Reborn tidak memahami kebiasaan Tsuna memperlakukan semua orang disekitarnya seperti anak kecil. Parental!Tsuna.

.

.

Kebiasaan ini dimulai segera setelah Nana pergi berlibur dengan Iemitsu selama satu bulan.

Dia harus berpisah dengan orang tuanya dan mulai bersikap mandiri.

"Reborn, kau harus menghabiskan susumu. Susu itu baik untuk anak kecil sepertimu."

Reborn menatap tajam muridnya. Tsuna sedang memasak sambil bersenandung ceria.

"Dame-Tsuna, kau seharusnya mengetahuinya sekarang. Meski aku terlihat seperti ini, aku tetaplah orang dewasa."

Tsuna tampak membeku selama beberapa menit.

"Oh, kau benar. Aku lupa karena penampilanmu itu. Maaf, Reborn."

"Jika kau melupakannya lagi, akan kutembak kau, Dame-Tsuna."

"Benar," Tsuna mengangguk kearahnya. Tapi kemudian dahinya mengerut. "Reborn, kau belum menghabiskan susumu."

Butuh seluruh tenaganya untuk tidak benar-benar menembak muridnya.

.

.

Tak lama kemudian Reborn sadar bahwa Tsuna memperlakukannya seperti anak kecil bukan hanya karena penampilannya.

Dia melakukannya pada semua orang.

"Hibari-san, dokter mengijinkanku menjengukmu. Lihat, aku membawakanmu apel."

"Omnivora," Hibari terdengar sangat, sangat terganggu. "Pergi dari sini atau kau akan kugigit sampai mati."

Tsuna bergetar ketakutan. Tapi, hanya untuk beberapa detik.

"Kau tidak suka apel? Atau mau kukupaskan untukmu?"

Tanpa menunggu jawaban dari Hibari, Tsuna mengambil kursi dan duduk di sebelah tempat tidur Hibari. Dia mulai mengupas.

Reborn berdiri diatas meja, memutuskan untuk diam saja dan memperhatikan.

"Ini, aku akan menyuapkan apel ini untukmu."

Wajah Hibari memerah. Dia mengeluh dan mengeluarkan berbagai makian, tapi dia tidak menolak.

Dia bahkan tidak mencoba melawan.

Reborn turun dari meja dan meninggalkan mereka berdua.

Kelihatannya Tsuna dan kebiasaan barunya akan baik-baik saja.

.

.

"Apa yang kau lakukan, Tsuna?" tanya Reborn tertarik. Tsuna sedang membuat sesuatu dengan ekspresi serius.

"Aku membuat spanduk untuk mendukung Yamamoto di pertandingan baseballnya nanti."

Oh, tentu saja. Seharusnya dia mengetahuinya.

.

.

"Chrome, kau yakin akan berpacaran dengan Hibari?"

Reborn langsung menyemburkan espressonya. Dua orang yang sedang berbincang-bincang tidak memperhatikannya.

"Tidak apa-apa, Bos. Kyoya adalah laki-laki yang baik," jawab Chrome sambil memotong-motong ikan.

"Aku tau dia adalah laki-laki yang baik. Aku hanya ingin kau yakin dengan pilihanmu. Itu saja." Tsuna berdiri di sebelahnya. Tangannya dengan cekatan membuat sushi. "Jika ada masalah, aku siap mendengarkannya. Ngomong-ngomong, terima kasih sudah mau membantuku memasak."

"Tidak apa-apa, Bos." Chrome mengecek jam tangannya. "Oh, ini saatnya aku bertemu Kyoya."

"Kalau begitu, pergilah."

"Terima kasih selalu mendengarkan curhatku, Bos."

"Tidak masalah, Chrome."

Setelah gadis itu pergi, barulah Reborn bertanya. "Sejak kapan kau mendengarkan curhat Chrome?"

"Sejak seminggu lalu, kurasa? Aku menemukannya menangis di gang kecil karena pacarnya waktu itu telah selingkuh."

"Maksudmu Kirishina? Apa karena itu kau sangat membencinya?"

Tsuna mendengus. "Begitulah."

Kebenciannya terasa sangat kuat. Reborn tidak tau muridnya bisa membenci seseorang sebesar itu. Dia tidak menyebut apapun tentang Kirishina lagi.

"Waktunya makan siang, Reborn. Aku akan memanggil Bianchi dan anak-anak turun."

Reborn memakan sushi yang Tsuna buat. Lumayan juga.

.

.

Meskipun Tsuna bisa membenci, dia juga bisa dengan mudah memaafkan. Kalau tidak, Lambo sudah lama ditendang keluar dari rumah Sawada.

Bocah sapi itu sedang menunduk lemas. Tsuna baru saja memarahinya karena menghancurkan kue ulang tahun I-pin.

"A-aku minta maaf," Lambo berbisik pelan. Dia menahan dirinya untuk tidak menangis.

Tsuna menghela nafas. "Apa boleh buat. Ayo kita pergi ke toko dan membeli kue untuk I-pin."

"A-aku benar-benar minta maaf."

Sekarang Lambo mulai menangis.

"Tidak apa-apa, Lambo. Aku tau kau tidak sengaja."

"Benarkah?"

"Ya, aku bisa membuatkan kue untuk I-pin kapan saja. Tapi, jangan lakukan itu lagi, oke?"

Kemampuannya menenangkan Lambo itu membuat Reborn iri.

.

.

"Ya, ampun, Onii-chan. Kau harus lebih menjaga dirimu sendiri."

Reborn memperhatikan Tsuna yang mengobati luka-luka Ryohei dengan hati-hati. Jujur saja, dia terkejut saat melihat Tsuna pulang sambil menarik Ryohei yang terluka parah.

Tsuna bilang Ryohei terlibat pertengkaran dengan berandalan jadi dia membawanya kesini.

"Aku baik-baik saja, Sawada."

Melihat ekspresi Tsuna, Reborn menduga Ryohei mungkin akan berada di rumah mereka sedikit lebih lama.

.

.

"Oh, tak kusangka akan menemukan bos mafia berbelanja disini."

Tsuna dan Reborn menoleh. Mukuro berjalan kearah mereka. Kelihatannya dia juga sedang berbelanja.

"Mukuro, lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?"

Mukuro mengangkat alisnya.

Reborn tersenyum tipis. Benar juga, Mukuro belum terkena dampak dari kebiasaan Tsuna yang baru ini.

"Menanyakan kabar musuh. Itu memang benar-benar dirimu, Sawada Tsunayoshi."

"Kau telihat pucat, Mukuro. Chrome memberitauku kalau kalian hanya makan mie instan akhir-akhir ini karena tidak punya banyak uang. Bagaimana kalau ke rumahku? Akan kubuatkan kau bento. Aku bisa membuatkannya untuk teman-temanmu di Kokuyo."

Mukuro bahkan tidak sempat menolak saat Tsuna menarik tangannya pergi.

Reborn mengekor di belakang, sama sekali tidak ada keinginan untuk menghentikan mereka. Saat melihat mereka dari belakang seperti ini, rasanya seperti melihat seorang ibu yang menarik tangan anaknya.

.

.

"Maaf, karena aku kau jadi terluka parah seperti ini, Juudaime."

"Tidak apa-apa, Gokudera. Itu bukan salahmu."

"Ini salahku! Aku tidak bisa melindungimu!"

Gokudera mulai membuat para perawat kesal dengan suara kerasnya. Reborn harus segera menenangkannya.

Tapi seharusnya dia tau bahwa itu sama sekali tidak perlu.

"Kau sudah melakukan yang terbaik, Gokudera. Aku bangga padamu."

Tsuna meletakkan tangannya diatas kepala Gokudera seperti yang biasa dilakukan seorang ayah pada anaknya.

"Juudaime..."

Tsuna tersenyum. Gokudera mulai menangis tersedak.

Sama seperti waktu menjenguk Hibari, Reborn memutuskan untuk meninggalkan mereka berdua.

Dia tidak akan menghancurkan momen indah ini.

.

.

"Lihat Reborn. Aku membuatkanmu kopi susu."

"Tsuna, kenapa kau memperlakukan semua orang disekitarmu seperti ini?" tanya Reborn, tidak tahan dengan kelakuannya.

"Seperti apa?" tanya Tsuna dengan wajah polosnya.

"Kau memperlakukan semua orang seperti anak kecil."

Ada keheningan sebentar diantara mereka berdua. Tsuna berbalik membelakanginya dan mulai memasak makan pagi mereka.

"Kau tau, Reborn," ucap Tsuna tanpa mengalihkan pandangan dari masakan yang sedang dia buat. "Saat aku mengantar Kaa-san pergi berlibur, aku merasa sangat kesepian. Lalu, aku menyadari bahwa yang lainnya juga tidak bersama orang tua mereka."

Keluarga Lambo berada di Italia. Yamamoto memiliki seorang ayah, tapi ibunya sudah meninggal. Gokudera lari dari keluarganya. Mukuro tidak punya orang tua. Chrome telah dibuang. Ryohei menjaga Kyoko sendirian. Hibari selalu terlihat kesepian.

Reborn menatap bayangannya yang dipantulkan diatas kopi susu buatan muridnya.

Dia adalah hitman nomer satu di seluruh dunia. Tidak ada yang akan memberikannya kasih sayang, jadi dia sudah tidak peduli dari awal.

Tapi, Tsuna berbeda.

"Jadi, jika mereka semua kesepian, akulah yang akan menjadi orang tua mereka. Kau juga sama, Reborn!"

"Kau sangat bodoh."

"Eh? Kenapa?"

Reborn menghindari tatapan muridnya dan meneguk kopi susu yang masih terasa hangat.

.

.

Sawada Tsunayoshi adalah langit yang menyayangi semua elemennya.

.

.

Please Give Me Your Review!