Silence


Summary : Sawada Tsunayoshi tidak dapat mengeluarkan suaranya akibat shock yang dialaminya saat berumur 15 tahun. Merasa kesepian karena kehilangan keluarganya, Alaude, mengaku dirinya sebagai teman kakaknya yang sudah meninggal bahwa ia akan hidup bersamanya dan membantunya mengembalikan suaranya. Namun beberapa tahun hidup dalam kedamaian, kemudian berubah 180 derajat setelah bertemu dengan orang yang pernah ditemuinya 10 tahun yang lalu yang merupakan cinta pertamanya

Warning : Yaoi, het, suspense.

Genre : Drama, angst, hurt/comfort, tragedy, romance

Pairing : 1827, AG, 1896, A27, etc.

Disclaimer : KHR is not mine. Kalo saya yang punya KHR, gak ada yang namanya Chrome Dokuro. 6927, 8018, DaeG udah saya bikin pair canon /duagh.

Note : Ciao..ciao minna! Rei muncul lagi dengan fic baru (woy masih banyak fic yang ngantri woy). Alasannya saya bikin fic ini buat para readers yang bosan nungguin fic-fic saya yang lagi ngantri (gr-nya ini orang). Fic ini dapet inspirasinya dari drama film Taiwan yang namanya memang saya bikin sama kayak fic ini. Daaaaaannnnn….kali ini Rei bikin fic ini 100% 1827 walaupun banyak slight yang lain juga tapi fokusnya ke 1827. Tenang ficnya gak saya bikin 100% sama kayak drama aslinya. Oke stop disini berbacot rianya dan silahkan menikmati.

Enjooyyy..


Chapter 1 : Prelude

…setiap cerita pasti ada pembukaannya. Namun aku pikir ini bukan pembukaan, melainkan hanya rengekan manjaku saja…


"Tsunayoshi," aku mendengar seseorang menggerakkan badanku sambil menyebutkan namaku. Perlahan aku membuka kedua mataku. Aku melihat pria berambut kuning pucat berdiri didepanku.

"Kenapa tidur disofa ruang tamu?" Tanya pria berambut kuning pucat yang bernama Alaude. Aku memberikan kode bahwa aku baik-baik saja. Kemudian dia menghela nafas panjang dan tersenyum lega. "Syukurlah" ucapnya.

"Tsunayoshi apa kamu sudah sarapan pagi?" Tanya Alaude-niisan. Aku mengangguk tanda mengiyakan. Kemudian dendangan terdengar dari perutku dan membuatku malu setengah mati. 'Kenapa perut ini berbunyi disaat yang tidak tepat' umpatku dalam hati.

"Baiklah ayo kita pergi ke café," ajaknya.

Aku memberi kode lagi. "Aku mau ganti baju dulu dan mengambil note book-ku"

"Baiklah aku menunggu mu disini," jawabnya. Aku langsung berlari menuju kamarku yang berada dilantai dua. Mengusahakan agar tidak terjatuh dari tangga karena aku sedang berlari. Aku langsung masuk kekamar dan mengambil jaket berwarna hijau dan kubiarkan resletingnya terbuka mengekspos baju kaus ku berwarna putih. Tak lupa aku mengabil note book-ku dan handphone flip-top ku yang berada tepat disebelah note book kecil-ku. Buru-buru aku turun kelantai pertama dan aku melihat Alaude-niisan duduk disofa sambil mengetik SMS dengan handphone flip-top nya yang modelnya sama dengan punyaku, namun berbeda warna.

Alaude-niisan tidak mengganti pakaiannya. Tetap mengenakan blazer hitamnya yang tadi habis dipakainya sehabis pulang dari rumah temannya.

"Aku sudah siap" ucapku memberi kode kepada Alaude-niisan. Kemudian kami berdua berjalan menuju pintu dan pergi keluar dari rumah.


Aku melemparkan tubuhku keatas ranjang empuk yang sudah menantiku dikamar tidur. Aku tiduran diranjang menghadap langit-langit kamar tidurku. Kemudian aku merenggangkan dasi hitamku dan kemudian menikmati nikmatnya beristirahat setelah tidak pulang semenjak dua hari dari kantor.

Baru saja aku akan memasuki alam mimpi, aku mendengar handphone ku bordering. Tanpa melihat siapa yang menelpon, aku langsung membuka layar handphone flip-top ku.

"Ada apa Chrome?" Tanyaku dengan nada dingin. Suaraku memang daridulu seperti ini.

"Ohayo Kyoya. Sedang apa?" Tanya gadis bernama Chrome yang sedang menelponku.

"Aku baru saja hamper terlelap kalau saja kau tidak menelponku," jawabku ketus.

"Maafkan aku Kyoya. Apakah kau sudah sarapan Kyoya? Mau aku datang ke apartemenmu dan membuatkan sesuatu untuk sarapan?" Tanya Chrome. Aku baru ingat kalau aku lupa sarapan dan dari tadi malam tidak ada menyentuh makanan apapun.

"Tidak perlu. Aku mau makan di café saja," jawabku dan langsung menutup telepon. Aku berjalan menuju pintu kamar apartemenku dan mengambil jas hitamku. Karena aku sudah terlalu lapar dan kesal karena tunanganku itu baru saja menghentikan rencana tidurku.


Aku dan Alaude-niisan duduk disebuah meja yang ada di café. Café itu masih ramai dengan pengunjung. Dan kebanyakan pengunjung itu adalah seorang pegawai yang bekerja disebuah instansi atau perkantoran.

Setelah itu pelayan datang dan menanyakan pesanan kami. Aku memesan pancake dengan sirum maple dan earl grey tea. Sedangkan Alaude-niisan memesan sepiring pancake yang sama dengan pesananku namun ia memesan secangkir kopi hangat.

Aku berbicara dengan Alaude-niisan. Ya berbicara, namun tidak mengeluarkan suara. Lebih tepatnya tidak bisa. Aku berkomunikasi dengan orang lain hanya menggunakan kode atau menulisnya di note book. Itulah alasannya mengapa aku selalu membawa note book kemana-mana, walaupun aku dapat menggunakan handphone ku.

Sebab aku tidak bisa mengeluarkan suara adalah karena shock yang kuterima saat aku berusia 15 tahun. Saat itu aku melihat Gio-oniichan jatuh dari lantai 3 gedung SMP Namimori. Aku melihat kejadian itu namun tidak dapat berbuat apa-apa. Hanya melihat tubuh oniichan yang jatuh menghantam tanah dan kemudian darah mengalir dari tubuh oniichan yang sudah tidak bernyawa. Aku bergidik setiap men gingat kejadian itu.

Namun, Alaude-niisan datang dan mengajakku untuk tinggal dengannya. Alaude-niisan teman Gio-oniichan sejak SMP sampai mereka berdua masuk ke universitas. Awalnya aku keberatan namun Alaude-niisan meyakinkanku bahwa aku tidak akan membebaninya.

Lama kelamaan aku dapat menerima keberadaan Alaude-niisan. Ia sangat baik. Namun banyak yang belum aku ketahui tentang Alaude-niisan.


Nufufufufufu segini dulu buat chap 1 nya. Menurut saya ini membingungkan karena mungkin ini masih chapter 1 dan pendek. Tapi saya mau denger pendapat reader tentang fic ini jadi tolong di review ya… ^.^

Grazie..arivederci.

-Yamamoto Reika-