Disclaimer:

Songfic, Haikyuu bukan milik saya.

Sebagian kalimat diambil dari lirik; Make You Feel My Love_Adelle.

Tidak mengambil keuntungan apapun..

Cerita ini hanya untuk kepuasan semata, tidak bermaksud mengambil atau mengaku karya orang lain.

*

*

Kesedihan merupakan hal yang wajar dalam kehidupan. Manusia diliputi beraneka ragam emosi. Sedih, senang, marah dan lainnya. Seperti badai mengamuk dilautan dan di jalan raya penyesalan terdapat seorang pria yang terpuruk, meringkuk dalam kedinginan. Lalu orang lain bertubuh pendek menghampiri, Ia berjongkok menyamai tinggi si pria. Keduanya saling menatap. Saling menyelami manik yang berbeda, seakan mereka tengah melakukan pembicaraan tak langsung melalui sinar mata.

Dan rintik hujan seolah-olah mereka tepis, melupakan tubuh masing-masing yang basah. Mereka enggan beranjak pergi walau hanya sekedar mencari perlindungan guna menyelamatkan baju agar tetap kering. Mereka lebih memilih air hujan menghujam tubuh, kemudian menjelma menjadi tusukan jarum-jarum dingin. Mereka diam bergeming, terkunci dalam pesona. Baik si pria malang ataupun orang pendek yang menghampirinya, mereka berdua terdiam, terpaku pada pandangan satu sama lain. Mereka tidak peduli, waktu yang mereka miliki sekarang merupakan salah satu kebaikan Tuhan karena sudah mempertemukan keduannya dan Tuhan sudah berbaik hati mempertemukan mereka, walaupun perbedaan terlihat jelas diantaranya.

Kageyama Tobio, si pria malang yang terpuruk di setiap pernafasannya bertemu Hinata Shoyo, pemuda manis dengan manik senada madu itu bersudi diri untuk menghentikan langkahnya demi menghampiri Kageyama yang terduduk ditepi jalan. Kageyama dengan tampilan acak-acakan, bukanlah seorang gembel yang menjadikan alam sebagai rumah, ia hanya pemuda pemilik manik biru keunguan dan ia telah luput dari bagian dunia. Baginya dunia hanya soal kekejian (dimana ia menjadi tokoh penting untuk disalahkan).

Seulas senyum tipis tersungging menghiasi wajah Hinata, pria kecil itu mengelurkan tangan berusaha memberi bantuan. Tetapi tepisan kasar didapatkannya tatkala Kageyama menolak kebaikan yang ia tawarkan.

"Kenapa? Itu semua tentang masa lalu bukan?" pertanyaan meluncur dari bibir tipis Hinata, hati merasa sedikit tersinggung. Apa salahnya jika ia ingin membantu? Namun nampaknya pria yang ingin dia tolong tidak memperlukan kepeduliannya.

Kageyama bangkit dari duduknya, ia menyeringai dan memberikan pandangan remeh. "Tak usah peduli karena orang seperti mu merupakan bagian dari kemunafikan," seru Kageyama.

Hinata terdiam sesaat, ia menengadah menatap langit gelap diatasnya. Mendiamkan tetes air yang membasahi wajahnya, pria orange itu kembali melihat Kageyama. "Ketika hujan berhembus di wajahmu dan seluruh dunia menyalakan mu, aku bisa menawarkan sebuah pelukan hangat," seru Hinata mengusap tetesan air di wajahnya.

"Tahu apa kau? Kau orang asing yang datang tanpa diundang dan bicara layaknya pembual, aku tak butuh semua itu." Jelas saja Kageyama tidak percaya, orang didepannya baru saja ia kenal dan orang itu menawarkan pelukan hangat? Rasanya Kageyama ingin tertawa terbahak-bahak.

"Aku tahu kau belum memikirkan, tapi aku tidak akan membuat kesalahan untuk mu." Hanya karena perkataan Kageyama yang terasa pedas ia menyerah, bukan Hinata namanya. Istilah pesimis tentu tidak termasuk dalam kamus hidupnya. "Datanglah padaku jika kau sudah memutuskan," seru Hinata memberikan kartu namanya.

"Hinata Shoyo, itu namaku," ucap Hinata memperkenankan dirinya. Dan setelahnya, dia beranjak pergi meninggalkan Kageyama yang membisu ditempatnya berada.

.

.

Fin...