Rin: Mimi… screen time nya banyak banget.. rin gak di sisain

Mimi: Yaudah.. bacain disclaimernya aja ya

Rin: Nah gitu dong..

Mimi: Udah cepetan baca..

Rin: Iya.. Minna… fanfict ini memang ciptaan mimi tapi character yang ada di fanfict nya baka Mimi ini bukan milik dia melainkan milik creator mereka masing-masing.

Mimi: Hah.. sudah kan..

Rin: Rin masih mau screen time

Mimi: Sudahlah Rin nanti readernya marah, tuh liat..

Rin: *ngambek* huuuuftt…. Mimi pelit…

Mimi: *dorong-dorong rin* yasudah minna.. happy reading… enjoy…

Len & Oliver: *mojok* kami selalu dilupakan..


Hari ini hari pertamaku sekolah di Hokaido saat musim panas. Aku mengambil tasku dan segera melangkah keluar rumah, matahari menyengat kulitku. Tapi angin musim panas bertiup mengempaskan rambut kuning keemasanku. Aku berjalan menyusuri jalan Hokaido dan sampai pada pintu gerbang "sekolah baruku". Sekolah yang kumal dan pintu gerbang yang berkarat sudah tidak asing untukku. Orangtuaku sering memindahkanku ke sekolah-sekolah anak nakal. Dibalik badanku yang kecil dan wajahku yang innocent, aku pernah membunuh sahabat baikku sendiri, oleh karena itu orangtuaku memutuskan untuk memasukkanku ke sekolah anak nakal.

Suara deringan bel terdengar melintasi halaman sekolah itu. Aku membuka pagar yang tingginya dua kali tinggi badanku, bau besi berkarat, lumut dan darah juga sudah tidak asing untukku. Saat melintasi halaman sekolah aku menyadari segerombolan murid memandangiku dengan tatapan sinis, tapi dengan ekspresi pasif aku terus berjalan seolah halaman sekolah itu kosong.

Saat memasuki lorong sekolah, aura berubah dari aura menyeramkan menjadi sedikit netral. Saat tiba di depan pintu kelas yang menurutku lumayan bersih, seorang guru berkemeja putih yang lengannya dilipat sebatas siku meyambutku dengan senyum ramah.

"Selamat siang"

Aku membalas senyumannya dengan sedikit senyum di wajahku, entah mengapa tersenyum terasa sangat kaku untukku. Sejak kematian Akino, sahabatku, yang mati karena ulahku, entah ini karena rasa bersalah atau karena rasa takut kalau aku akan membunuh seorang teman lagi.

"A-apakah aku terlambat?" tanyaku sedikit gemetaran

"Jangan takut, kelas baru saja dimulai." Ucapnya dengan santai saat membimbingku masuk kelas sambil merapikan lipatan kemejanya.

"Hgmm.. baiklah" dia menghentakkan kakinya.

Semua murid berhenti dengan urusan mereka dan berdiri, kecuali seorang pemuda berambut kuning keemasan yang persis sepertiku, hanya saja rambutku sedikit lebih panjang.

"Hmm" gertak guru yang sedang berdiri di sebelahku.

Pemuda itu berdiri lalu tersenyum dan duduk kembali. Setelah guru memberi perintah untuk duduk, semua murid duduk kembali.

"Uh maaf, saya sendiri belum memperkenalkan diri. Nama saya Gakupo, saya kepala sekolah di sini, Nona Kagamine, bisakah anda memperkenalkan diri?" Gakupo memegang pundakku dan berjalan kearah mejanya.

"Nama saya Rin Kagamine"

Dari pandangannya, Gakupo berharap aku menyebutkan lebih dari sekedar nama, tapi akhirnya dia meyuruhku duduk. Ada dua meja kosong di kelas itu, satu meja di tengah-tengah ruangan, meja yang kelihatannya sudah ditempati tapi sepertinya pemiliknya terlambat atau tidak datang. Jadi aku memutuskan untuk duduk di meja kedua dari belakang, tepat di depan pemuda berambut kuning keemasan tadi. Saat aku duduk, seorang pemuda yang duduk di depanku membalikkan kursinya.

"Nona Kagamine, nama saya Oliver, salam kenal" dia tersenyum ramah, sepertinya dia satu-satunya orang yg memperhatikan ku.

Oliver meletakkan selembar kertas kecil di tepi mejaku, saat aku mencoba meraih kertas itu, sebuah dentaman keras yang berasal dari meja pemuda sinis yang rambutnya mirip denganku, dentaman itu mengagetkanku dan kertas itu pun terjatuh di bawah meja seorang perempuan bergaya gothic loli yang duduk di sebelah Oliver.

Pemuda di belakangku berdiri dari kursinya dan berjalan keluar kelas tanpa menghiraukan Gakupo Sensei yang sedang duduk di depan. Sepertinya dia merasa terganggu dengan kedatanganku.

"Jangan kaget dengan sifatnya yang begitu, dia memang sedikit aneh dan tidak ramah pada orang baru" ucap Oliver sambil meraih tanganku. "apa lagi pada gadis cantik yang baunya seperti jeruk"

"Apa Len tidak suka bau Orange?" pikirku

"Hmmm.. apa yg baru saja ku dapat" perempuan gothic loli yang duduk di sebelah oliver membuka kertas kecil yang tadi terjatuh dibawah mejanya.

"Wah.. nomor hp" lanjutnya.

"Zatsu, berhenti bersikap seolah kau peduli pada apa yang ku lakukan" Oliver merebut kertas itu dari tangan perempuan yang dipanggilnya "zatsu".

"Oliver, sudah berapa banyak kertas yang kau robek untuk memberikan nomor hpmu pada murid baru" ucap perempuan tadi.

"Uh, berhenti membuat image ku rusak" Oliver meraih tanganku dan meletakkan kertas yang berisi nomor hpnya tadi di tanganku.

"Pastikan kali ini jangan jatuh atau hilang" lanjut Oliver sambil tersenyum ramah.

Aku hanya mengangguk dan tertawa sedikit melihat betapa baiknya Oliver padaku.

"Hmm.. sudah selesai kenalannya? Oliv, sekarang giliranku, aku Zatsune Miku" ucap Zatsu.

"Aku Tei, Sukone Tei" ucap perempuan berambut blonde putih yang duduk di sebelahku dengan nada datar dan sedikit tak acuh pada aura lingkungannya.

Brukkk..

Seorang murid perempuan pingsan di depan pintu kelas. Gakupo berlari menghampiri murid perempuan itu. Zatsune, Tei dan Oliver juga menghampiri perempuan yang pingsan itu, sedangkan aku duduk diam di tempatku. Tiba-tiba ada seseorang yang berbisik disebelahku.

"Mungkin itu ulah Len"

Aku berbalik untuk melihat siapa itu. Ternyata Tei yang baru saja berbisik,

"Bagaimana? Bukannya tadi kau di depan pintu? Ulah Len? Apa maksudmu?" ucapku kaget.

"Bukankah kau tau sekolah apa ini?" tanyanya

"Sekolah Anak Nakal" jawabku

Tei menarik nafas panjang dan menarikku keluar dari kelas. Sepertinya ada yang salah di sini.

"Aku akan menunjukkanmu sesuatu" ujarnya sambil menarikku ke sebuah ruangan.

Saat pintu ruangan itu terbuka, yang kulihat hanyalah seberkas cahaya lampu yang digantung di dinding batu berlumut dan lembab. Tei menarikku ke dalamnya. Terowongan apa ini? Kenapa di sekolah seperti ini ada terowongan yang sama dengan yang ku lihat di foto Ayah dan Ibu?

.

.

.

To Be Continued

.

.

Nah... Lanjutannya bakalan di publish secepatnya..

Thanks for Reading

Jangan lupa Minna R&R.. read and review..

Jaa..