WINGS UNDER THE ORANGE SKY
Story by Kiseki Honorenji
Characters by clamp
Halo saya Kiseki Honorenji. Ini fanfic pertama saya jadi bahasanya masih amburadul (?) saya memilih fandom cardcaptor sakura karena memang itu manga yang paling saya sukai. dan juga untuk menyambut sequel terbaru ccs yaitu, Cardcaptor sakura: Cleard card arc :) Mohon kritik dan sarannya. Terimakasih. Selamat membaca.
"lagi – lagi ditolak.." hela nafas Sakura yang terlihat murung setelah keluar dari sebuah gedung perusahaan penerbit bernama Rodansha.
Perusahaan tersebut sangat terkenal karena menerbitkan berbagai cerita dalam bentuk manga dan tentunya akan jadi menjadi manga yang terkenal di masyarakat. Tidak sembarangan orang bisa memasukkan ceritanya ke perusahan tersebut.
Sakura menghela nafas beberapa kali, ini kesekian kalinya gadis bersurai coklat karamel ini ditolak. Karyanya tidak pernah dianggap baik menurut sang editor.
"apakah tidak ada kesempatan untukku?" sembari menggenggam kalung berliontin sayapnya dengan erat dan menatap langit yang menggelap dengan awan tebal.
Langit meng-abu tidak terlihat secercah cahayapun. awanpun menebal menggelap. Angin berhembus berbisik 'akan turun hujan' kepada penghuni muka bumi. Tampak orang – orang mulai mencari tempat berteduh sesegera mungkin. Ramalan cuaca hari ini mengatakan akan turun hujan lebat yang cukup lama.
Tess..
Setetes hujan jatuh tepat pada pipinya. Segera kaki gadis bermanik emerald itu berlari mencari tempat berteduh. Terlihat sebuah cafe indoor di ujung jalan, sakura pun memutuskan untuk berteduh di dalam. Tangannya yang agak kotor karena noda hitam tinta saat mengerjakan beta membuka pintu toko.
"Selamat datang.." terdengar sambutan dari seseorang di dalam dengan memakai seragam maid yang sangat manis. Gadis maid itu bersurai hitam panjang dan terlihat seusia dengan Sakura.
"Tomoyo" ujar Sakura terkejut dengan matanya yang membulat sempurna.
Rupanya gadis maid itu adalah sahabatnya saat SD. Ia pindah ke London karena mengikuti orang tuanya yang harus bekerja disana setelah lulus SD. Mereka sering surat menyurat tapi sakura sangat tidak menyangka kalau tomoyo sedang ada di Tomoeda.
"aaa.. sakura aku sangat senang bertemu denganmu. Aku benar – benar merindukanmu" ucap tomoyo yang langsung memeluk Sakura dengan erat.
"kenapa kau bekerja disini? Padahal kau kan-
"ssstt... jangan keras – keras nanti aku ketahuan. aku ini sedang menyamar" bisik tomoyo
"he!? Menyamar? Untuk apa kau meyamar begini?" Tanya Sakura dengan nada pelan agar tidak ada yang mendengarnya.
"hanya iseng tehee.. jangan bilang siapa – siapa ya? terutama keluargaku"
Sakura menghela nafas,
"baiklah, aku tidak akan bilang siapa - siapa"
"Hehe... terimakasih sakura. Kalau begitu nona, silahkan duduk di sebelah sini" ujar tomoyo yang melanjutkan penyamarannya menjadi gadis pelayan.
"tomoyo benar – benar hebat. Walaupun hanya menyamar tetapi dengan mudah ia berperan sebagai pelayan yang manis disini" batinnya.
Lagi, manik emeraldnya meredup perlahan berkaca seperti permata dan raut wajahnya kembali murung sembari melihat draft bertuliskan 'Sayap di bawah Bintang' yang beberapa waktu lalu ditolak oleh editornya. Tangan kurusnya sesegera mungkin mengusap airmatanya sebelum orang lain menyadari.
Cerita yang sakura angkat menceritakan seorang siswi SMA yang selalu berkerja keras bertahan hidup sendirian di tengah kota yang tidak pernah tidur. Siswi itu diberi nama Tsubasa. Gadis itu digambarkan bersurai karamel pendek dengan iris emerald. Kenyataan pahit yaitu bahwasanya Tsubasa tidak pernah mengingat orang tuanya ataupun masa kecilnya sebelum beranjak SD. Yang ia tahu hanya kalung berbentuk sayap yang ia yakini itu sepeninggal orang tuanya. Namun setelah ditelusuri Tsubasa adalah seorang pewaris tahta kerajaan dari dimensi lain yang terpental ke dimensi lain dan membuatnya lupa akan jati dirinya. Manga Oneshot bergenre Shoujo, Supranatural ini dianggap belum menarik menurut Yamazaki yang notabene editor Sakura.
Sebenarnya, cerita tersebut berdasarkan kehidupan yang benar-benar dialami Sakura. Karakter Tsubasa pun digambarkan seperti Sakura. Hanya bagian pewaris tahta dimensi lain itulah yang berdasarkan hasil imajinasinya.
FLASHBACK
"menurutku masih belum.." ujar Yamazaki
"b-begitu ya" jawab Sakura. Terlihat sekali raut wajah murungnya menandakan dia sangat terpukul
"kenapa kau tidak mengikuti nasehatku, kinomoto san. Sudah berkali-kali kukatakan, kau harus menyisipkan kisah romantis dalam karakter utama agar terlihat hidup" keluh Yamazaki.
"T-tapi aku sudah menyisipkannya sesuai permintaanmmu"
"tapi ini masih belum cukup kinomoto san, kau seperti belum pernah jatuh cinta sekalipun"
"m-memang belum pernah" iris emeraldnya beralih pandangan
"he? Jadi benar kau..?" tanyanya tidak percaya.
Aneh sekali, untuk pertama kalinya pria berusia 26 tahun itu mendengar ada remaja yang belum pernah merasakan jatuh cinta. Dari semua manga yang pernah diajukan sakura, tidak ada satupun dari manga tersebut yang mengandung kisah cinta yang memenuhi kriteria. Sakura hanya membuat si karakter utama bertemu laki-laki lalu berpacaran lalu menikah tanpa ada lagi unsur tambahan yang menarik.
"ah bagaimana ya? Aku sendiri jadi bingung" menggaruk kepalanya
"m-maafkan aku. Aku akan merubahnya. Bagaimana kalau aku membuat manga komedi saja? Aku cukup lucu untuk membuat yang seperti itu. Jadi aku tidak perlu menulis cerita roma..." kalimatnya pun terpotong.
"tidak bisa!" tegas yamazaki sembari menyilangkan tangannya.
"aku tidak bisa menyia-nyiakan bakat yang kau miliki dalam membuat manga yang serius seperti shoujo, action atau supranatural. Kau tidak cocok untuk membuat manga gag (komedi)."
Gadis bermarga kinomoto itu hanya bisa menghela napas kemudian terdiam
"begini saja,.." tiba2 yamazaki memegang pundak sakura.
"kau boleh kembali lagi ke sini ketika kau sudah menyukai seseorang, kau mengerti kan?" yamazaki pun tersenyum penuh arti dibalik kata-katanya.
"h-he!? APA!?" teriak sakura terkejut hingga satu ruangan memperhatikan mereka berdua.
"yah kalau sudah mengerti aku harus pergi sekarang. Sampai ketemu lagi, nona kinomoto" mengedipkan matanya dan melangkah pergi.
NORMAL POV
"Cinta? itu apa sih?" lirihnya
"Cinta itu..." bisik seseorang tepat ditelinganya dengan tiba-tiba
"hoee... ternyata tomoyo. Mou~ jangan mengangetkanku seperti itu" ujar pipinya menggembung hingga memerah seperti kentang rebus.
Tak kuasa tomoyo menahan tawanya, gadis beriris violet itu tertawa dengan gelinya. Seperti ada yang menggelitik.
"mou~ hentikan itu tomoyo" keluhnya
"ah ya.. maaf maaf.." tomoyo menghela nafas sejenak akan rasa ingin tertawanya memudar sementara.
"shiftku sudah selesai. Jadi sakura bisa menceritakannya sekarang. Jadi baiklah, aku ingin tanya tadi mengapa sakura mengatakan sesuatu tentang cinta?" tanya tomoyo sembari duduk dihadapan sakura.
Sakura terdiam sejenak, akhirnya perlahan mulai menceritakan apa yang terjadi sebelumnya bersama editor Yamazaki. Singkat cerita...
"jadi begitu rupanya" ucap tomoyo. Sakura hanya megangguk membenarkan.
"kalau begitu, menurut sakura cinta itu apa?" lanjut tomoyo.
"hmmm.. seperti menyukai seseorang yang dekat dengan kita" ujar gadis bersurai karamel itu dengan polosnya.
"apa benar demikian? Kalau begitu berarti sakura chan jatuh cinta padaku" tomoyo terkekeh manis.
"cinta itu bukan seperti yang sakura chan pikirkan. Sakura chan harus bisa membedakan antara suka dan cinta. Kedua kata terkesan sama tapi sebenarnya memiliki makna yang berbeda. Mengerti?" lanjut tomoyo menarik hidung sakura.
"auu! T-tomoyo hentikan" sembari memegang hidungnya.
Gadis bersurai panjang lebat yang dikenal sebagai putri dari sebuah klan yang cukup berpengaruh dikota bernama Daidouji itu tersenyum menatap sakura.
"Sakura, Cinta itu... Rasa ingin selalu bersama dengan orang yang kita cintai. Terkadang juga dadamu akan sakit sampai ingin menangis namun kau tidak membenci rasa sakit itu. Rasa ingin selalu bersama dengan orang yang kita cintai. kita akan sering memikirkannya.. Cinta juga... seperti sayap" ujar tomoyo
"sayap?" gumam sakura masih menatap.
"benar, seperti sayap. Tidak hanya bisa membawamu terbang tinggi tapi sayap juga hangat, lembut, putih, suci juga..." sejenak tomoyo diam dan memegang kedua tangan kecil sakura. Iris emerald Sakura menatap dengan serius menunggu lanjutan kalimat dari tomoyo.
"juga... melindungi seseorang yang ingin dilindunginya"
Mereka hanyut dalam diam dan saling menatap. Manik mereka masing – masing bertemu. Seketika hati sakura yang semula redup menjadi terang kembali seperti sihir. Tomoyo seperti memberi mantra penghilang gundah. Sejak kecil tomoyo memang satu-satunya orang yang mengerti sakura. Selalu ada cara untuk menenangkan hati sakura.
"mungkin sekarang sakura chan belum menemukan orang itu. Tapi suatu saat orang itu akan menghampirimu. cinta itu datang tanpa diduga. Bisa saja hanya dengan pandangan pertama atau pertemuan kembali setelah sekian lama. Kita tidak pernah tau"
"begitu ya? Cinta itu seperti itu ya?" batin sakura masih sedikit ragu
"sakura tidak perlu memaksa untuk mengerti sekarang. Sakura chan akan segera mengerti jika waktunya tiba" jelasnya dengan penuh ketenangan
" begitu ya, Terima kasih tomoyo"
Sakura sedikit tenang walaupun dalam hatinya masih penuh dengan pertanyaan. Tapi sakura merasa kalau tomoyo merupakan orang yang tepat untuk mendengarkan curahan hatinya sekarang ini. Rasa terima kasih tertulis jelas pada raut wajah merona sakura.
SAKURA POV
Aku melangkah berjalan keluar dari cafe. kudapati hujan yang telah berhenti dan jalan yang basah karenanya. Langit jingga sore hari menemaniku menelusuri jalan trotoar kota yang padat ini bersama orang – orang dari berbagai arah menuju tujuan mereka masing – masing.
Seketika langkahku terhenti. Iris emerald ku yang tidak sanggup menahan diri untuk tidak menatap langit indah setelah hujan. Langit jingga begitu menawan hati, langit jingga yang diselimuti awan tipis. Awan tipis itu membentang dengan lembut di atas langit. Begitu hangat, lembut, putih dan... melindungi.
"mirip seperti..." gumam kuterhenti
"seperti sayap"
Kelopak mata terbuka lebar. Begitu terkejutnya diriku. Bagaimana bisa seseorang bisa mengatakan sesuatu yang ingin aku katakan. Pandangan beralih melihat seseorang didepanku. Seorang pria bersurai coklat walnut. Iris ambernya yang ikut menatap langit jingga seperti menyatu dengan. Angin bertiup lembut melambaikan daun juga rambut kami. Aku tidak bisa melepaskan pandanganku terhadapnya.
"benar, kan?" lanjut pria itu. Iris ambernya berbalik menatapku. Ia tersenyum padaku
Bibirkut tidak berkutik. Tubuhku serasa mematung. Mataku tidak berkedip. Aku hanya teringat yang diucapkan tomoyo.
Cinta itu datang tanpa di duga...
BERSAMBUNG
