Judul : The Lost Light

Chapter 1 :

Author : Kakashy Kyuuga

Disclsimer : Naruto punya om Masashi ^_^

Genre : hurt, romance and fantasy

Pairing : Naruhina

Gelap, lima huruf yang menyatu membentuk satu kata yang memiliki makna. Gelap, dari satu kata itu sudah bisa menggambarkan keadaannya. Gelap siapa sangka satu kata yang terdiri dari lima huruf mampu membuat seseorang tak berdaya, membuat seseorang kehilangan dirinya.

Gelap, satu kata yang jika kita berhadapan dengannya membuat akal dan pikiran seolah ditarik kedalamnya.

Namun, ini adalah jalan yang di sebut kehidupan. Jalan kehidupan yang sudah ditakdirkan akan selalu ada dan akan selalu bersama dalam aliran waktu. Di dunia ini sudah menjadi garis alam, segala sesuatu selalu berpasangan.

Begitupun dengan gelap yang menggambarkan keadaan yang paling terpuruk dan mengerikan, bagaimana jika kegelapan menguasi dunia? Kehidupan di dunia ini pasti akan berakhir.

Cahaya, enam huruf yang menyatu membentuk satu kata yang memiliki makna. Cahaya, dari satu kata itu sudah bisa menggambarkan keadaannya. Cahaya, siapa sangka cahaya ada untuk menemani gelap. Memberikan cahaya kehidupan dan arti yang sebenarnya tentang kehidupan ini, membuat hidup lebih berwarna.

Sudah menjadi garis tangan alam, ada gelap, ada cahaya. Ada siang, ada malam. Ada matahari, ada bulan. Memang pasangan yang yang serasi, sangat cocok dan seimbang. Mereka saling , mengisi dan melengkapi.

Tapi, bagaimana jika diantara mereka ada yang hilang?

Konoha, 2018 M.

Langit malam tertutup awan cumulus hitam, angin bertiup kencang menyanyikan lagu kematian. Dentuman Guntur serta sambaran kilat menggila menghiasi malam di desa Konoha.

Jauh nun di sana, di salah puncak gunung yang mengelilingi desa Konoha samar-samar terdengar suara nyanyian di tengah badai. Nyanyian yang menghantarkan hujan dan angin.

Seiring menghilangnya nyanyian misterius itu, badai yang menyerang desa Konoha perlahan mereda di gantikan dengan kegelapan yang membutakan mata. Tak ada cahaya sedikitpun yang bersinar dari rumah-rumah penduduk, tak ada tanda-tanda adanya kehidupan dari tiap penduduk.

Awan perlahan bergerak meninggalkan peraduannya memperlihatkan langit malam yang tak berbintang dan tak berbulan.

Apa yang terjadi pada langit desa Konoha?

Konon, pada zaman dahulu kala, saat para dewa masih melalukan kontak dengan manusia. Saat hal-hal mistik masih terjadi, saat siklus kehidupan di bumi berjalan dengan normal dan serasi.

Saat hubungan antara dewa dan manusia makin dekat, saat hubungan itu menciptakan suatu perasaan yang kian erat, saat ikatan itu menuju ke satu titik. Satu titik di mana petaka ini di mulai.

Saat putri bulan jatuh cinta pada manusia, saat takdir mereka tak bisa di satukan dalam ikatan yang disebut cinta. Kisah cinta yang terlarang antara mahluk langit dan manusia, para dewa-dewa mulai murka dengan pelarangaran yang dilakukan putri bulan.

Akhirnya saat itu datang juga, saat persidangan itu dimulai. Saat harus memilih satu diantara dua. Sang putri bulan yang telah melanggar hukum alam karena telah jatuh cinta pada manusia di berikan pilihan oleh para dewa-dewa. Dia harus mengakhiri hidup kekasihnya atau mengasingkan dirinya jauh ke jagat raya yang terluar.

Keputusan kini telah bulat. "Aku akan menghabisi nyawanya!" sungguh bukan sebuah keputusan yang mudah, menghabisi nyawa orang yang dicintai adalah sebuah keputusan yang sangat berat. Tapi ini adalah keputusan yang harus dia ambil. dilihat dari sisi lain, ini adalah keputusan yang tepat untuknya.

Setelah membunuh kekasihnya sang putri turun ke bumi dan menyendiri meninggalkan tugasnya sebagai dewi malam. Menjalani kehidupan abadinya di dalam kegelapan dan kesendirian, menghabisi hidupnya yang entah sampai kapan akan berakhir di dalam penantian dan penyesalan.

Inilah kisah tentang seseorang yang memilih hidup di dalam kegelapan, kisah seseorang yang telah kehilangan cahaya dalam hidupnya. Jika memang cahaya di takdirkan akan selalu menemani gelap, jika memang bulan yang gelap bersinar karena adanya pantulan cahaya dari matahari, jika seperti itulah suratan takdir alam ini. maka ini adalah jalan untuk menuju takdir itu.

"Ini adalah penyambutan yang tidak menyenangkan!" gerutu seorang pemuda bertatto taring di kedua pipinya seraya menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya kecuali kepalanya, sementara badai di luar penginapan yang mereka tepati mulai mereda.

"Lokasi penelitian kita memang berada di daerah terpencil, karena itu di butuhkan tenaga yang ekstra" sahut pemuda bermodel rambut nenas terdengar malas di atas ranjangnya.

"Tapi, kenapa di sini gelap sekali? Meski tidak ada bulan, tapi kenapa perumahan penduduk semuanya gelap?" tanya pemuda berambut raven yang tengah mengintip ke luar jendela.

"Apa kalian melihat Naruto? Aku tak melihat Naruto sejak kita tiba" semua yang ada di dalam ruanga itu menoreh pada pemuda bersurai merah yang tengah menatap intens pada pemuda berkulit pucat yang tengah menyalakan lilin didepannya.

"Tidak, seingat ku dia yang terkhir turun dari kapal" jawab pemuda itu seraya duduk di dekat pemuda bersurai merah.

"Apa sampai sekarang Naruto belum kembali?" tanya pemuda bertatto taring, yang lain saling pandang.

"Yang aku tahu Naruto itu buta arah" tambah pemuda berambut nenas

"Dia kan tidak tahu tempat ini!" sahut pemuda berkulit pucat terlihat cemas.

"Anak ini!" gerutu pemuda raven geram

"Kita harus segera mencarinya!" ucap pemuda bersurai merah seraya berdiri dari duduknya namun di tahan pemuda berambut neneas.

"Gaara, di luar terlalu gelap. Badai baru saja berakhir, dan kita tidak tahu apa yang ada di luar sana"

"Aku tidak bisa terus menunggu disini seperti ini, Shikamaru"

"Tujuan kita datang ke tempat ini adalah untuk meneliti, aku tidak bertanggung jawab jika sesuatu terjadi pada kalian" Shikamaru mencoba menahan niat Gaara.

"Sasuke, Sai, Kiba. Apa kalian akan diam saja jika sesuatu teradi pada Naruto?!" pemuda raven, pemuda berkulit pucat dan pemuda bertatto mentap penuh keraguan pada Gaara.

….

Angin berhembus pelan menerbangkan dedaunan menghiasi udara malam yang dingin dan gelap, suara nyanyian sayup-sayup terdengar mengisi kesunyian malam. Malam terlalu gelap, cahaya yang ada pun tak bisa menebus gelapnya malam, seolah kegelapan ini berlapis-lapis. Keadaan malam yang sulit di tebak ini membuat mereka tak bisa bergerak mencari teman mereka yang entah berada di mana, dalam keadaan hidup atau mati, tidak ada yang tahu itu.

Pendengaran Sasuke menangkap suara pergerakan aneh di jalanan, dia menyibakan kain penutup jendela dan mencoba melihat di dalam kegelapan malam, apa dan siapa di luar sana.

Angin bertiup pelan melambaikan gaun putih terkoyak, surai gelap mengayun lembut mengikuti alunan angin yang menerpanya. Sosok itu berjalan di dalam kegelapan malam seolah kegelapan adalah temannya.

"Apa yang kau lihat, Sasuke?" tanya Sai melihat Sasuke tak bergeming dari jendela.

"Aku melihat seorang perempuan berjalan di tengah kegelapan" jawab Sasuke tanpa melepaskan matanya dari sosok itu.

"Seorang perempuan di tengah gelapnya malam dan hujan seperti ini?!" tanya Kiba yang tak percaya.

"Mungkin yang maksud adalah putri bulan" Sasuke melepaskan kain jendela dan menoreh pada Shikamaru.

"Dongeng itu?" tanya Sia yang mulai tertarik, " Apa benar dongeng itu nyata?"

"Itu bukan dongeng, ini adalah legenda. Legenda pada zaman dulu" Sai tersenyum paksa pada Shikamaru karena merasa tengah di tegur olehnya.

"Tapi itu sudah ribuan tahu yang lalu" Kiba mencoba berspekulasi. "Mungkin itu orang gila atau hantu"

"Para dewa-dewi memiliki usia yang panjang, ada kemungkinan dewi itu masih berkeliaran" tambah Sasuke mencoba berargumen meski dia agak kurang yakin dengan mitos desa ini.

"Tujuan kita datang ke desa ini untuk meneliti letak geografis dan keadaan alam desa ini yang memungkinkan bulan tidak muncul di tempat ini" Gaara tiba-tiba menghentikan diskusi mereka. "Penelitian kita ini tidak ada hubungannya dengan mitos itu" tegas Gaara.

"Yeah, kau benar. Itu hanya sebuah mitos, tapi berada di tempat ini membuat ku merasakan itu bukan sekedar sebuah mitos. Karena kesunyian dan kegelapan ini benar-benar menyebalkan" dengus Shikamaru seraya kembali berbaring diranjanganya.

Gelap, dingin, lapar, tiga perasaan yang sangat menyiksa. Sungguh, hal ini bisa saja merenggut nyawa seseorang. Seorang pemuda berpakaian dengan warna mencolok berjalan terseok-seok diantara semak belukar, tangan kanannya meremas perutnya yang sedari tadi menimbulkan bunyi dengkuran sementara tangan kirinya memeluk tubuhnya yang menggigil.

"Sasuke! Shikamaru! Gaara! Sai! Kiba!" panggil pemuda itu pelan, suaranya terdengar parau. "Kenapa kalian tega meninggalkan aku sendiri?!" rintih pemuda itu seraya membuang tubuhnya di tanah.

"Aku kelaparan dan kedinginan, apa kalian tak mencariku?"

"Apa aku pernah bilang pada kalian kalau aku ini takut kegelapan?"

"Di sini sangat gelap, teman-teman. Aku takut!" rengek pemuda itu ketakutan. "Aku sudah tidak bisa bergerak lagi, aku sudah tidak kuat. Kaa-chan, maafkan Naru. Naru tak sempat membahagiakan kaa-chan, maafkan Naru jika Naru mati di sini~~~~"

Krak!

Pemuda itu terdiam dari aksi bermanja tunggalnya saat telinganya menangkap suara ranting patah tak jauh darinya.

"Siapa itu?"

Sunyi, bahkan suara hewan malam pun tak terdengar.

"Aku tanya siapa disitu?!" entah ini sebuah peringatan atau trik menyembunyikan ketakutannya. "Hal seperti ini bisa membuatku mati muda" ratap pemuda itu dalam hati seraya membanyangkan siapa penyebab suara itu.

"Semoga saja dia bukan monster apalagi hantu" do'a pemuda itu dalam diam.

Sunyi, sepi, gelap. Masih sama, tak ada tanda-tanda akan sesuatu. Pemuda itu mulai menarik napas lega, berhasil menangani rasa takutnya.

Krak, krak, krak.

Pemuda itu merangkak mundur dengan cepat saat dia mendengar suara dahan patah sahut menyahut seperti di injak seseorang. Suara itu makin mendekat padanya, kini jelas terlihat dari balik gelapnya malam dan dari balik gelapnya semak-semak, sosok bergaun putih dan bersurai gelap panjang perlahan mendekatinya.

Sesak, napasnya tertahan di dadanya. Cairan tubuhnya mungkin habis karena keringat bercucuran bagai hujan di musim penghujan. Tubuhnya bergetar hingga menimbulakan gesekan angin dengan tanah.

Kini sosok itu terlihat jelas, berdiri di depannya dengan tatapan yang kosong.

Tunggu, bukan kosong. Tapi matanya putih, apa?! putih? Baju putih, rambut panjang, mata yang putih?! Apa mungkin dia adalah_

"HANNNNNTTTUUUUU!" teriak pemuda itu ketakutan setengah mati tanpa berlari atau mninggalkan tempatnya.

"Naruto?!"

"…." Pemuda itu serentak menghentikan teriakannya saat dia mendengar namanya di sebutkan oleh sosok itu.

"Na-Naruto~~~" sumpah, saat ini pemuda itu ingin berteriak sekencangnya dan lari sejauh mungkin. Namun semua itu dia urungkan, ada sesuatu yang menahannya untuk tidak berteriak dan lari.

"Benarkah itu dirimu Naruto?!" kini sosok itu menjatuhkan dirinya di depan pemuda itu, sontak pemuda itu merangkak mundur menjauh dari gadis yang tak dia kenal itu.

"Ba-bagaimana kau bisa tahu namaku?!" tanya pemuda yang bernama Naaruto ketakutan plus tak habis pikir kenapa ada orang asing mengetahui namanya. "Apa kau dikirirm oleh teman-temanku untuk mencariku?!" apa yang di pikirkan si Naruto itu?!

"Eh eh?" gadis itu memeiringkan kepalanya tanda tidak mengerti.

"Aku mengerti, kau pasti datang mencariku. Dimana teman-temanku?!" entah apa yang ada di pikiran Naruto sampai dia tidak bisa membaca ekspresi bingung dari wajah gadis itu.

"Te-teman-teman?" tuh, gadis itu semakin bingung.

"Iya, teman-temanku yang mengirimu untuk mencariku?!" kata Naruto penuh semangat seolah dia telah mendapat cahayanya di dalam kegelapan seraya merangkak mendekati gadis itu. eh, gadis itu malah kaget dan merangkak mundur menjauh dari Naruto.

"Ehehehe~~~~, gomen ne. aku sudah membuat mu takut" kata Naruto dengan tawa riangnya membuat detakan jantung gadis itu berdetak cepat.

"Na-Naruto~~~~" Naruto menghentikan tawanya begitu dia mendengar suara gadis itu bergetar.

"Maaf, maaf. Aku tak berniat membuat mu takut, maafkan aku!" ucap Naruto kalang kabut.

"Ti-tidak apa-apa, Naruto-kun"

Shiiinnggg! Jantung Naruto berdetak kencang kepalanya terasa membesar saat dia mendengar namanya dipanggil seperti itu oleh gadis itu, apalagi senyumnya. Seperti dejavu, dia pernah melihat senyum seperti itu. tapi dia tidak tahu dimana dan kapan itu.

"Apa yang Naruto-kun lakukan tengah malam begini di sini?" tanya gadis itu.

"Aku terpisah dan tersesat dari teman-temanku, aku tidak tahu dimana ini. ini adalah kali pertamanya aku kesini" cerita Naruto.

"Oh, seperti itu. kalau begitu beristirahatlah sebentar di tempatku" kata gadis itu seraya berdiri di ikuti Naruto.

"Eto, bisakah kau membawaku ke tempat teman-temanku?"

"Dalam keadaan gelap seperti ini sangat sulit untuk bisa keluar dari hutan ini, kau tersesat cukup jauh dari desa" Naruto ternganga dengan tidak elitnya mengetahui dia tersesat sejauh itu!

"Baiklah, tapi di tempat mu ada makanan kan?" tanya Naruto, gadis itu tersenyum.

"Akan ku buat makanan kesukaanmu" lanjutnya seraya membimbing Naruto berjalan di dalam kegelapan.

"Kau sama sekali tidak mengalami kesulitan berjalan di dalam gelap" kagum Naruto melihat gadis itu bisa melihat di dalam kegelapan yang membutakan ini.

"Ini desaku, aku lahir dan besar di desa ini. karena itu aku sudah terbisa dengan keadaan seperti ini" jelas gadis itu.

"Ah, begitu rupanya. Oh, iya! Kau sudah tahu namaku, tapi kau belum memperkenalkan namamu" kata Naruto mencoba ramah dengan sdikit tersenyum.

Gadis itu kembali tersenyum. "Kau bisa memanggiku, Hinata. Hyuuga Hinata"

…..

Matahari bersinar dengan teriknya setelah semalam terjadi badai, Sasuke, Shikamaru, Gaara, Sai dan Kiba mulai melakukan kegiatan mereka. Pertama-tama mereka akan pergi mencari Naruto dan kemudian mencari data tentang desa ini.

Sungguh pemandangan yang jauh berbeda terbalik 360 derajat dengan semalam, siang hari di desa ini sangat ramai. Semua penduduk berhamburan keluar melakukan aktifitas mereka sehari-hari. Sudah hampir sejam mereka berkeliling menanyai keberadaan naruto, namun hasilnya nihil.

"Apa mungkin naruto sudah di makan hewan buas atau di culik putri bulan yang berada dalam mitos itu?!" Kiba mulai ngelantur.

"Woi, Kiba. Jika Naruto sudah mati, kaulah orang pertama yang didatangi arwahnya untuk menuntut balas!" serga Shikamaru.

"Aku yakin dia baik-baik saja, tapi masalahnya dimana dia sekarang?!" kata Gaara agak frutasi, dia mungkin bingung bagaimana caranya jika Khusina baa-san menanyakan anaknya?!

"Sepertinya semalam, gadis itu muncul lagi" Sasuke menajamkan pendengarannya saat beberapa gadis berjalan melewatinya.

"Benarkah? Apa ada pemuda dari desa yang hilang lagi?" Sasuke makin penasaran, dia mendakti dua gadis itu dan menahan mereka.

"Hei, kalian. Tunggu sebnatar!" panggil Sasuke pada dua gadis tadi, merasa di panggil dua gadis tadi berhenti dan menoreh pada Sasuke.

"Apa maksud kalian dengan ada yang hilang?" tanya Sasuke.

"Setiap nyanyian dari puncak gunung terdengar, itu tanda kalau putri bulan keluar dari persmbunyiannya mencari cahaya" jawab gadis pink.

"Cahaya? Mungkin karena itu, malam hari desa ini tidak menyalakan lampu?!" batin Sasuke menyimpulkan.

"Dan cahaya itu adalah, penduduk pria"

Sasuke terperanjat kaget begitu pun ke empat temannya langsung mengahmpiri mereka.

"Jangan-jangan Naruto?!" Kiba terlihat syok.

"Itu hanya mitos, belum tentu benar!" Gaara mencoba menenangkan Kiba sekaligus kkesal karena mereka terlalu membesar-besarkan mitos itu.

"Sepertinya kalian bukan penduduk asli desa ini" gumam gadis bersurai pink sebahu seraya memperhatikan Sasuke.

"Dari mana asal kalian?" tanya gadis yang satunya, surai pirang yang di ikat tinggi itu bergoyang saat dia melihat kebelakang Sasuke tepatnya teman-temannya.

"Kami dari Tokyo, kami datang untuk mengadakan penelitian disini" sambung Sai menjawab pertanyaan gadis pirang tadi seraya tersneyum.

"Apa kalian datang untuk meneliti kenapa bulan tidak pernah muncul di desa kamikan?" tanya gadis pink menebak.

"Pertanyaan mu tidak salah, pinker!" sahut Kiba membuat perempatan muncul didahi gadis pink itu.

"Percuma saja, kalian tidak akan bisa menemukan jawabannya!" balas gadis pink dengan angkuh, mengingat sudah beberapa tim peneliti dari Tokyo datang untuk meneliti namun mereka tak juga menemukan alasan kenapa bulan tak muncul di desa ini.

"Kenapa?" tanya Kiba.

"Itu terjadi Jika kau berhasil menyuruh putri bulan kembali ke langit" jawab gadis pirang, wajahnya terlihat murung. Wajar, selama hidupnya dia tidak pernah melihat bulan di langit mereka.

"Lagi, kalian menghubungkan kejadian alam dengan mitos konyol itu?!" protes Gaara membuat kedua gadis itu terkejut.

"Selama kami tidak menemukan jawaban yang pasti, kami tidak akan menerima itu sebagai suatau jawaban yang ilmiah tentang kejadian alam yang langka ini!" Shikamaru mempertegas protes Gaara.

"Terserah kalian, tapi jika kalian bisa memecahkan misteri di balik kejadian alam yang langka ini. kami akan mentrakir kalian" gadis pirang melongo mendengar tantangan temannya itu.

"Apa kau serius, Sakura?" bisik gadis pirang itu ragu.

"Tenang, Ino. Percayalah, mereka tidak akan berhasil melakukannya. Ingat sudah berapa banyak peneliti pulang dengan tangan kosong?" jawab gadis pink aka Sakura meyakinkan Ino gadis pirang temannya.

"Baiklah, kami terima tantangan kalian!" Shikamaru menerima tantangan kedua gadi itu di ikuti keempat temannya.

…..

Naruto merangkak bangun dari ranjang batu tempat dia tidur, goa batu tempat tinggal gadis yang dia temui semalam terlihat sangat mencurigakan. Meski begitu, Naruto tidak terlalu memperdulikannya. Baginya selama gadis itu tidak macam-maca atau berniat menjadikannya makanannya, dia tidak takut.

Iris biru safir Naruto bergerak menjelajahi tiap bagian goa itu, terlihat sederhana dengan perlengkapan yang sederhana pula. Tapi, apa yang di lakukan seorang gadis di dalam goa di tengah hutan ini seperti ini?

"Kau sudah bangun Naruto-kun?" suara Hinata terdengar dari balik bayangan dalam goa.

"Aku harus segera kembali ke teman-temanku, mereka pasti cemas mencariku"

"Kau benar-benar akan meninggalkanku?" tanya Hinata terdengar seperti menyimpan sesuatu dalam nada suaranya.

"Apa maksudnya? Apa dia akan menahanku di goa ini? di tengah hutan seperti ini?" inner Naruto menebak maksud pertanyaan Hinata.

"Kau bisa ikut denganku, sebagai ucapan terimakasih ku karena kau telah menolongku. Aku akan membawamu keluar dari desa ini" meski dia ragu dengan gadis itu, tak ada yang bisa dia lakukan selain cepat keluar dari hutan ini.

"Tidak, aku tidak bisa meninggalkan desa ini. aku tidak bisa meninggalkan tempat ini" Naruto mengerutkan keningnya mendengar pernyataan Hinata.

"Apa dia memiliki masalah di desa dan akhirnya dikucilkan?" batin Naruto mulai curiga. "Kenapa? Kau tak usah takut, ada aku yang akan menjaga dan melindungimu" naluri Naruto bergerak sendiri memerintahkan lidahnya mengucapkan sederatan kata-kata yang dia sendiri tak yakin akan melakukannya.

"Tapi, Naruto-kun_"

"Hinata, apa kau tak percaya padaku?" ucap Naruto mencoba meyakinkan Hinata, hanya ini caranya agar dia bisa keluar dari hutan. Hanya Hinatalah satu-satunya orang yang bisa membawanya kembali ke sssdesa.

Hinata, terdiam. Samar-samar dari balik bayangan Naruto bisa melihat kalau Hinata tengah menunduk, surai panjangnya terjuntai hampir menutupi seluruh wajahnya. Sepertinya dia tengah bergelut dengan pikirannya sendiri.

"Aku tidak bisa, mereka akan menemukanku. Aku tidak ingin kembali ke rumah" gumam Hinata tak terdengar jelas, namun dapat di pahami oleh Naruto.

Naruto berjalan mendekati bayangan yang menutupi Hinata, dia rentangakan tangan kananya pada Hinata berharap Hinata akan meraihnya.

"Aku berjaji, jika mereka menemukanmu. Aku yang akan membebaskanmu" entah dari mana Naruto mendapatkan sederetan kata-kata yang mampu membuat Hinata mengangkat wajahnya dan menatap pasti pada iris biru safir milik Naruto.

"Apa benar-benar ini dirimu, Naruto?" tanya Hinata ragu-ragu.

"He eh? Tentu saja ini diriku, masa aku ini Sasuke?!" batin Naruto geli mendengar pertanyaan Hinata, Naruto tidak mengerti maksud dari pertanyaan Hinata padanya. Dia tidak mengerti jika Naruto yang di maksud bukanlah dirinya yang sekarang ini.

"Tentu, ini aku. Hinata" sekedar untuk menyenangkan hati gadis misterius itu, Nartuo mengiyakan pertanyaan Hinata.

Degh!

Sumpah, jika Hinata adalah bom waktu, mungkin dia sudah meledak mendengar suara Naruto yang cool. Sosok yang rindukan.

"Naruto-kun" kata Hinata seraya berlari dan memeluk Naruto.

Naruto yang tak mengerti apa-apa hanya terpaku di peluk oleh gadis yang baru dia temui semalam.

"E-eto, kau bersemangat sekali, Hinata" kata Naruto terlihat salah tingkah. "Baiklah, ayo kita pergi" lanjut Naruto seraya menarik tangan Hinata.

"Tunggu!" Naruto menahan tangannya karena Hinata tiba-tiba menarik tangannya.

"Ada apa?"

"Aku-aku, aku taku keluar" jawab Hinata ketakutan sampai tubuhnya ikut bergetar.

"He eh?"

"Selama hidupku, aku tidak pernah terkena sinar matahari secara langsung"

Gadis ini benar-benar menyebalkan! Apa sih yang dia pikirkannya sedari tadi?! Apa dia mencoba menahan Naruto?! Jika bukan karena Hinata seorang yang bisa membawanya kembali ke desa, pasti Naruto sudah pergi meninggalkan dia sendiri.

"Apa kau punya alergi terhadap sinar matahari?" tanya Naruto berusaha bersikap sabar, meski sebenarnya dia sudah siap meledak.

"Tidak, itu karena_, karena_aku_aku_"

"Aaahhh! Sudahlah, jika tidak di coba mana bisa kita tahu?!" Naruto mulai gerah, dia menarik tangan Hinata dan membawanya keluar goa.

Hinata yang di tarik tiba-tiba kaget setengah mati dan dia pasti mati saat berada di bawah sinar matahari.

"Na-Narutoooo!" pekik Hinata ketakutan begitu Naruto menariknya ke bawah sinar matahari.

"Ku, ku, kulitku pa-pa-panas~~~!" rintih Hinata saat dia merasakan kulitnya memanas.

"Kau akan baik-baik saja, di bawah sinar matahari. Lihatlah dirimu, kau begitu pucat. Pasti karena kau tak pernah terkena sinar matahari" ucap Naruto seraya memperhatikan tubuh Hinata yang mulai memerah.

"Aku, aku merasakan tubuhku menghangat. Aku tidak mati, Naruto kun!" pekik Hinata kegirangan saat dia rasakan tubuhnya segar dan menghangat.

"Sudah ku bilangkan kau akan baik-baik sa_" Naruto menahan kata-katanya saat dia melihat Hinata tampak berbeda di bawah sinar matahari, dia bersinar. Dia bersinar sangat terang, sinarnya begitu terang dan menenangkan. Seperti,_ purnama.

"Arigatou, naruto-kun" kata Hinata seraya memberikan senyumnya yang bagai taburan bintang-bintang di langit malam, begitu indah sampai Naruto tak mampu meneggerakan lidahnya.

"Dia, dia sangat cantik" gumam Naruto mengagumi kecantikan Hinata.

"Ayo, Naruto-kun kita pergi. Aku akan mengantarmu ke desa" kata Hinata mengakhiri kekaguman Naruto akan keindahan Hinata.

Hutan yang gelap dan sepi, udara dingin yang menyelubunginya seolah bergerak menghilang ditelan waktu. Kegelapan yang menghiasi hutan seakan berubah terang, kesunyian yang menemani hutan bagai di telan hari. Suasana hutan seketika berubah saat Naruto dan Hinata berjalan melewatinya seakan hutan telah menemukan diri mereka yang sebenarnya, diri mereka yang telah lama hilang.

Senyum yang terhias di bibir mungil Hinata seolah telah menghapus semua kegelapan yang menyelubungi hutan, hingga hewan-hewan penghuni hutan berlarian keluar menemani perjalanan mereka menuju desa.

Namun ada hal yang sedari tadi mengganggu pikiran Naruto, sejak terkena sinar matahari tubuh Hinata tak henti-hentinya bersinar.

"Hinata, kenapa tubuhmu tak berhenti bersinar?" tanya Naruto yang sebenarnya tidak nyaman dengan tubuh Hinata yang bersinar.

Merasa ada sesuatu salah, Hinata menanggapi pertanyaan Naruto dengan gugup. "Tubuhku bersinar?"

"Iya, sebenarnya aku merasa tak nyaman dengan itu" kata Naruto seraya berjalan ke salah satu pohon yang rindang dan berteduh di bawah pohon di ikuti Hinata, mereka berhenti sejenak untuk istirahat.

Hinata terlihat kebingungan, seperti ada sesuatu yang dia ingin katakan pada Naruto, tapi itu terasa sulit baginya. "Maafkan, aku. Aku_"

"Sudahlah, kau tak usah minta maaf pada_ku_" lagi Naruto di buat bingung, dia terdiam sejenak, keningnya berkerut, matanya di picing ke kiri dan kanan mengikuti otak mana yang dia gunakan untuk menganalisis perubahan tubuh Hinata dari terang kini meredup.

"Sekarang kau malah tak bersinar, coba kau ke sinar matahari lagi?!" kata Naruto mencoba menganalisi keadaan yang jelas-jelas sudah bisa di baca dengan mudah.

"Tidak perlu, pinjamkan saja aku jaketmu. Aku tiba-tiba merasa dingin" kata Hinata mengabaikan perintah Naruto dan mengalihkannya.

"Apa kau sakit?" tanya Naruto yang tak peka dengan situasi yang telah berubah.

"Aku tidak tahu" jawab Hinata pelan, sepelan dia mencoba menyembunyikan detak jantungnya yang kian tak karuan.

"Hinata, sebenarnya ada hal yang ingin ku tanyakan padamu" kata Naruto seraya menyandarkan punggungnya ke pohon, Hinata hanya diam tak menanggapi pertanyaan Naruto.

"Kenapa matamu telihat berbeda? Aku belum pernah melihat mata seperti milikmu di dunia ini? awalnya aku pikir kamu buta"

"Ini ciri khsa keturunan klanku, aku satu-satunya yang tersisa dari generasi klanku" jawab Hinata tak bersemangat seraya meutupi tudung jaket ke kepalanya hingga menutupi seluruh wajahnya.

"KLanku memiliki mata yang special, mata kami bisa melihat di dalam kegelapan. Karena itu banyak yang mengincar mataku, akhirnya keluargaku bersembunyi di hutan" cerita Hinata lanjut.

"Malang sekali nasibmu. Jadi seperti itu, itu penyebab kau tinggal di hutan ini?!" Naruto menarik kesimpulan. "Baiklah, ayo kita lanjutkan perjalanan kita ke desa" kata Naruto seraya merengangkan tubuhnya dan berdiri.

"Kau yakin, kau baik-baik saja?" tanya Naruto khawatir HInata kenapa-kenapa.

"Aku baik-baik saja" jawab Hinata pelan.

…..

Sasuke, Shikamaru, Gaara, Sai dan Kiba berdiri di luar hutan. Mereka menatap jauh ke dalam hutan dengan berbagai presepsi, dugaan sementara dan tujuan mereka berdiri di depan hutan lebat di depan mereka ini.

"Apa kau yakin Naruto tersesesat sejauh ini ke dalam hutan?!" tanya Kiba terlihat begitu ragu dengan kesimpulan teman-temannya.

"Lebih tidak mungkin jika putri bulan menculiknya" serga Gaara.

"Ayolah, singkirkan semua keegoisan kalian. Ini demi Naruto, sebagai teman yang baik, kita harus mencarinya" Sai menengahi Gaara dan Kiba.

Kegiatan mereka sedikit terganggu saat Cahaya terang tiba-tiba menyeruak keluar dari dalam hutan dan di susul suara kilat di saat langit cerah mengagetkan kelima sahabat itu hingga membuat mereka terpaku sesaat.

"Apa kau merasakan perubahan ini, Shikamaru?" tanya Sasuke. "Apa ini ada penjelasan ilmiahnya?"

"Aku khawatir ini berhubungan dengan mitos itu, ketika bulan terkena sinar matahari. Perubahan itu akan terjadi" jelas Shikamaru.

"Mungkinkah putri bulan telah menemukan sinarnya?" tambah Sasuke.

"Ini hanya fenomena alam yang biasa, hal ini terjadi karena adanya anomaly udara dan pembiasan cahaya yang mempengaruhi penglihatan kita, mengenai kilat bisa saja karena ada gesekan udara atau semacamnya" sepertinya Gaara mulai kesal karena kedua pemuda jenius itu sudah tecemar polusi pemikiran kolot.

"Sudah-sudahlah, Gaara. Mereka hanya sedang_" Sai mengehntikan kata-katanya saat dia mendengar suara teriakan dari dalam hutan. "Apa kalian juga mendengarnya? Atau aku sedang berhalusinasi?"

"Kau tidak sedang berhalusinasi, kita semua mendengarnya. Suara teriakan dari dalam hutan" kata Sasuke mempertajam pendengaran dan penglihatannya.

Mereka semua terdiam, mencoba memastikan suara teriakan itu.

"Seseorang! Siapa saja tolong aku!"

TBC…..

Maap, ceritanya Ngawaur! Typo dan jelek, ku buat hanya dalam waktu semalam jadi mohon dimaklumi.