BLEACH © TITE KUBO

LUCKY © NAMIKAZE-NARUNI

.

.

.

Warning: BL, OOC, AU, Typo, dan lain-lain, dan lain-lain

Pairing: Grimmjow X Ichigo

Rated: T

.

.

.

BUGH!

Terdengar suara hantaman pukulan yang cukup keras dari salah satu gang sempit di kota Karakura yang sekaligus telah memecah keheningan malam itu.

Terlihat seorang pemuda yang berdiri tegap walau terdapat cukup banyak luka di sekujur tubuhnya. Mata biru langitnya menatap nyalang pada tujuh orang yang terkapar didepannya. Ia pun mengelap darah yang timbul di sudut bibir, lalu mendengus remeh.

"Cih, apakah kalian benar-benar mahasiswa, HAH? LEMAH!" bentaknya pada tujuh orang yang terkapar didepannya yang diidentifisikan sebagai mahasiswa. Salah satu dari mereka mencoba berdiri dengan susah payah sambil bertumpa pada dinding gang itu.

"Di-diam kau...BRENGSEK!"ia pun menerjang pemuda bermata biru itu dengan kelap.

"..masih sanggup, eh?"

Bugh!

Uhuk!

Pemuda bermata biru itu sukses meninju tepat pada perut mahasiswa yang bermaksud menyerangnya. Mahasiswa itu pun terkapar dengan memegangi perutnya yang kesakitan sambil terbatuk-batuk. Pemuda bermata biru itu pun mendengus remeh sambil menepuk-nepuk baju seragamnya yang kotor, dan berjalan untuk memungut tasnya, "Cih, buang-buang waktuku saja!" dan ia pun menoleh ke belakang. Menatap orang-orang yang terkapar kesakitan.

"Ini terakhir kalinya aku melihat kalian. Jika kalian masih mencari masalah lagi denganku, maka. Aku. Grimmjow Jeagerjaques. Memastikan, kalian tak akan selamat lagi dariku!" ancam pemuda bernama Grimmjow itu sambil berlalu meninggalkan tempat itu.

OOOOOoooOOOOO

"A-auh.. pelan-pelan," ringis Grimmjow, lukanya kini sedang diobati oleh seorang pemuda berambut orange. Ichigo Kurosaki. Ehm! Kekasihnya.

Ichigo mendengus, "Kau datang malam-malam begini dengan wajah babak belur. Jangan bilang kau habis berkelahi lagi, Grimmjow." Ujar Ichigo sembari melumuri kapas dengan alkohol.

"Ayolah, Ichigo. Aku datang ke apartement-mu karena memang ingin menemuimu. Bukan karena ingin mengobati lukaku. Yaa, mungkin itu ju- auh!" ringis Grimmjow tak kala Ichigo sengaja menekankan kapas kuat-kuat pada lukanya.

"Kalau tahu jadinya seperti ini, tidak seharusnya kau berkalahi kan?" gusar Ichigo.

Grimmjow membalas, "Mereka yang mencari masalah duluan. Tentu saja aku tidak ting- Auh! Hei!" ringisnya kembali, saat Ichigo menekankan kembali kapas pada lukanya.

"Masih ada cara lainkan selain berkelahi?"

"Memangnya ada cara apa lagi, hah?"

"...kabur?" jawab Ichigo innocent, sambil menatap Grimmjow.

Grimmjow cengo, "Ha? Kabur? Kau bercanda?" balas Grimmjow sangsi.

Ichigo memajukan wajahnya, menatap mata biru Grimmjow. Serius, "Apa aku terlihat bercanda, hm?"

Grimmjow menjauhkan wajahnya, lalu bersandar pada sofa yang didudukinya, "...tidak. Pantang untukku kabur, kau kira aku ini pengecut, hah?"

"Ya sudah. Toh, bukan aku ini yang babak belur." Ujar Ichigo masa bodo, sambil merapikan kotak P3K-nya. Lalu menatap Grimmjow, "Aku heran padamu, masih saja selamat setelah dikeroyok seperti ini,"

Grimmjow melemaskan kedua bahunya, "Yaah, karena aku ini orang yang beruntung," ujarnaya kemudian.

Ichigo mencibir, "Keberuntungan yang berlanjut, eh?"

"Hei, keberuntungan itu kan sudah sering terjadi. Jadi, wajarkan?"

"Lho? Bukannya disebut keberuntungan karena jarang terjadi?" tanya Ichigo balik.

Grimmjow sweatdrop. Gini nih. Kalau sudah perang mulut dengan Ichigo. Ia akui tak akan bisa menang dari Ichigo. Kecuali di atas ranjang tentunya. Ups! Keceplosan.

"Dasar baka," Komen Ichigo singkat. Lalu bangkit dari duduknya. Buru-buru, Grimmjow memegang lengan kiri Ichigo sebelum pemuda berambut orange itu melongos pergi, "Tu-,".. "Auh!" Grimmjow langsung melepas genggaman tangannya pada Ichigo, setelah pemuda bermata biru itu mendengar ringisan yang cukup jelas dari Ichigo.

"Kau kenapa Ichigo?" tanya Grimmjow lantas berdiri mendekati Ichigo yang kini menyembunyikan lengan kirinya ke belakang tubuhnya seakan ada sesuatu yang disembunyikan oleh Ichigo.

"Ti-tidak! Tidak ada apa-apa, kok! Hahaha..." bohong Ichigo sambil tertawa hambar.

Grimmjow menyipitkan matanya curiga, "Yang benar, orange? Kau tidak berbakat untuk berbohong!"

"Sungguh!" kilah Ichigo masih tetap kekeh.

"Ayo, beri tahu!" desak Grimmjow menatap tajam pada mata coklat Ichigo. Ichigo menelan ludah gugup, lalu menghela nafas. "Oke, aku jujur. Lusa lalu lengan kiriku cedera karena latihan basket, puas?" setelah itu, tanpa menghiraukan ekspresi Grimmjow, Ichigo langsung melongos pergi ke dapur. Dalam hati ia berkomat-kamit agar Grimmjow tak menyadari sesuatu dan tidak membahas lukanya lagi.

Grimmjow berdecak, lalu mengekor Ichigo ke dapur.

"Makanya, lain kali berhati-hatilah sedikit, Ichigo!"

"Iya, iya, aku tahu. Ini Cuma cedera ringan kok! Oya, kau sudah makan malam?" tanya Ichigo.

"Belum." Jawab Grimmjow singkat.

"Oh, kau duduklah dulu! Biar aku masakan sesuatu untukmu." Ujar Ichigo sambil mengeluarkan properti masak yang diperlukannya. Diam-diam Grimmjow menyeringai senang melihat sikap Ichigo yang perhatian itu. Ia pun menghampiri Ichigo yang tengah mengambil bahan masakan yang diperlukannya dalam kulkas.

"Hei?" panggil Grimmjow.

"Apa?" jawab Ichigo tanpa menoleh pada Grimmjow. Dan kini menutup kembali pintu kulkas setelah mendapat bahan yang dicarinya.

Grimmjow pun kini bersandar pada kulkas, sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Tatapan matanya tak pernah lepas memperhatikan pemuda berambut orange yang kini tengah memotong sayuran untuk bahan masakannya.

Grimmjow berdecak, "Hei. Kau tahu kan, kalau aku tidak suka sayuran?"

"Sayur itu baik untuk tubuh. Lagi pula, Cuma ini bahan yang tersisa di kulkas. Jadi jangan mengeluh!" balas Ichigo sambil tetap fokus pada sayuran yang tengah diirisnya.

"Che," dengus Grimmjow.

Ichigo meletakan pisau di nampan, dan berjalan menuju kulkas, "Minggir dari situ!" ketusnya.

Grimmjow menghela nafas, "Hahh..." dengan nurut Grimmjow mundur teratur dari kulkas. Ichigo pun membuka kembali pintu kulkas, dan mengambil bahan lain yang diperlukannya. Saat itu, sebuah lengan memegang pergelangan tangan kirinya. Ichigo mendengus dan membalikkan tubuhnya, "Ap-Huwwaaa!" pekik Ichigo kaget. Ketika Grimmjow menggiringnya untuk bersandar pada dinding dapur. Dan segera memerangkap Ichigo dengan kedua tangannya yang masing-masing mengurung Ichigo di kedua belah sisi tubuhnya. Grimmjow menatap mata coklat Ichigo lekat.

"K-kau mau apa, Grimmjow?" tanya Ichigo gugup saat mata biru itu menatap matanya lekat.

Grmmjow menyeringai, "Kau, mau tahu, eh?" Ichigo mengangguk gugup. Seringai Grimmjow kian melebar ketika melihat kegugupan Ichigo seperti itu. Begitu mengundang.

"Kau mau tahu mauku, Ichigo?" desis Grimmjow lembut di telinga kanan Ichigo lalu meniup telinga Ichigo pelan.

"Engh.." erang Ichigo merasakan sensasi aneh ditelinganya.

Grimmjow tersenyum mendengarnya. Ia pun mengalihkan wajahnya, lalu mendekatkannya pada wajah Ichigo yang kini memerah.

"A-apa?" tanya Ichigo was-was.

Grimmjow kembali menyeringai, "Eh, sebenarnya mau ku adalah… ini!"

Dengan tiba-tiba Grimmjow menutup matanya dan langsung mencium Ichigo tepat pada pada bi-. 'Tunggu, rasanya ada yang ganjal.' Pikir Grimmjow.

"Hmmph… hahaha…" tawa Ichigo tertahan. Seketika Grimmjow membuka matanya dan terbelalak.

Grimmjow mundur selangkah dan lagsung mual-mual nggak jelas, "Ugh, pueh! Pueh!"

"Haha.. ckckck.. bagaimana rasanya ciuman dengan brokoli, hm?" sindir Ichigo sambil melambaikan brokoli yang ia ambil tadi dari kulkas sebelum Grimmjow tadi menariknya. Grimmjow mengusap-usap bibirnya dengan cepat. "Kau ini! Pueh!"

Ichigo berkacak pinggang, "Makanya, jangan asal main nyosor aja! Salahmu sendiri," ujar Ichigo, lalu kembali pada aktivitasnya semula.

"Ck, pokoknya aku tak akan memakan benda hijau laknat itu!" seru Grimmjow.

"Kalau kau tidak memakannya…" jeda sesaat. Sambil memasukkan semua bahan pada panci yang berisi air mendidih, lalu memberi bumbu dan mengaduknya, dan terakhir menutup kembali panci. setelah itu, meng-glare Grimmjow. "Kita putus, Grimmjow Jeagerjaques."

Grimmjow speechless. "Hei! Mana bisa begitu?" ujar Grimmjow nggak terima. Ya, iyalah, masa hanya karena tidak mau makan sayuran putus? Tentu aja nggak masuk akal.

"Whatever you say...yang jelas kau harus memakannya!" tekan Ichigo.

"Che. Dari pada harus begitu, lebih baik aku pulang saja! Permisi Kurosaki-san! Maaf menganggumu!" desis Grimmjow sambil melenggang pergi dari dapur.

Ichigo menghela napas. Perdebatan seperti ini sudah sering terjadi, dari adu mulut. Saling ancam, dan akhirnya akan berakhir dengan salah satu dari mereka pergi. Yaah.. walau begitu, akhirnya kereka akan kembali baikkan, dan seolah-olah tidak pernah terjadi perdebatan konyol itu.

Merasa masakannya sudah matang, Ichigo segera mematikan api kompor. Dan kembali menghela nafas, "Paling bakal balik lagi tuh, orang." Pikirnya, "... sebegitu bencinyakah ia padamu, hm?" tanyanya, sambil menoleh pada sayuran di panci.

OOOOoooOOOO

Grimmjow menoleh ke arah dapur, berharap Ichigo menghentikannya. Tapi tak ada tanda-tanda jika strawberry yang diharapkannya itu datang. Grimmjow mendengus. "Ck, dasar orange." Setelah berkata seperti itu, Grimmjow membuka pintu keluar.

BRAK!

Ditutupnya kembali pintu bewarna silver itu dengan kencang.

OOOOoooOOOO

BRAK!

Mendengar suara debaman keras pintu, Ichigo segera beralih keluar dan menoleh kearah pintu apartement-nya. Hanya mendapati keheningan disana. Padahal tadi ia hanya bermaksud mengancam Grimmjow agar mau makan. Eh, malah Grimmjow menganggapnya serius. Ini sih, senjata makan tuan. Keluhnya.

"Hahh.. biarkan saja. Toh, ini bukan pertama kalinya dia begini."

OOOOoooOOOO

Grimmjow menoleh lagi kearah belakang. Berharap, Ichigo diam-diam mengikutinya. Tapi, nihil, cuy! Tak ada tanda-tanda keberadaan si pemuda strawberry itu. Grimmjow kembali berjalan sambil mengumpat "Good job! Mulai detik ini , aku jadi mega kali lipat benci kau, sayur! Aku berjanji, tidak akan membiarkanmu melewati kerongkonganku!" sumpahnya konyol.

Saat itu, pandangan Grimmjow teralih pada sebuah mesin penjual otomatis di pinggir jalan. Tapi bukan itu yang menarik perhatianya sekarang. Melainkan, seorang pemuda yang kini sedang melakukan transaksi dengan mesin itu. Grimmjow pun berjalan menghampiri pemuda itu.

"Apa yang membuatmu keluar larut malam begini? Yang pasti bukan sekedar membeli minuman 'kan, Ulquiorra?" sapa Gimmjow.

Pemuda bernama Ulquiorra itu pun menoleh, "Grimmjow?"

"Yo!" sahut Grimmjow singkat, sembari mengangkat lengan kananya dan menghampiri Ulquiorra.

Ulquiorra hanya diam, sambil menatap Grimmjow dari kaki-(sepatu) hingga kepala, "kau.. berkelahi lagi?" tanyanya datar.

Grimmjow tidak langsung menjawab. ia pun beralih untuk bersandar pada mesin penjual otomatis itu, "Ya, seperti yang kau lihat."

Ulquiorra ikut bersandar disebelah Grimmjow, ia pun memberi sekaleng minuman pada Grimmjow, "Ini." tawarnya.

Grimmjow menerimanya, "Thank's."

Mereka pun serempak membuka penutup kaleng minuman itu. Dan meneguknya sedikit.

Grimmjow buka mulut, "Apa yang kau lakukan larut malam begini?"

"Tidak ada. Hanya sedikit bosan. Kau belum pulang ke rumah sejak pulang sekolah tadi, Grimmjow?" tanya balik Ulquiorra.

Grimmjow tertawa pelan, "Yah, ada urusan yang harus kuselesaikan." Jawabnya, sambil meneguk minumannya.

"Kau dari rumah Kurosaki-san?"

"Yup! Dari mana kau tahu?" tanya Grimmjow heran.

"Bukankah dua blok dari sini adalah apartement Kurosaki-san? Dan lukamu itu, tidak mungkin kau mengobatinya sendirian," jelas Ulquiorra.

Grimmjow menautkan kedua alisnya, "Hei. Kau ini cenayang ya?" tanyanya sarkas.

"Aku anggap itu 'pujian'," kembali, Ulquiorra meneguk minumannya, "Dan jika aku perhatikan dari ekspresimu pertama kali, kau seperti sedang ada masalah."

Grimmjow mendengus kecil, "Yah, aku dan Ichigo tadi sedikit ribut. Tapi, besok juga baikkan lagi." Yakin Grimmjow.

"Oh," tanggap Ulquiorra singkat.

Seketika keheningan melingkupi keduanya. Grimmjow kembali meminum minumannya hingga habis. Lalu, membuang kaleng kosong minumannya pada tempat sampah disamping mesin penjual otomatis itu.

"... dan makin hari, makin banyak yang menantangmu," ujar Ulquiorra.

"Itu sudah jelaskan?" sahut Grimmjow, "Yah, walau itu artinya musuhku akan bertambah. Tapi, itu tidak masalah bagiku."

Ulquiorra terdiam. Sambil menatap kaleng minuman ditangannya. Ia pun memejamkan mata zambrutnya, lalu menghela nafas. Dan kembali membuka mata, "Apa kau pernah berpikir tentang sesuatu, Grimmjow?" tanya Ulquiorra tanpa menatap Grimmjow.

"Hah? Tentang apa?" tanya Grimmjow heran.

"Kalau suatu saat kelemahanmu diketahui oleh musuh-musuhmu?" kini Ulquiorra menatap Grimmjow tepat pada mata birunya. Grimmjow tertegun.

"Kelemahan? Eh, yang benar saja! Grimmjow Jeagerjaques tidak punya kelemahan yang berarti. Kau pasti tahu itu kan, Ulquiorra?" tandas Grimmjow

"Tidak punya? Apa kau yakin?" tanya Ulquiorra. Walau gaya bicara Ulquiorra terdengar biasa saja. Tapi, Grimmjow dapat merasakan emosi dari kata-kata itu.

"Sebenarnya, apa yang ingin kau katakan padaku, Ulquiorra?" tanya Grimmjow yang mulai tidak nyaman dengan tatapan mata zambrut itu padanya. Serasa menusuk.

Melihat reaksi Grimmjow yang seperti itu, Ulquiorra kembali bicara, "Kau tahu? Lusa lalu saat pulang sekolah, ada yang mengincar Kurosaki-san."

Grimmjow tertegun.

Melihat ekspresi diam dari Grimmjow, Ulquiorra kembali melanjutkan, ".. beruntung, waktu itu, Mizuiro-san melihatnya, dan langsung memberi tahuku dan yang lain. Sehingga tidak ada sesuatu yang buruk terjadi padanya. Walaupun, ia tetap terluka karena kami sedikit terlam-,"

BET!

Grimmjow yang mengerti maksud pembicaraan Ulquiorra, langsung menarik kerah baju permuda berambut hitam itu. Sehingga kaleng minuman yang dipegang Ulquiorra pun sukses terjatuh ke tanah, seolah tidak peduli pada bajunya yang sedikit basah akibat minuman kaleng itu, Grimmjow menatap mata Ulquiorra dengan penuh emosi. "Kau... kenapa kau tidak memberi tahuku sejak awal, HAH? !"

"..aku dan yang lain sudah berjanji pada Kurosaki-san agar tidak memberi tahumu tentang ini. Disamping itu, Kurosaki-san tidak mau melihatmu berkelahi lagi dan terluka karenanya.." jawab Ulquiorra tenang.

"DAN KENAPA SEKARANG KAU MEMBERI TAHUKU, ULQUIORRA?"

"Melihatmu yang tak menyadari hal sepenting ini, membuatku perihatin. Dan apakah sekarang kau baru menyadarinya, Grimm-."

BUGH!

Grimmjow meninju Ulquiorra tepat pada pipinya. Ulquiorra pun terjatuh di tanah, darah segar mengalir di sudut bibinya.

Pemuda berambut hitam itu pun, mengusap darah di sudut bibirnya, lalu mendengus, "Eh," lalu beralih menatap Grimmjow yang tampak terengah-engah. Ulquiorra berdiri. Lalu merapikan bajunya yang sedikit berantakan. Dan kembali menatap Grimmjow yang juga membalas tatapannya dengan sengit.

"Selama ini, kau tidak menyadarinya kan? Aku pu tak tahu, apakah itu hal pertama yang dialaminya atau sudah sering ia ala-,"

"DIAM!" potong Grimmjow tajam untuk yang kesekian kalinya, "Diam kau, Ulquiorra!"

Hening.

"Kau hanya punya dua pilihan," Ujar Ulquiorra memecah keheningan.

Seketika Grimmjow menatap Ulquiorra dengan penuh tanya.

"Tinggalkan atau tetap membiarkan ia terluka." Lanjut Ulquiorra.

Grimmjow menggeram emosi kedua tangannya terkepal erat. Dia merasa sedang dipermainkan di depan pemuda berambut hitam ini. Grimmjow pun mengerti, sangat mengerti maksud perkataan Ulquiorra. Dan sekarang ia harus memilih meninggalkan Ichigo atau tidak, yang benar saja!

OOOOOOOOOOO

Auh!"

"Kau kenapa Ichigo?"

"Ti-tidak. Tidak apa-apa! Hahaha..."

"Yang benar, Orange? Kau tidak berbakat untuk berbohong!"

"Sungguh!"

"Ayo, beri tahu!"

"Oke, aku jujur. Lusa lalu Lengan kiriku cedera akibat latihan basket. Puas?"

OOOOOOOOOOO

Grimmjow tertegun. Ingatannya beberapa menit yang lalu di apartement Ichigo kembali teringat. Luka yang di lengan kiri Ichigo, jangan-jangan...

"Asal kau tahu saja. Aku tidak akan membiarkan orang yang ku sukai terluka, walau dia bukan milikku. Tapi akan ku rebut dia. Jika itu yang terbaik sekarang," kata Ulquiorra tiba-tiba. Membuat Grimmjow yang mendengarnya kembali terperangah tak percaya.

"Ulquiorra, kau..."

"Kau benar. Aku menyangi Ichigo. Walau baru beberapa bulan ini aku mengenalnya dekat, tapi itu sudah cukup untuk membuatku mengenal perasaan ini. Dan akan ku rebut dia dari tanganmu. Pikirkan baik-baik apa yang aku katakan tadi, dan ku harap kau tidak memilih pilihan yang salah, Grimmjow. Selamat malam." Dengan itu, Ulquiorra. Meninggalkan Grimmjow yang tidak berkutik dalam keheningan malam.

Grimmjow hanya terpaku menatap punggung Ulquiorra yang semakin menjauh, sampai tak terlihat lagi.

Kalah. Grimmjow kalah. Kalah terhadap Ulquiorra, tentang Ichigo. Dan juga.. sifat ego-nya sendiri. Dia kalah dengan telak. Menyedihkan.

BRAK!

Grimmjow meninju mesin penjual otomatis itu. Tak peduli bahwa mesin itu akan rusak nantinya. Ia hanya ingin meluapkan kemarahan dan kebodohannya yang tak menyadari hal sepenting itu.

"SIAL!"

OOOOoooOOOO

-TBC-

OOOOoooOOOO

A/N: Nyaaaaa...~ Fic GrimmIchi pertama Naruuuu...~ ! ! ! #lompat2 gaje# -dilempar bata-

Gimana? anehkah? gajekah? gomen, kalau memang gitu.. ==' -bows-

Maaf kalau masih ada typo yang bergentayangan.. =='' -bows again-

So, Review?