Ai-chan: "Hahay~ Ini fic pertama-ku di fandom ini. Soalnya lagi demen ma YGO oh, sih~" (Meluk2 poster Yami Yugi)
Hitsu: "TUNGGU DULU! Terus fic elo yg lain gimana?" (Nodongin Hyourinmaru plus golok bareng readers)
Ai-chan: "Kukorbankan 3 monster, panggil Ra! Ra attack!"
Hitsu: (Ngacir *takut Hyou-chan meleleh*)
Y. Yugi: "Woy! Kartu gue!" (Nyekek2 author)
Ai-chan: "Gu..e..Ke..se...lekk!" (Ngasih kartu dewa hasil colongan) "Uuung, kalo ada readers dari FBI yg kebetulan baca nie fic, aku minta maaf, yah! Kalo lagi demen sama anime yg lain, anime sebelumnya bakal kuhindari untuk sementara! Jadi fic-ku yg lain tu untuk beberapa lama gak bakal dilanjutin! Maaaafff! Salahin abangku yg baca manga YGO! Gara2 dia aku yg udah beberapa tahun nelantarin YGO jadi balik naksir tu manga! Jadi—AAAWW!" (Ditendang Anzu)
Anzu: "Jangan curcol! Cepet aja mulai!"
Ai-chan: "Iye, iye! Nih fic-nya! Jangan lupa RnR, yah! Enjoooooy~"
Kota Domino, kota yang bisa dibilang ramai setiap harinya. Salju yang sedang turun dengan indahnya pun tak mampu menghentikan aktivitas tiap perorangan di kota itu. Begitu juga dengan gadis berambut cokelat itu. Ia mempererat syal yang melilit di lehernya serta memperkuat genggaman pada pegangan di kopernya, dan mempercepat langkah kakinya menuju hotel sederhana itu, Domino Hotel.
Genre :: Romance/Drama
Rated :: T+ (Semi-M kali, ya... Rada vulgar, sih ==a)
Warning(s) :: OOC (banget), AU, gila, gaje, dsb. Yami Yugi disini belum nongol!
Pairing :: Banyak, tapi yg mutlaknya kalian pasti tau =w=
Disclaimer :: Tite Kubo! *dihajar Kazuki Takahashi*
Bad Hotel—Chapter 1: New Life
Ia—Mazaki Anzu, menatap hotel itu sendu. Sudah lama rasanya ia ingin hidup sendiri, meninggalkan kedua orang tuanya yang selalu berselisih, tanpa menghiraukan dirinya yang kian tersiksa akan keadaan itu. Tapi sekarang koper besar di tangannya sudah menemani dirinya selama perjalanan jauh dari rumah itu. Ya, dia kabur dari rumah.
Domino Hotel, hanya itu satu-satunya tempat dimana ia bisa menetap untuk beberapa lama. Hotel itu memang tak terlalu mewah, tapi sudah cukup untuk dirinya. Dimana harganya yang relatif murah dan dekat dengan tempat sambilannya. Selain itu, Domino Hotel sangat sepi— terkesan seperti kota hantu. Tapi itu lah yang ia butuhkan saat ini, hidup menyendiri tanpa ada seorang pun yang masuk ke kehidupannya.
Sesampainya di depan pintu hotel itu, Anzu menghela napas sesaat, kemudian membuka pintu itu perlahan.
Krieet...
"Selamat datang," ucap orang—yang sepertinya merupakan pegawai hotel itu. Anzu menoleh ke sekitarnya. Hanya ada sebuah lobi kecil tanpa seorang pun di sana, benar-benar hotel yang sepi. Setelah itu, barulah ia melirik orang tadi. Orang itu hanya memakai baju biasa, bukan seragam pegawai hotel seperti yang ia tahu. Mencurigakan...
Tak mau ambil pusing, Anzu pun cepat-cepat menyampaikan maksudnya ke tempat ini. "Aku mau menginap di sini untuk beberapa hari ke depan. Cepat beri kunci kamar yang kosong," ucapnya tanpa basa-basi sekaligus mengeluarkan nada dingin yang jarang ia gunakan. Pemuda itu langsung mengambil salah satu kunci kamar hotel itu dan menyerahkannya pada Anzu.
"Selamat menikmati, Nona," sahut orang itu. Anzu hanya bergumam, "Hn..."
"Tapi Nona," tambah orang itu yang sukses membuat gadis berambut cokelat itu kembali menoleh padanya. "Ada apa?"
"Anda harus berhati-hati di hotel ini. Karena yang menyebabkan hotel ini jadi sepi adalah—"
"Hantu, kan? Konyol. Aku bukan lagi seorang gadis kecil penakut!" potong Anzu. Ya, menurut isu yang beredar, alasan yang membuat hotel sederhana ini sepi adalah banyaknya hantu yang berkeliaran di setiap lorong hotel pada malam hari sehingga membuat orang-orang tak mau datang ke sana. Tapi Anzu tidak takut. Ia tidak percaya cerita murahan macam itu. Lagipula tekadnya sudah bulat untuk tinggal di hotel ini tanpa gangguan apa pun. Ia pun melenggang pergi meninggalkan pemuda tadi yang hanya bisa menghela napas.
"Hmm, kamar nomor tigabelas..."
Anzu membatin sambil menjelajahi seluk beluk koridor itu dengan mata shappire-nya. Nomor tigabelas, itulah nomor kamarnya.
"Nah, ini dia!" pekiknya girang saat berhasil menemukan kamar itu. Dan di saat membuka pintunya...
"SELAMAT DATA~—"
"Salah kamar." Anzu membanting pintu kamarnya keras. Tapi siapa sangka, pintu kamar itu kembali terbuka.
"Tunggu dulu! Kenapa langsung ditutup!" teriak pemuda di dalam kamar itu sambil berusaha membuka pintunya dari dalam karena Anzu berusaha menutup pintunya dari luar dengan tenaga yang luar biasa hebat.
"Harusnya aku yang bertanya! Kenapa malah ada orang dalam kamarku! Mana cowok lagi! Menjijikkan! Pakai bajumu!" geram gadis itu sambil menunjuk pemuda berambut putih setengah telanjang yang ada di dalam kamar yang seharusnya jadi miliknya.
"Mengagumkan! Reaksimu jauh berbeda dengan para perempuan yang sebelumnya juga pernah datang kemari!" puji pemuda itu saat melihat Anzu yang sama sekali tidak malu melihat 'keadaan' dirinya saat ini.
"Aku tidak peduli! Pergi dari kamarku! Dasar hidung belang!" bentak Anzu sembari masuk ke kamar itu dan memunguti pakaian si pemuda yang berceceran di dalam kamarnya. Selanjutnya dengan tidak berperasaan Anzu menendang orang itu keluar dari kamarnya, tak lupa dengan melempar pakaian orang itu dengan bengis tepat di wajahnya. Kemudian dengan sigap Anzu mengunci kamarnya dan menghempaskan badannya ke kasur.
"Apa-apaan itu tadi! Kenapa ada orang asing di dalam kamarku! Kalau dia memang pegawai hotel ini, harusnya ia bersikap sopan, kan? Dan kalau dia itu pemilik kamar ini, kenapa kuncinya ada padaku? Lagipula barang-barangnya tidak ada! Hotel ini tidak beres!" rutuknya sambil menenggelamkan seluruh bagian wajah termasuk mulutnya agar suara kerasnya itu tidak terdengar. Ketika tangan rampingnya tak jauh dari telepon di dekat kasurnya untuk menanyakan keadaan aneh di hotel ini, tiba-tiba ia terhenti. Sesaat ia merasa janggal.
"... Benar juga... Ini sudah bukan di rumah..." batin gadis bermata shappire itu. Tangannya yang semula hampir memegang gagang telepon itu kini beralih jadi mencengkram sprei kasur itu.
"Ambil segi positifnya, Anzu! Tidak ada lagi suara Ayah dan Ibu! Tidak ada kesengsaraan, tidak ada yang mengaturmu, tidak ada lagi kesedihan! Kau sudah pergi dari rumah, kau BEBAS!" pekiknya tetap dengan posisi yang sama. Ia memejamkan matanya dalam-dalam, dan tanpa ia sadari ia sudah tertidur.
Anzu perlahan membuka matanya yang terasa sangat berat. Ia berusaha duduk di kasur itu dan melirik jam tangannya. Pukul tujuh malam, ia tertidur cukup lama sejak tadi siang, membuatnya menjadi sedikit lapar.
Kini Anzu benar-benar menyentuh gagang telepon di dekatnya itu untuk meminta pelayanan kamar sekaligus menanyai tentang pemuda asing di dalam kamarnya tadi.
"Selamat malam. Ada yang bisa saya bantu?" tanya orang dari seberang.
"Ya, tolong antarkan makan malam secepatnya ke kamar nomor tigabelas."
"Baik, Nona. Selamat malam," pamit orang itu yang membuat Anzu menutup teleponnya. Gadis itu menatap dirinya saat ini. Pakaian tadi siang masih melekat di badannya. Sementara menunggu kedatangan si pegawai hotel, ia pun dengan cepat mengganti pakaiannya dengan pakaian sederhana yang nyaman digunakan. Tak beberapa lama setelah itu, tiba-tiba terdengar suara pintu kamarnya yang diketuk.
Tok tok tok
'Cepat sekali... Tapi, pasti dia pegawai hotel ini,' batinnya sambil berjalan mendekati pintu. "Iya, iya~!"
Cklek...
"Malam, Maniiiss..."
"KYAAAAAAAAAA!" pekik Anzu sambil membanting pintunya. Lagi-lagi ia menemukan seorang laki-laki mesum! Tapi ini jauh lebih parah dari pemuda tadi siang. Pria berambut cokelat muda barusan hanya memakai pakaian dalam! Wanita mana yang tidak menjerit melihat pemandangan memalukan seperti itu?
Karena sedikit jijik dan takut, Anzu langsung berlari ke kasurnya sambil bersembunyi di balik selimut dan meringkuk di dalamnya. Hotel macam apa ini? Semua laki-lakinya sinting! Itulah pikirnya. Tapi lagi-lagi terdengar suara pintu diketuk.
Tok tok tok
"SIAPA?" bentak Anzu kasar yang masih di dalam gulungan selimutnya. Ia masih shock dengan kejadian tadi. Orang di luar itu menjawab takut-takut.
"Ma-maaf, Nona... Ini pelayanan kamar..."
Gadis itu menghela napas dan beranjak dari kasurnya. Ia membuka pintu kamarnya dan...
"GYAA! COWOK MESUM YANG TADI!" tudingnya sambil menunjuk-nunjuk wajah pegawai hotel itu. Si pegawai hotel itu mengernyitkan alisnya.
"Hm? 'Cowok mesum'?" tanyanya heran. Anzu membekap mulutnya.
Setelah dilihat baik-baik, orang yang berdiri di depannya ini memang sedikit berbeda dengan pemuda yang tadi. Pemuda yang ini memang memiliki rambut putih panjang yang sama dengan pemuda tadi. Tapi yang membuat mereka berbeda adalah; tampang pemuda ini lembut dan ia memakai seragam pegawai hotel, tidak seperti pemuda bertampang urakan dan beringas tadi siang yang hanya memakai baju atas dan celana dalam.
"Go-gomen... Sepertinya aku salah orang," sesal Anzu. Pegawai hotel itu tersenyum lembut.
"Tidak masalah. Mungkin yang Anda lihat tadi itu kembaran saya," ucapnya. Kini giliran Anzu yang mengernyitkan dahinya.
"Kem...ba...ran...?"
"Begitulah. Tapi tolong izinkan saya untuk menaruh nampan ini terlebih dahulu," pintu pemuda itu. Tangannya terlihat sedikit bergetar memegang nampan berisi makan malam itu. Anzu mengizinkan. "Eh, i-iya! Silakan letak di meja itu saja! Duduklah sejenak, aku mau bertanya banyak padamu!"
Pemuda itu menaruh nampannya dan duduk di tempat yang ditunjuk oleh Anzu.
"Jadi, Anda ingin menanyakan apa, Nona?"
"Sebelumnya, terimakasih atas makan malamnya. Begini, saat aku masuk ke kamar ini tadi siang, kenapa ada pemuda asing di kamarku? Dia mirip sekali denganmu, apa dia kembaran yang kamu maksud tadi?" selidik Anzu. Pemuda itu terlihat sedikit kaget.
"Eh? Apa teman saya belum menceritakan sesuatu pada Anda tentang hotel ini?" tanya bingung.
"Hah? Temanmu?" Anzu balik bertanya.
"Itu, lho... Tadi siang saya pergi sebentar dan memintanya yang datang kemari sesekali untuk menjaga lobi di lantai satu. Dia hanya memakai baju bebas dan berambut hitam ikal, apa Anda ingat?"
Setelah memutar otak, Anzu pun mengangguk.
"Hng. Iya, benar juga..."
"Apa dia tidak cerita?" tanya pemuda itu lagi. Anzu kembali mengingat. Tadi saat teman dari pegawai hotel ini ingin menjelaskan, ia langsung memotongnya. Anzu pun jadi merasa seperti orang bodoh.
"Ehh, itu... Sebenarnya tadi aku yang—"
Pegawai hotel itu dengan cepat memotongnya.
"Ya sudah kalau dia tidak cerita. Sebenarnya, ada alasan yang membuat hotel ini jadi sepi. Itu karena yang menginap di hotel ini hanyalah beberapa laki-laki hidung belang. Tiap ada orang apalagi wanita yang datang kemari, mereka pasti mengusiknya dan membuat orang-orang enggan datang kemari. Contohnya seperti kembaran saya tadi. Dia termasuk yang mesum di sini. Terkadang ia suka menyelinap ke salah satu kamar dan mengagetkan orang yang akan masuk ke dalamnya. Namanya Bakura, sedangkan nama saya Ryo," jelas Ryo panjang lebar. Anzu mengangguk paham.
"Lalu, tadi ada cowok hidung belang lagi. Rambutnya cokelat muda dan agak panjang, wajahnya juga terlihat berandalan. Dan... dia jauh lebih menjijikkan dari Bakura yang tadi..." katanya sambil bergidik. Ryo berusaha menahan tawa.
"Dia itu Jounouchi Katsuya-kun, tinggal di kamar sebelah, kamar nomor duabelas," terang Ryo lagi. Anzu merinding. Seorang laki-laki mesum kelas kakap tinggal di kamar sebelahnya!
"Dan kembaran saya, Bakura, tinggal di kamar nomor empatbelas, di sebelah kiri kamar ini. Lalu yang tinggal di seberang kamar ini, kamar nomor enambelas, adalah Honda Hiroto-kun, sahabat karib Jounouchi-kun," tambah pemuda berambut putih itu. Anzu makin merinding. Tiga laki-laki hidung belang telah mengepungnya dari arah mana pun!
"Karena itu Nona, kalau mendengar suara pintu diketuk, lebih baik intip dulu dari lubang itu," saran Ryo sambil menunjuk lubang kaca kecil yang terdapat di pintu itu. Anzu mengangguk lemas.
"Terimakasih banyak atas informasinya. Jadi intinya... semua laki-laki yang tinggal di sini hidung belang?" tanya gadis itu lagi.
"Semuanya, kecuali satu."
Anzu mengangkat kepalanya. "Siapa?"
"Dia tinggal di kamar lantai paling atas, namanya..."
Pukul sepuluh malam, jam yang sudah menunjukkan waktu tidur bagi manusia mana pun. Tapi tidak dengan Anzu, matanya masih terbuka lebar dan terlihat masih 'fresh'.
"Yang benar saja! Aku jadi tidak bisa tidur karena tertidur cukup lama tadi siang!" gerutu gadis itu.
Sebenarnya ia sendiri masih tidak percaya dengan apa yang telah ia lakukan tadi siang. Dimana dirinya yang kabur dari rumah karena merasa tak pernah dianggap oleh orang tuanya. Bahkan saat melirik ponselnya, tidak ada satu pun pesan masuk atau pun panggilan dari mereka. Ternyata ia benar-benar tak dianggap.
"Masa bodoh! Kalau mereka memohon padaku untuk pulang pun, aku tidak peduli!" geramnya sambil mengambil kartu sim dari ponselnya dan mematahkannya jadi dua. Setelah membuangnya ke tong sampah, ia kembali duduk di kasurnya dan mengacak-ngacak rambutnya.
'... Sepertinya pikiranku terlalu kacau... Lebih baik jalan-jalan ke luar...'
Saat Anzu hendak membuka pintu kamarnya, ia malah mendadak mengunci pintu itu.
"Apa yang kupikirkan! Ke luar dari kamar ini pada malam hari sama saja dengan mencari peluang supaya keperawananku hilang!" desisnya begitu mengingat bahwa hotel ini hanya berisi beberapa laki-laki hidung belang. Tapi saat mengingat cerita Ryo tadi, hanya ada seorang pemuda yang bukan merupakan laki-laki hidung belang di hotel ini. Tepat ketika Ryo ingin memberitahu siapa nama pemuda itu, mendadak pria mesum dari kamar yang lain memanggilnya, membuat Anzu kesal karena jadi tidak mengetahui siapa pemuda itu.
"Dasar cowok-cowok hidung belang!" makinya sambil memeluk bantalnya. Ia jadi berinisiatif untuk cepat-cepat mengemasi barang-barangnya dan minggat dari hotel ini. Tapi uang sambilannya sama sekali tidak mencukupi.
Weww, serba salah.
"Oke! Besok pagi aku akan giat bekerja dan mendapat gaji yang tinggi supaya bisa pergi dari hotel mesum ini!" tegasnya sampai akhirnya ia terlelap karena semangat yang membara.
TO BE CONTINUED
Ai-chan: (Bengong lagi)
All chara YGO: (Nabok Ai-chan)
Ai-chan: (Tepar again)
Anzu: "Apaan, nih! Gue OOC banget!"
Honda, Jou & Bakura: "KITA2 JADI COWOK MESUM? AUTHOR SIALAAAANN ! ! !" (Ngeroyok author)
Ai-chan: "HIIIIIIY! Yukiiiiiii~!"
Yukihana: "Yes, Ma'am! Samui yozora ni chirabatte ita, YUKIMARUUUUUUU~!"
Honda, Jou & Bakura: (Mengkristal)
Y. Yugi: "Kok gue kagak nongol, hah? HAAAHH?" (Nyekek2 Ai-chan)
Ai-chan: (Mangap2)
Yukihana: "UWAAA! YUKIMARU ATTA—"
Ai-chan: "YUKIII~ JANGAAANN~ Aku rela kok dibunuh ma Yuu-chan~"
Y. Yugi: "GUENYA YANG GAK SUDI!" (Nyuci tangan pake handwash banyak2)
Ai-chan: "Ih, jahat banget, sih... Oke, sori kalo ceritanya gaje, Minna! Peran yayang gue—UUEEKKHH!" (Dicekik Anzu) "—Emm, Yami Yugi maksudnya, di ch 1 emang belum ada. Ntar di ch 2 dia udah nongol, kok! Do'ain aku cepet apdet, yah! Tapi jangan lupa..."
All: "PENCET IJO2 DI BAWAH INI DENGAN SEMANGAT MEMBARAAAA~!"
