.
.
.
A Friend
.
Original Characters from Boku No Hero Academia
by Kohei Horikoshi
.
.
.
"Sudah berapa lama kau berteman dengan Bakugou?"
"Hmm lama sekali, mungkin sejak kami berumur tiga tahun,"
Kirishima dan Deku berjalan santai menuju rumah Bakugou. Sudah dua hari si pemilik quirk Ledakan tidak masuk sekolah, ibunya bilang Katsuki terkena demam. Jadi ya sebagai teman baik, Kirishima dan Deku menyempatkan diri untuk mengunjunginya sepulang sekolah.
"Bakugou dulu seperti apa? Apa dari dulu wataknya memang keras?" tanya Kirishima sambil nyengir. Deku mengangguk. "Ya, dari dulu dia memang seperti itu," jawabnya.
"Hmm... Kau sering memanggilnya Kacchan... apa itu panggilan kesayangan?" Kirishima masih nyengir tapi tatapannya lurus ke depan. Deku hampir tersedak mendengarnya. "Bukan! Bukan kesayangan! Tentu saja tidak seperti itu! Itu kan nama panggilan untuk anak-anak! M-maksudku..." tangan Deku bergerak-gerak kacau menjelaskan pada Kirishima. Rasanya aneh saat ada yang bilang seperti itu.
Panggilan kesayangan?
Kirishima tertawa. "Kenapa kau kelabakan seperti itu, Midoriya? Aku kan cuma bertanya. Lagipula bukannya itu tanda kalau kalian begitu akrab sampai-sampai hanya kau yang bisa memanggilnya Kacchan," tandas Kirishima. "Ah..." tangan Deku pun turun dan ekor matanya melirik pemuda di sampingnya ini. Kirishima masih tersenyum tapi Deku tahu jenis senyuman apa itu.
"Apa kau juga mau memanggilnya Kacchan?" Deku bertanya dengan wajah polos. Kirishima spontan mendengus. "Tidak, itu sangat tidak jantan tahu!" senyum Kirishima hilang, alisnya berkerut. Deku mangut-mangut. "Hoo kukira kau juga mau memanggilnya seperti itu," sahut Deku sedikit nyengir.
Kirishima menggeleng. Pemuda berambut merah itu mengepalkan tangannya. "Nama panggilan tak berarti apa-apa untukku. Lelaki sejati lebih mementingkan ikatan daripada sekadar nama," katanya tegas. Sorot matanya serius dan bibirnya menyunggingkan senyum khas pria sejati yang jantan. Melihatnya Deku ingin sekali tertawa keras-keras. Tapi ia tahu itu pasti akan menyakitkan hati temannya ini.
"Ano, Kirishima,"
"Hm?"
"Kenapa kau sangat menyukai Kacchan?" Deku mengalihkan pembicaraan, tangannya kini menggenggam erat tali tasnya. Pemuda berambut hitam kehijauan itu heran, baru kali ini ada orang yang betah sekali berdekatan dengan Kacchan. Tahu sendiri kan temperamennya bagaimana. Sampai sekarang saja Deku masih gugup kalau Kacchan bicara dengannya. Menakutkan.
Kirishima berpikir sedetik. "Bukannya dia mengagumkan?" ucapnya. Iris merahnya menoleh pada Deku. "Iya kan?"
Deku menarik nafas. "Ya, Kacchan memang mengagumkan. Dia... hebat," suara Deku agak tertelan di bagian akhir. Dia baru menyadari sesuatu.
Ah, tentu saja Kirishima semudah itu menjawab pertanyaannya. Toh Kacchan tak pernah membully Kirishima, that's why Kirishima sangat mengagumi Kacchan. Berbanding terbalik dengan sikapnya pada Deku, yang sering ditindas dulu. Wajah Deku perlahan tertekuk mengingat masa-masa SMP.
"Lagipula Midoriya," suara Kirishima mengembalikan Deku dari pikirannya. Deku menoleh sedikit kaget. "H-hah?"
"Menurutku Bakugou itu keren, dia sangat bersungguh-sungguh menjadi pahlawan. Kau tahu, baru kali ini aku melihat seseorang yang sangat fokus pada mimpinya. Melihatnya bersemangat seperti itu, aku jadi ikut semangat juga," Kirishima tersenyum lebar. Gigi taringnya berkilauan kena matahari sore.
Satu hal yang disukai Deku dari Kirishima adalah semangat optimisnya. Aura Kirishima sangat menyenangkan dan cerah, siapapun pasti suka berada dekat dengannya. Deku tertawa. Sambil berpikir dalam hati, haa pantas saja Kacchan menyukainya...
.
.
