampai rumah langsung tidur, dia jadi ingin pipis saat terbangun subuh itu. Dengan wajah masih ngantuk, setelah melepas penderitaanya dari kamar mandi. Dia berharap segera kembali ke kasur dan melanjutkan tidurnya–––bahkan Lucy bermimpi seluruh apartemenya terbuat dari awan dan permen kapas, hingga dia bisa tidur di atap. Tapi saat melewati jendela, matanya terbelalak, dia melihat sedikit rambut pink menyumbul di luar. Lucy bergegas membuka pintu, dan benar saja karena di sana ada Natsu Dragneel.
Dengan wajah setengah tidur, dia mendongak melihat lucy. Lalu nyengir lebar, walaupun sungguh mengerikan wajahnya. Dia babak belur dan darah sudah hampir tak menyisakan tempat di wajahnya.
"Pagi, Luce!" sapanya, tidak biasanya Happy tak ada di pangkuanya.
"Apa yang kau lakukan disini Natsu!" tanya Lucy marah, belum sempat Natsu menjawab, Lucy sudah memapahnya untuk masuk ke dalam.
Lucy menidurkan Natsu (walaupun tidak rela) di kasurnya yang empuk. Wajah Natsu masih lebam, juga ada darah kering di pelipisnya, tapi dia masih bisa nyengir lebar pada lucy.
Lucy mendesah pelan, lalu langsung mengambil peralatan obat dan kompres air es.
"Kenapa kau ada di depan rumahku subuh subuh?" tanya Lucy sambil mengolesi lebam Natsu dengan krim penyejuk.
"Sudahlah! tidak usah diobati, luka begini saja–––auuw!" pekik Natsu saat Lucy dengan jengkel menekan super keras bagian wajah Natsu yang lebam. Natsu selalu sok kuat sih.
"Hah, kau ini dasar bodoh~. Kenapa kau tidak pulang saja kerumahmu? Kemarin kan Lisanna bersamamu, dia tidak mengobatimu?" tanya Lucy.
"Setelah kalian pulang aku langsung marah marah tentu saja! Saat Lisanna mau menenangkanku, dia diseret Elf-man untuk segera tidur. Huh! Apaan itu!" kata Natsu dengan nada tinggi.
Oh, jadi natsu kesini karena Lisanna belum sempat mengobatinya. Kalau Lisanna mengobatinya, Natsu tidak perlu Lucy untuk mengobatinya begitukah? Entahlah, Lucy merasa sedikit malas memikirkan ini. Walaupun fakta ini mendaprat otaknya terus-terusan.
Lucy menekan luka Natsu keras lagi, hingga Natsu protes. tapi setelah hening lama, dan Lucy sudah selesai mengobati Natsu, Natsu bicara
"Apa kau pikir aku juga bodoh?" tanya Natsu, dia menatap lurus mata Lucy.
"Apa perlu kujawab!" jawab Lucy tidak percaya.
"Lucy! Maksudku atas tindakaku pada master sabertooth brengsek-tua itu–––"
"Natsu! kalau kau memanggilnya seperti itu lagi, kau akan dihajar Erza" potong Lucy pelan, kali ini dia benar-benar merasa kedinginan. Waktu subuh memang selalu dingin seperti es. Lucy mengosok gosokan kedua tangnya di lenganya.
"Wah kau kedinginan ya?" tanya Natsu innocent, tentu saja dia tidak pernah kedinginan kalau napasnya terbuat dari api.
"Sini kubuatkan api!"
"Tidak perlu, sungguh! Ah brr, dingin sekali. Pasti mau musim dingin" kata Lucy sambil bergidik.
Natsu memandangnya sebentar, lalu tanpa ragu menyeretnya naik ke kasur tepat di pangkuanya, punggung Lucy membentur dada Natsu. Lucy kaget setengah mati, lalu seperti biasa Lucy menendang Natsu
"Pervert!"
"Aduhh, sudahlah. Kan katamu tadi dingin Luce!" protes Natsu berusaha menghentikan tendangan Lucy padanya. Lucy menghentikan tendanganya, tapi Lucy jelas langsung blushing kan. Natsu selalu bertindak seenaknya.
"Ya sudahlah. Sekarang kau pulang saja Natsu."
"Untuk apa pulang? Kita berangkat ke pertandingan bersama-sama," jawab Natsu sambil nyengir lebar. Lucy cuma mendengus lalu nyengir.
Mereka berdua datang paling pagi ke arena. disana masih sepi, hanya ada beberapa penonton dan juga orang orang dari guild lain yang sedang berlatih.
Hibiki dari Blue Pegasus melihat mereka, dia langsung melambai penuh pesona pada Lucy dan tidak menunjukan tanda-tanda kalau dia melihat Natsu.
Selang beberapa saat, arena menjadi luar biasa ramai dan meriah. Suara pembawa acara menggema keseluar penonton.
"Kompetisi di hari ketiga adalah… Pondemonium! Akan ada satu orang yang ikut berpartisipasi dari setiap guild!"
Suara riuh penonton menggema, Erza langsung maju. Walaupun Natsu masih berapi-apai untuk bisa menendang bokong Sabertooth.
Hanya dalam beberapa menit, semua orang di buat menganga melihat aksi Erza. Masih bisa dipercaya kalau Erza bisa mengalahkan 100 monster sekaligus dan tidak mati. Luar biasa, Lucy dan yang lain berteriak kegirangan atas kemenangan ini.
Posisi berubah, setidaknya Fairy Tail tidak ada di posisi Pertandingan. Setelah pertandingan-pertandingan lain, kini giliran Laxus yang maju, melawan Alexei. Sudah bisa dipastikan siapa pemenangnya. Walaupun tadi mereka ternyta sempat dikelabui oleh sihir dari Raven Tail. Giliran Wendy, dan seterusnya. Akhirnya pertandingan hari itu tidak mengecewakan, malamnya, mereka berpesta minum, bercanda, dan bermain selancar tong.
"Lu-chan, kau harus ikutan," kata Levy pada Lucy.
Lucy ingin ikut, "tapi aku kan pakai rok."
Tapi siapapun bisa melihat Erza yang memakai rok juga sedang terjengkang karena terpeleset tong. Lucy tertawa, apalagi saat melihat Gray kehilangan bajunya. Gray yang kebingungan tak sengaja menangkap mata Lucy, Lucy tersenyum, dan Gray balas senyum dengan gigi-giginya itu. Tampan, arh! Walaupun tampan, dia bodoh dan menyebalkan.
Esoknya, adalah hari ke-4 festival sihir, bagian permainan. Lucy sudah ada didalam bola air raksasa, di sana, yang keluar yang kalah. Lucy akan berusaha, dia tak ingin kalah seperti waktu kemarin, dia tak ingin mengecewakan teman-temanya. Apalagi Natsu, yang sekarang mendukungnya habis-habisan.
Pertandingan sudah di mulai, tentu yang kelihatanya kuat adalah Juvia dan orang dari Sabertooth itu, namanya Minerva. Lucy mengeluarkan Aquarius, tapi itu tak bertahan lama. Juvia sudah mengeluarkan jurus cinta mautnya dengan embel-embel nama Gray-sama, menggelikan, tapi hebat juga. Dia berhasil menyengkirkan hampir semua peserta. Tapi dengan bodohnya dia sendiri malah keluar dari arena bola air. Sekarang tinggalah Lucy dan Minerva.
Dia mengambil kunci Lucy, gawat, ini tidak baik. Sabertooth sialan, dia mengeluarkan sihir yang aneh sekali, sihir itu panas dan berat seperti timah. Menghantam habis-habisan tubuh Lucy.
"HENTIKAN ITUU!" walaupun samar, Lucy bisa mendnegar Natsu berteriak murka. Tapi Lucy tidak ingin mengandalkan Natsu untuk membalas dendam, dia akan berusaha.
Duuukh!
"Uaghh!"
Sakit luar biasa, darah mengalir dan rasa panas membakar kulitnya. Lucy masih bisa membuka matanya bertahan, tapi Minerva murka. Dia melemparkan sihirnya dengan kasar.
"ARGGHH!"
Lucy masih bisa merasakan tubuhnya remuk, tulangnya mungkin patah atau lepas. Kulitnya terbakar, kakinya benar-benar sakit. Sakit sekali. Kemudian samar dia mendengar teman-temanya meneriakan namanya, dan suara pembawa acara yang kedengaran panik. Sebelum akhirnya kegelapan menyelimuti matanya.
Lucy membuka matanya pelan, kepalanya langsung berdenyut sakit. Dia memejamkan mata sejenak, kemudian saat yakin, dia membuka matanya lebar. Tapi bukan lebar lagi namanya, Lucy langsung melotot. Karena dia merasakan bibirnya disentuh, dia bisa melihat wajahnya. Sting Eucliffe mencium bibirnya.
TBC
RnR?
