-Happy Reading-

Allow Me to Say : His Expression

Naruto Masashi Kishimoto

Allow Me to Say Rin Mizuki

Genre : Romance

Rate T

Cast :

Uzumaki Naruto x Haruno Sakura

.

.

.

.

.

Sakura melangkahkan kakinya dengan penuh percaya diri menuju sebuah ruangan yang bertuliskan, 'Klub Drama'. Sebelum memasuki ruangan itu ia menarik napas panjang dan kembali memeriksa sakunya memastikan apakah benda itu masih aman disana. Setelah merapikan penampilannya untuk kesekian kalinya, ia pun memberanikan diri untuk membuka pintu tersebut. Setengah melongok ke dalam ia kemudian mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan hanya untuk menemukan sosok yang ia cari.

'Itu dia!' Gumam Sakura senang. Sekali lagi Sakura merapikan penampilannya dan mulai berjalan dengan penuh percaya diri menghampiri pemuda itu.

"Sedang apa senpai?" tanya Sakura basa-basi.

"Hanya menyiapkan background untuk pertunjukan bulan depan."

"Eh, kenapa aku tidak tahu? Kalau begitu aku juga akan mendaftar untuk jadi pemeran utamanya siapa tahu aku akan terpilih jadi pemeran utama wanitanya. Lalu siapa ya kira-kira pemeran utama prianya? Aku harap Sasuke-senpai yang akan memerankannya." Ujar Sakura yang kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Naruto mengamati setiap perubahan dari raut wajah pria blonde itu.

"Itu mungkin saja terjadi, lagi pula pemerannya juga belum dipastikan dan hey ada apa denganmu ini Sakura-chan apa tidak ada yang bisa kau bicarakan selain si pantat ayam itu?" Sakura hanya terkikik geli melihat tanggapan Naruto barusan.

"Habis bagaimana lagi, dia sangat tampan."

.

Sakura semakin semangat membuat Naruto panas. Tunggu panas? Kenapa Sakura begitu bersemangat membuat pria yang ada di hadapannya ini panas?

Sakura yang memang sejak awal menyukai naruto mulai mendekati pria itu dengan berpura-pura menyukai sahabatnya yaitu Sasuke. Sakura sangat menikmati saat-saat yang ia lalui bersama dengan Naruto apalagi wajah Naruto yang selalu terlihat terganggu setiap kali Sakura menyebutkan nama Sasuke hingga Sakura selalu melakukannya berulang kali hanya untuk membuat pria itu jengkel. Dan tanpa Sakura sadari ia sudah sepenuhnya jatuh kepada sosok yang ada dihadapannya ini.

"Senpai. Naruto-senpai."

"Oh."

"Apa kau akan mengikuti audisinya?"

"Audisi? Maksudmu untuk pertunjukan bulan depan?" Sakura mengangguk tanda mengiyakan pertanyaan Naruto.

"Tidak. Aku tidak tertarik."

"Eh? Kenapa? Kau kan sangat berbakat senpai?" sungguh Sakura sangat kecewa mendengar jawaban Naruto barusan.

.

Situasi berubah hening diantara keduanya. Naruto masih disibukkan dengan kegiatannya yaitu menggambar pola di selembar kertas. Sedangkan Sakura berusaha memutar keras otaknya, berusaha mencari topik pembicaraan yang mungkin saja bisa ia gunakan.

"Oh iya. Ngomong-ngomong kapan senpai akan menyerahkan foto itu? Senpai kan sudah berjanji padaku."

Naruto terdiam dan kemudian merogoh sakunya seperti sedang mencari-cari sesuatu. Setelah menemukannya Naruto meraih tangan Sakura dan meletakkannya di telapak Sakura. Saat Sakura melihat apa yang telah diberikan Naruto kedua matanya terbalalak.

"Senpai,aku tidak memerlukan photo jelekmu ini dan gaya macam apa ini? Kau memalukan sekali senpai!" Ralat sebenarnya Sakura sangat gembira menerima photo itu.

"Kalau kau tidak suka, kau boleh membuangnya Sakura-chan."

Sakura tidak menanggapi pernyataan Naruto barusan dan hanya menyelipkan photo yang diberikan Naruto ke dalam sakunya.

"Senpai, bisa kau katakan padaku, seperti apa gadis yang disukai Sasuke-senpai?" Sakura bahkan tidak tertarik untuk mengetahuinya yang dia inginkan hanya melihat tanggapan yang akan Naruto berikan.

Naruto memukul dahi Sakura pelan.

"Ish. Apa kau tidak ada pertanyaan lain? Lebih baik kau menanyakan pada orangnya secara langsung."

"Lalu bagaimana denganmu senpai?"

"Aku? Memang ada apa denganku?"

"Seperti apa gadis yang kau sukai?" tanya Sakura secara terang-terangan dan bisa dilihat wajah Naruto yang bersemu merah sekarang.

"Kenapa kau tiba-tiba menanyakannya Sakura-chan? Ah. Jangan katakan, kau mulai menyukaiku." Wajah Sakura bersemu merah mendengar pertanyaan Naruto barusan tapi saat melihat Naruto yang tertawa riang membuat Sakura merasa dipermainkan dan kemudian menghadiahkan bogem mentah ke arah Naruto.

"Kau kejam sekali Sakura-chan."

Sakura tidak peduli dengan apa yang diucapkan Naruto barusan, biar saja Naruto menganggapnya gadis yang kasar itu tidak masalah. Sakura berdiri dari tempat duduknya dan kemudian merogoh sakunya kembali dan melemparkannya ke arah Naruto yang dengan sigap meraihnya.

"Apa ini?"

"Apa senpai tidak bisa melihatnya? Itu coklat."

"Aku tahu. Tapi untuk apa?"

"Ini valentine senpai."

"Lalu? Apa kau membuatnya khusus untukku."

'Ya aku membuatnya hanya untukmu, apa kau tahu itu.' Tapi Sakura tidak bisa mengatakannya mungkin saja Naruto akan mempermainkannya lagi jika ia mengatakan yang sebenarnya.

"Aku yakin pasti tidak ada seorang pun yang akan memberikan senpai coklat, jadi terima saja coklat itu."

"Kata siapa aku tidak mendapatkannya?" ucap Naruto yang kemudian memamerkan sekotak coklat dengan pita biru disudutnya.

Deg. Siapa? Siapa yang memberikan coklat itu padanya?

"Berikan saja pada Sasuke." Ucap Naruto sembari menyodorkan coklat yang baru saja ia terima.

"Kalau senpai tidak suka, senpai boleh membuangnya."

"Atau perlu ku berikan pada Sasuke?" tawar Naruto.

"Aku memberikan coklat itu untuk senpai, jadi jika senpai tidak suka senpai hanya tinggal membuangnya tapi jangan sekali-kali memberikannya pada orang lain. Aku…"

'Aku bahkan tidak tidur semalaman hanya untuk membuatkannya untukmu.' Begitu lirih Sakura mengucapkan kalimat tersebut berharap tidak ada seorangpun yang akan mendengarnya.

Merasa kesal Sakura pun meninggalkan Naruto.

'Jadi ini untukku ya?' gumam Naruto yang tersenyum menatap coklat pemberian Sakura.

.

.

.

Flashback

Sakura yang sebelumnya tinggal di Amerika untuk pertama kalinya menginjakkan kakinya di Jepang dan di hari pertamanya masuk, Sakura malah tersesat di sekolahnya sendiri. Sudah lebih dari satu jam ia tersesat, merasa lelah ia pun mengistirahatkan dirinya di bawah pohon Sakura.

'Pasti acara penerimaan murid baru sudah selesai.' Gumam Sakura.

"Disini rupanya! Cepat! Kita sudah terlambat."

Pria berambut pirang itu menarik lengan Sakura dan membawa gadis itu pergi.

"K-kau mau membawaku kemana?"

Tak lama merekapun tiba di aula tepatnya di balik panggung. Pria itu kemudian menyerahkan sebuah kostum pada Sakura dan memintanya untuk memakainya.

"Kami kekurangan pemain, apa kau bisa menolongku? Tenang saja kau hanya perlu duduk disana tidak lebih."

Tanpa menunggu jawaban dari Sakura pria itu kemudian mendorong tubuh Sakura untuk masuk ke dalam kamar ganti. Dengan terpaksa Sakura kemudian memakai kostum itu yang ternyata merupakan sebuah kostum hewan yang tidak lain adalah domba. Selesai memakai kostum itu Sakura keluar dan mendapati Pri yang dihadapannya tengah terkagum-kagum melihatnya.

'Apa dia sekarang akan menertawaiku?' pikir Sakura.

"Kau manis. Benar-benar manis. Kau adalah domba termanis yang pernah ku temui." Sahut pria itu.

"Ah, tinggal sedikit sentuhan." Ucap pria itu yang kemudian memasangkan sebuah pita berwarna merah di kepala Domba yang Sakura kenakan.

"Sempurna. Ayo ikut aku."

Lagi-lagi pria itu menarik lengan Sakura tanpa seijinnya.

Pertunjukan pun digelar dan selama pertunjukan itu berlangsung yang Sakura lakukan hanya mengamati pria yang sedanga berdiri di sudut panggung. Pria dengan kostum serigala itu tidak lain adalah pria yang sedari tadi menariknya kesana-kemari. Sesekali pria itu akan melemparkan senyum ke arahnya sesaat sebelum memasuki panggung.

Pertunjukan telah berlangsung selama kurang lebih dua jam lamanya dan saat ini sudah memasuki adegan terakhir. Setelah semuanya selesai, semua pemain memberi hormat ke arah penonton dan tirai pun diturunkan.

Seusai pertunjukan Sakura pun segera melepaskan kostumnya dan hendak pergi meninggalkan aula saat pria itu kembali menarik lengannya.

"Kau mau kemana?"

"Aku harus kembali mencari kelasku."

"Kau anak baru? Kalau begitu aku akan mengantarkanmu."

Pria itu lagi – lagi menarik lengan Sakura sebelum Sakura sempat menjawab tawaran yang ia berikan.

"Nah, ini adalah kelasmu. Tapi karena ini masih hari pertama biasanya tidak akan diadakan kegiatan belajar. Atau kau ingin kembali ke aula kita bisa menikmati pertunjukan disana. Oh iya, ini hadiah untukmu." Pria itu menyodorkan sebuah apel. Karena Sakura sempat ragu untuk menerianya pria itu kemudian menarik tangan Sakura dan meletakkan apel itu ditangannya.

"Tenang saja, itu bukan apel beracun."

"Arigatou."

"Oh iya siapa namamu?"

"Sakura. Haruno Sakura."

"Jadi namamu Sakura-chan! Kenalkan aku Naruto. Uzumaki Naruto." Ucap Narut yang kemudian meraih tangan Sakura dan menggenggamnya.

"Oh iya, ini juga untukmu." Naruto kemudian menyerahkan sebuah pita berwarna merah yang sebelumnya ia kenakan.

"Kau sangat manis saat memakainya."

Flashback End

.

.

.

Sakura kembali tersenyum saat mengingat percakapannya dengan Naruto barusan. Mengingat-ingat kembali ekspresi yang terpancar dari wajah berambut blonde itu.

"Ah, benar." Sakura meraih sesuatu dari sakunya dan kembali tersenyum.

'Apa-apaan gayanya ini? Norak sekali! Tapi aku tetap menyukainya.'

"Apa yang kau tertawakan dari tadi?" tanya Ino yang muncul entah dari mana.

Ino yang melihat Sakura tengah memandangi photo Naruto kemudian merebut photo itu dari tangan Sakura.

"Kembalikan Ino."

"Naruto-senpai. Aku menyukaimu." Ejek Ino.

"Ino! Bagaimana jika ada yang mendengarnya?" Sakura mulai panik dan menoleh kiri-kanan memastikan tidak ada seorang pun yang mendengarkan.

"Itu akan sangat bagus jika ada orang yang mendengarnya. Jadi kau bisa langsung mengatakan padanya." Ujar Ino berusaha menasehati Sakura.

"Aku pikir dia memiliki seseoranng yang ia sukai."

"Lalu?" tanya Ino.

"Hn?"

"Lalu kau akan menyerah begitu saja?"

"Tentu saja tidak." Ada sedikit keraguan terpancar di wajah Sakura.

"Hey, kau harus tetap semangat."

.

.

.

Sakura masih memandangi pita pemberian Naruto saat ponselnya mulai berdering. Gadis musim semi itu pun dengan malas meraih ponselnya yang sedari tadi tergeletak di meja belajarnya.

"Moshi-moshi ka-san."

"Apa kau sudah mempersiapkannya Sakura?"

"Ah. Eto-. Aku butuh waktu sedikit lagi, sebentar lagi aku akan ujian kenaikan kelas, jadi aku pikir sebaiknya aku mengambil ujian itu sebelum pergi. Lagi pula itu hanya satu bulan lagi."

"Baikalah ka-san mengerti. Kalau begitu jaga dirimu baik-baik."

"Ne." Sakura mengakhiri panggilan itu dan mulai beralih pada kalender yang terletak tak jauh dari sana. Sakura mulai menggambar tanda silang di kalender itu.

.

.

.

.

.

-to be continued-

.

.

.

#Author's Corner

Hmm… Senarnya fic ini Rin buat karena rasa ketidak-puasan saat baca komik dengan ending yang sangat menyebalkan… bahkan Rin udah lupa sama judulnya… hehe

Jadi Rin memutuskan untuk membuat versi Rin sendiri… dan tahu-tahu malah terkesan jauh dari cerita yang ada di komik itu…

Padahal masih ada 2 fic yang belum selesai…

Oh iya… bagi yang menyukai fic ini Rin akan meng-updatenya setiap hari Selasa… entah itu pagi, siang atau malam yang penting hari selasa…

Kita tanya bagaimana kesan para pemain Allow Me to Say di chapter pertama ini…

Rin: Bagaimana kesan kalian bermain di fic ini?

Sakura :Kenapa aku harus berpasangan dengan si baka satu ini? Aku tidak terima!

Naruto: Ayolah Sakura-chan aku tidak kalah tampan dari si pantat ayam itu.

Sakura : Urusai!

Rin : Lalu bagaimana kesan kalian dengan peran yang kalian terima di fic ini?

Sakura : Kenapa aku menjadi seorang stundere begini? Apa kau ingin merusak reputasiku?

Naruto : Ah, aku terlihat keren disini…

Rin + Sakura : memandangi Naruto.

Naruto : Apa aku mengataka sesuatu yang aneh?

Abaikan lelucon gagal di atas, Rin hanya berharap kalian akan menyukai fic satu ini… Mungkin fic ini tidak akan memiliki chapter yang banyak… mungkin sekitar 5 chapter…

Silahkan bagi yang ingin mengirimkan kritik dan sarannya… Rin akan menghargai setiap kritik saran yang masuk…