Nyoho! Ameru dan Genjirou balek lagee~~!
Fic ini Ameru tujukan utk temen seperjuangan(?) ane, Kuroko Neophilina Phantomhive-san, desu! Saya disini hanya juru ketik dan pengimajinator(?) , sementara Neo-san sebagai pencetus, wuuhuu '3'
Yap, tanpa basa basi lagi, ini diaa~~!
Title : Imagination-G2718
Genre : Romance/Humor
Pair : G2718
Warning : Typo(s) , garing, aneh, Ingat! sudah diingatkan!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
IMAGINATION-G2718
Katekyo Hitman Reborn © Amano Akira
FanFiction © Ameru-Genjirou-Sawada
Minggu. Hari yang (paling) damai sedunia. Hari dimana kamu bisa tidur-tiduran sampai siang dan tidak akan ada yang memarahimu (mungkin) . Hari dimana kamu bisa bersantai setelah 6 hari bekerja keras. Hari dimana kamu bisa menikmati segarnya udara secara leluasa. Ah, hari Minggu memang tidak boleh terlewat!
Termasuk remaja yang satu ini.
Surai pirangnya melambai ringan tertiup angin. Sekarang ini remaja itu sedang ada dihalaman belakang rumahnya yang cukup besar. Secangkir teh melati tersaji manis dimeja kecil itu. Remaja berambut pirang anti gravitasi itu menikmati semilirnya angin yang membelai rambutnya. Agak dingin juga. Mau tak mau si pemuda agak menggigil.
"Hii, dingin.." Ujar si pemuda. Awan bergerak pelan.
Entah kenapa si pemuda teringat seseorang.
"Tsunayoshi.." Sang pemuda bergumam. Iris light blue-nya menatap kosong awan yang bergerak. Melintasi langit dengan pelan namun dinamis.
Fix. Giotto terkena demam cinta.
Ya, ia sedang demam cinta. Dengan seorang pria—bukan wanita—bersurai sama sepertinya, namun berwarna coklat. Iris caramel besarnya yang hangat, senyumannya yang mampu meluluhkan(?) segalanya. Dan jangan lupa puppy eyes-nya yang mematikan. Pernah Giotto mencoba menghadapi jurus itu, namun hasilnya ia harus mendapat tranfusi darah.
Sosok yang sempurna dimatanya.
Angin semilir membuyarkan lamunan si pirang. Sepucuk daun terbang jatuh keatas teh melati yang sendari tadi Giotto hanya seruput sedikit. Ia memandang daun yang nampak mengapung lembut diatas tehnya yang nampaknya, mulai mendingin itu.
"Andai Tsunayoshi ada disini.." Gumam Giotto. Imajinasinya menari-nari dipikirannya.
"Ah, Giotto-sama.." Samar sebuah suara memanggilnya. Giotto refleks menoleh. Ia kenal suara itu.
"Tsunayoshi—" Tenggorokan Giotto tercekat tatkala ia melihat penampilan Tsunayoshi didepannnya ini.
Takayal. Lihat, Tsunayoshi sekarang berpakaian ala maid di banyak komik shoujo. Rok selutut dengan renda-renda yang manis, jangan lupa bandana putih ala maid melingkar manis dikepala Tsunayoshi. Apalagi Tsunayoshi tidak memakai stocking, maka terlihatlah kaki mulus dan putih Tsunayoshi. Belum wajah Tsunayoshi yang memerah manis. Senyumannya tak lepas dari bibir merah mudanya.
"Gi—Giotto-sama, ja—jangan melihatku begitu, An—anda membuat saya malu.." Ucap Tsunayoshi sambil memalingkan wajahnya, malu. Giotto yang tahu akan itu sadar dari lamunan (bejat)nya.
"Ah, maafkan aku, Tsunayoshi.."
Tsuna tersenyum, "Kalau begitu, aku akan melayani Anda, Giotto-sama.." Tsunayoshi maju dan menyajikan berbagai macam kue, cookies, dan tidak lupa teh melati kesukaan Giotto.
Ah, bahagianya Giotto.
Apalagi maid kecilnya ini. Dia—dia sungguh manis. Jantung Giotto berdetak dua kali lebih cepat, untung ia bisa menahan semburat merahnya. Duh, entah kenapa, perasaan aneh bergejolak didalam dada Giotto. Sesak sekali rasanya.
"Tsunayoshi—"
"Ya, Giotto-sama?" Tanya Tsunayoshi sambil melayangkan senyum terbaiknya.
JRUUOSSSH! Cairan merah kental keluar perlahan dari hidung Giotto. Semburat merah tak bisa ia bendung lagi.
"Gi—Giotto-sama..?" Tsunayoshi menelengkan kepalanya, bingung.
CRASSHH! Cairan merah itu semakin deras turun. Imajinasi Giotto sudah melayang ke hal yang iya-iya bingit.
BUAK!
"Hoi, Giotto! Bangun!" Berikutnya yang terdengar oleh telinga Giotto adalah suara bariton dari teman masa kecilnya. Giotto mau tak mau harus membuka matanya, menguap sebentar, lalu melihat ke sekeliling.
"G, ada apa..?" Tanya Giotto sambil mengucek-ngucek matanya. G menghela napas.
"Kau ketiduran, padahal banyak catatan yang harus kau kerjakan. Ohya, Giotto—" Ucapan G menggantung, Giotto menoleh bingung kearah sahabatnya itu.
"—Kenapa ada darah mengalir dari hidungmu?" Tanya G menunjuk hidung Giotto yang telah mengeluarkan darah.
"EH?!" Giotto terkejut, lalu mengambil tissue dan membersihkan darah itu. Dalam hati ia tersenyum kecil.
'Hihi, Tsunayoshi..'
Hem, gimana, kah? Aneh, kah?
Tentu! karena smua fic Ameru tuh ga pernah ada yang beres, wuuhuu =w=)a #bangga amat
Terimakasih telah membaca, sebagai reward atas kerja keras ini(?) , tinggalkan jejak berupa review, minna-tachi \ (=w= )/
Chapter 002! Hibari's Imagination-
