Title: Separated Love

Cast:

® Louise Lambrecth Kim / L (Acted by Kim Myung-Soo Infinite)

® Evelyne Jo / Jo Min-Hee (OC)

Subcast:

® Richard Kim (Acted by Kim Hyun-Joong SS501)

® Kevin Clark (Secret actor *smirk*)

® Chris Redhood (Secret too)

® Bryan Ailmound (Yeah, secret)

Genre: Fantasy - Romance

This part owned by CRA.

Welcome, L.

Evelyne Jo mengernyit sambil menyipitkan matanya, berusaha memfokuskan pada lelaki—yang sepertinya—tampan yang tiba-tiba berhenti di depan rumahnya tidak jauh dari tempatnya duduk. Lelaki itu terus melihat-lihat kondisi motornya tanpa benar-benar memeriksanya yang langsung membuat Evelyne paham bahwa motornya itu sedang bermasalah dan membuat lelaki itu harus terjebak di tempat yang asing. Kasihan sekali. Jadi karena iba, Evelyne mengangkat badannya dan melempar majalah yang dibacanya tadi ke sembarang tempat. Tapi ia tidak langsung melangkahkan kakinya mendekati lelaki itu. Bukannya sekarang ini sedang marak penculikan dengan modus seperti itu? Jadi, kalau ia sudah mendengar modus itu, kenapa sekarang malah berniat meladeninya? Dengan gagasan itu, ia malah lebih memilih melangkahkan kakinya masuk rumah. Tapi, sebelum ia sempat berbalik, pandangan lelaki itu bertumpukan dengan pandangannya.

Evelyne masih menatapnya ketika lelaki yang motornya bermasalah itu tidak kunjung mengalihkan pandangannya. Oh tidak, sepertinya ini akan sangat merepotkannya. Tapi mau tidak mau dia menyeret kakinya ke gerbang rumahnya dengan sikap siaga.

"Baiklah, Tuan. Apa terjadi sesuatu dengan motormu?" tanyanya ketika sudah mendapati dirinya berdiri tepat di depan lelaki itu. Tapi yang terjadi malah lelaki itu menatapnya kaget.

"Ada apa? Dan, tolong jangan berbuat aneh-aneh pada seorang perempuan pemegang sabuk hitam taekwondo" Dan ya, Evelyne hanya berniat melindungi dirinya dengan kebohongan, walaupun pada kenyataannya, memasang kuda-kuda saja ia tidak pernah bisa.

Evelyne menatap wajah lelaki di depannya yang tak kunjung bicara. Ia meneliti wajahnya. Dan, sial. Itu adalah wajah lelaki paling sempurna yang pernah ia saksikan selama delapan belas tahun dia menghirup oksigen. Hidungnya yang mancung seperti dengan sengaja di letakkan diantara tulang pipinya yang—99% akan—menonjol ketika ia berbicara sedikit saja. Dan, oh.. itu pasti akan sangat manis.

Ketika Evelyne sudah berhasil mengerjapkan matanya, lelaki di hadapannya tidak lagi menatapnya, ia menyeringai dengan tatapan puas. Apa ini? Apakah lelaki itu sudah merasa berhasil menghipnotisnya? Oh, tapi kenapa Evelyne masih bisa mengerjapkan mata dengan kesadaran maksimal?

"Tidak, Nona. Aku tidak menghipnotismu" seringaian lelaki itu menghilang lalu ia kembali sibuk dengan motornya dan mengomel.

Evelyne berdehem dan setelah memastikan lelaki ini sepertinya bukan seperti yang televisi siarkan, ia mulai maju dan ikut-ikut memeriksa motor lelaki yang bahkan ia tidak tahu namanya itu. "Jadi ada apa dengan motormu, Tuan?" ia mulai memeriksa motor itu. Tipe motor yang sangat keren dan tidak pernah ia lihat sebelumnya.

Motor itu berwarna merah mencolok yang ntah kenapa benar-benar menghadirkan aura api di sekitarnya, knalpotnya mancung di pangkalnya seperti terompet tahun baru yang mendongak ke langit dengan ekstrem, dan setelah memeriksa sedikit bagian motornya, ia sempat menahan nafas ketika mendapati ada sayap hitam yang disembunyikan di kedua sisi motor.

Setelah selesai dengan pengaguman diam-diamnya, Evelyne berdehem karena tidak mau terlihat norak dengan mengagumi sebuah motor. Ia membuka mulutnya tanpa menyadari bahwa lelaki itu sedang tersenyum bangga, "sepertinya tidak ada yang perlu kau khawatirkan, bensinnya habis. Aku rasa itu saja" Evelyne membasahi bibirnya, lalu kembali melanjutkan arahannya untuk berjalan lurus saja maka akan menemukan penjual bensin eceran. Tapi lelaki itu lagi-lagi hanya menatapnya…geli? Apa ada yang konyol? Apa malah lelaki ini sedang mencoba menghipnotis lewat mata? Atau malah….

Belum selesai dengan asumsinya, lelaki misterius itu bergerak menengok jam tangan di pergelangan tangan kirinya kemudian mengalihkan pandangannya kembali pada Evelyne sembari menyeringai. "Sudah sepuluh menit. Dan sepertinya kau benar-benar menyadari kehadiranku, kau melihat—"

"Iya iya. Aku atas perwakilan perumahan ini memohon maaf karena tetanggaku sepertinya tidak ada yang berniat membantumu dan berpura-pura tidak melihatmu walaupun mereka berlalu lalang di dekatmu.." Evelyne mengambil nafas dan melanjutkan ocehannya tanpa menyadari lelaki itu sedang mengulum senyum tertarik, "…mereka baik. Hanya saja penjahat dengan modus sepertimu tadi sudah menjadi pembicaraan paling ramai di perumahaan ini. Mangkanya mereka begitu" Evelyne kembali menghela nafas panjang dan lelaki di depannya hanya diam seperti sengaja menunggu Evelyne puas mengoceh, "Oh maaf, aku banyak mengomel. Tapi, apa yang bisa kubantu? Perlukah aku mengantarmu ke tempat pembelian bensin?"

Lelaki di depannya tersenyum menyesal dan membuat Evelyne membuat kesimpulan bahwa lelaki itu tidak membawa uang untuk membeli bensin. Dan ia semakin yakin melihat lelaki itu tidak membawa apapun di tangannya, di motornya, atau di manapun.

Evelyne menghela nafas—sudah ketiga kalinya sejak lelaki ini di hadapannya— lalu melangkahkan kaki ke rumahnya tanpa bicara apapun tapi ketika ia sampai di ambang gerbang rumahnya ia berhenti lalu berbalik, "Tunggu di sini, Tuan. Aku akan mengambil uang"

Perempuan itu menggerutu sambil mengumpat ketika berhasil membawa uangnya dan akan keluar dari rumahnya. Oh benar-benar, kenapa dia sial sekali? Ia sungguh tidak pernah memiliki mimpi suci untuk memberikan sedikit saja uang sakunya kepada orang yang baru lima belas menit lalu ia kenal. Oh salah, bukan ia kenal, tapi ia lihat. Ia bahkan tidak tahu namanya, tidak tahu latar belakangnya, tidak tahu…

"Demi Tuhan! Apa yang kau—" Evelyne tidak berhasil melanjutkan kalimatnya yang tercekat di kerongkongan. Apa yang lelaki ini lakukan di ruang tamunya? Jangan-jangan… Jangan-jangan.. Oh tidak, dia telah memasukkan seorang penculik ke dalam rumahnya. Oh tidak, sejak kapan ia berubah jadi bodoh? Bukankah lebih baik tadi dia membiarkan lelaki itu di luar lalu mati terkapar tertabrak UFO?

Lelaki yang ditatap Evelyne dengan shock itu malah tertawa renyah sambil menyenderkan kepalanya ke kursi dan memejamkan mata. "Namaku Louise Lambrecth Kim, Nona Konyol yang berpikir UFO masih memiliki kemungkinan menabrak menusia tiba-tiba."

Evelyne terlalu shock untuk melihat lelaki itu, sampai ia tidak memperdulikan namanya yang ternyata bermarga korea—sama dengannya— dan bahkan kenyataan bahwa lelaki ini baru saja membaca pikirannya tentang UFO. "Keluar kau dari rumuahku, Tuan Lou..Lui… Ah terserah. Keluar!" ia mengatakan itu dengan lirih tapi dengan penekanan takut apabila ibunya bangun dan jantungan melihat orang asing masuk rumahnya.

"Panggil aku L juga tidak apa-apa" sahut lelaki yang ternyata bersedia dipanggil dengan satu huruf abjad L, tanpa menunjukkan tanda-tanda bersedia keluar dari rumah Evelyne dan membuat perempuan itu dongkol sepenuh nyawanya.

Evelyne menghela nafas—Oh tunggu, ini sudah keempat kalinya— "KELUAR!" ia beteriak tak terkendali sampai ibunya lari terbirit-birit menghampirinya sedangkan L tetap pada posisinya dan membuat Evelyne melotot tak percaya.

Ibunya memegangi dadanya sendiri dan berusaha mengatur nafasnya, "APA YANG KAU LAKUKAN DENGAN BERTERIAK-TERIAK DI WAKTU TIDURKU, LYNE?!". Dan Nyonya Jo langsung menggerutu ketika nafasnya malah terengah sehabis meneriaki anaknya.

"Apa? Maksudku.. Apa eomma tidak.. itu.." Evelyne mengerjapkan matanya bingung sambil menunjuk tempat L terkutuk sedang bersandar sambil menyeringai. "Eomma eomma.. jeongmal? Aish.. Neo.." tanpa sadar ia mulai mengomel dalam bahasa korea yang hanya ditanggapi helaan nafas ibunya dan L yang tertawa lebar.

"Kau terlalu banyak belajar. Sudahlah. Mungkin kau berhalusinasi. Lebih baik kau tidur" Nyonya Jo pergi dan masih tetap menggerutu tak percaya anaknya tiba-tiba menjadi gila karena terlalu banyak belajar. Oh tidak, gagasan seperti itu tidak pernah benar.

"Baiklah, Tuan—"

"L" sambung L sambil mengangkat kakinya ke atas meja.

"YA! Kau tidak perlu bertindak tidak sopan sekalipun eomma tidak melihatmu" Evelyne kembali mengomel dalam bahasa korea lalu dia bersiap mentranslatenya ke bahasa inggris ketika L malah menjawabnya dengan bahasa korea juga.

"Arraseyo. Mianhaeyo" tukasnya singkat tapi tidak berniat menurunkan kakinya.

Evelyne yang lelah berdiri mengambil inisiatif duduk di ujung sofa—sejauh mungkin dari L— dan mulai menginterogasi tamu invisible-nya itu. Ia memang tahu bahwa ia bisa melihat hal tabu, tapi ia rasa ia sudah kehilangan kemampuan itu ketika dua tahun yang lalu ia menolak diberi kemampuan merepotkan itu. Jadi sekarang, kenapa ini terjadi lagi?

"Kau siapa?" tanyanya tanpa perlu melontarkan pertanyaan seperti kenapa kau bisa tidak terlihat oleh ibuku dan sebagainya. Ia mengerutkan keningya, "seingatku aku sudah kehilangan kemampuan dua tahun yang lalu"

"Kau Evelyne Jo. Aku benar?" L malah balik bertanya dan itu membuat Evelyne kembali dongkol.

"Iya. Jadi kau sekarang mau menjelaskan, siapa kau? Kenapa kau datang? Dan.. ah benar, kenapa kau bisa berbicara bahasa korea? Atau jangan-jangan kau bisa berbicara dengan semua bahasa? Tapi tidak mungkin.. bukankah 'mereka' mempelajari bahasa manusia saja sulit?"

L mengerutkan keningnya, ternyata gadis ini tau banyak. Tentu saja L sudah tahu Evelyne pernah bisa melihat 'mereka' dari hasil mencuri dengar pikirannya. "Aku L, Nona Jo" L mengangkat tangannya sebelum gadis itu memprotes "Aku datang karena seseorang memintaku untuk melakukan sesuatu. Ash atau aku dipaksa? Ya dipaksa!" wajahnya berubah muram ketika mengatakan itu, tapi tak urung ia melanjutkan penjelasannya "aku bisa bahasa korea, karena aku selalu mempelajari bahasa manusia dan benar, aku bisa semua bahasa. Dan asal kau tahu, aku juga bermarga korea, sama sepertimu"

Alis Evelyne terangkat, "memangnya kenapa kalau kau bermarga korea? Apakah berpengaruh? Seingatku 'mereka' memilih nama sendiri—bahkan tidak punya nama—ketika turun ke bumi"

"Aku berbeda" tukasnya "Dan tolong, biarkan aku tidur, dimana saja"

Bibir Evelyne mengerucut dan pandangannya menerawang seperti berpikir keras, "apakah kau tembus di kulit manusia?" tanyanya.

"Iya. Kalau aku sedang mengendalikan kekuatanku" jawab L tak sabar ingin segera memejamkan matanya.

"Berarti kalau kau tidur kau tidak sedang mengendalikan kekuatanmu. Berarti…" Evelyne mendengus "Baiklah, kau boleh tidur di kamarku"

L mengangkat badannya dan menyeret kakinya mendekati Evelyne dan berhenti di sampingnya membuat gadis itu bingung,

"Apa?"

L memutar bola matanya, "Kejutan, Nona Jo. Aku tidak tahu dimana letak kamarmu" katanya dengan nada malas.

"Ya Tuhan. Sepertinya kau benar-benar berbeda sampai tidak bisa menemukan sesuatu seperti yang biasa 'mereka' lakukan" omelnya sambil berjalan beiringan dengan L.

"Sudah kubilang"

"Tapi omong-omong aku masih ingin tahu, untuk apa kau datang kemari? Siapa yang menyuruhmu? Memaksamu? Apa hubungannya denganku?" tanyanya bertubi-tubi sambil menerawang.

"Setelah aku bangun nanti" sahut L singkat.

"Baiklah" Evelyne berhenti begitu sampai di depan pintu kamarnya.

Tapi L yang berjalan sambil memejamkan mata melanjutkan langkahnya sampai Evelyne terkikik dan berdoa dalam hati semoga lelaki—maksudnya, makhluk berjenis kelamin lelaki— itu mati tertabrak dinding. Dan karena L mendengar pikiran itu, ia langsung berhenti dan secepat kilat menembus dinding kamar Evelyne. Antara ingin cepat berbaring atau malu.


Evelyne membuka gerbang rumahnya setelah selesai berpamitan dengan ibunya hanya dengan berteriak karena Nyonya Jo memang sedang berada dalam kamar mandi. Ia melangkahkan kakinya dengan ringan setelah menutup gerbangnya. Tapi tiba-tiba langkahnya berhenti begitu mendapati L berdiri sambil bersandar di dinding rumah di depannya. Seingatnya, makhluk itu masih tidur tadi, dan karena tidak ingin direpotkan, ia tidak membangunkannya. Jadi, apa yang dilakukan L di sana?

"Oh oh. Jadi itu kenapa kau tidak membangunkanku?" L melangkah mendekati Evelyne lalu menarik tas punggung perempuan itu sambil berjalan sehingga membuat Evelyne mau tidak mau mengikuti langkahnya. "tidak sopan sekali. Apakah kau tidak tahu, aku bisa terlihat oleh manusia ketika tidur? Ibumu bisa saja melihatku"

Mata Evelyne melebar lalu ia mengibaskan tangan L dari tasnya, "benarkah? Oh sepertinya benar. Kau memang berbeda dengan yang lain. Menyusahkan" Evelyne melirihkan satu kata terakhirnya, tapi L sudah mendengarnya. "Tapi, kenapa kau mengikutiku ke sekolah?"

"Aku tidak bisa pergi kemanapun tanpamu"

Kalau kata-kata tadi dikatakan pria normal, mungkin Evelyne sudah terbang sekarang. Tapi karena sekarang L yang mengatakannya, ia jadi tidak paham apa maksudnya. "Apa maksudmu?"

L mendengus tapi tak urung menjelaskan "Itu salah satu bagian hukumanku. Selama di duniamu, aku hanya bisa mengunjungi tempat dimana ada kau di sekitarnya"

"Oh, tidak. Neraka!" Evelyne menjambak rambutnya frustasi.

"Evelyne Jo!"

Perempuan yang merasa dipanggil namanya itu berhenti dan juga membuat L berhenti bersamaan. Evelyne membalikkan tubuhnya dan sontak melambaikan tangannya ketika melihat Kevin Clark, teman sekelasnya yang sebenernya ia tahu memiliki perasaan padanya.

Kevin mengatur nafasnya ketika sampai di depan Evelyne, "Hai"

Evelyne mendengus dalam hati. Padahal dia kan mau menginterogasi L pagi ini, kenapa malah ada Kevin? Dan bukannya ia sudah membohongi Kevin kemarin dengan mengatakan bahwa hari ini ia akan mengikuti kelas siang? Tapi kenapa lelaki ini malah tersenyum tanpa dosa di depannya? Oh, andaikan UFO bisa datang sekarang, Evelyne ingin terbang ke sekolahnya menaiki UFO daripada naik busway bersama Kevin yang cerewet dan selalu ingin tahu.

L menyeringai di samping Evelyne ketika membaca pikirannya. Oh, ternyata dia perempuan yang terkenal?

"Baiklah. Kita akan berangkat sekarang?" Evelyne memasang senyum palsu lalu mendahului Kevin dan berjalan bersama L yang sekarang invisible.

"Jadi lelaki itu menyukaimu?" Tanya L ketika mereka berdua sudah duduk dibangku Evelyne sambil mengarahkan telunjuknya ke punggung Kevin.

Evelyne hanya mengangguk malas sambil kembali menyandarkan kepalanya di bangku. Sial, hari ini dia akan sekelas lagi dengan Kevin ditambah pula Chris. Berdoa saja semoga Bryan tidak ikut-ikutan mengambil kelas pagi.

L mengernyit membaca pikiran Evelyne, "siapa itu Chris? Dan Bryan?"

"Sama seperti Kevin. Tapi sialnya, Chris duduk tepat di depanku dan Bryan duduk tepat di belakangku. Tapi bisakah kau berhenti membaca pikiranku?" Evelyne mendengus kesal lalu ia mengangkat kepalanya dan memandang ke luar kelasnya sedangkan L hanya mengangkat bahunya. Tapi sejenak kemudian, bahunya merosot melihat Chris dan Bryan memasuki kelas bersamaan.

"Ah kasian kau, Nona Jo. Ini bukan hari keberuntunganmu"

Evelyne tidak membalas omongan L karena sekarang Chris dan Bryan sudah mengurungnya. Daripada ia dituduh gila karena berbicara dengan udara, lebih baik dia diam.

"Apa kabarmu Evelyne?"

Evelyne hanya diam dan pura-pura tidur mendengar sapaan Chris. Liat saja, pasti sebentar lagi Bryan menyambar.

"Kau ini. Jangan menganggu Babe-ku. Dia sepertinya sedang lelah" Bingo! Bryan benar-benar menyambar dengan kalimat seenaknya sendiri.

Babe, babe, babe, babe kepalamu, pikir Evelyne kesal. L hanya tertawa lebar walaupun hanya Evelyne yang bisa mendengarnya. Dan itu membuat Evelyne dongkol.

Hey, Tuan Kim, apakah kita tidak bisa berkomunikasi dari pikiran ke pikiran? Jadi aku tetap bisa mengomelimu tanpa akan dianggap orang gila, pikir Evelyne seenaknya sendiri, yang tentu saja ditujukan kepada makhluk kasat mata di sebelahnya.

L mengernyit, tapi tiba-tiba Evelyne bisa mendengar suara L di otaknya. Kau hebat, kau juga bisa melakukan ini ternyata. Baiklah, tentu saja bisa. Tapi sepertinya kau tidak bisa memecah otakmu untuk belajar matematika sekaligus berbicara denganku.

Evelyne tertegun. Bukan karena suara L. Tapi karena dia sendiri baru ingat kalau dia akan bertemu guru matematika sekarang, guru yang memiliki kemampuan melihat makhluk halus. Jadi dia kembali menyuarakan pikirannya panik, L kau harus pergi sekarang, guru matematikaku bisa melihatmu! Ia pasti akan mengusirmu! Malahan menyakitimu!

L kembali mengerutkan dahinya tapi akhirnya tanpa bertanya lebih lanjut ia menghilang tiba-tiba membuat jantung Evelyne hampir keluar.

Oh betapa indahnya bisa teleportasi seperti itu, batin Evelyne.


"Oh Tuhan!" Richard menghentikan aktifitas bercerminnya setelah melihat bayangan lain di cerminnya.

Lelaki jangkung itu kemudian membalikkan badannya dan menatap sebal, "Apa yang kau lakukan di sini, Louise?"

L hanya mengendikkan bahu lalu malah berbaring di ranjang kakaknya itu. Ia menutup matanya mencoba melanjutkan tidurnya yang sangat terbatas akhir-akhir ini.

"Bagaimana bisa kau di sini? Bagaimana dengan Jo Min-Hee? Astaga, bagaimana kalau ibu sampai tahu kau di sini? Lalu lelaki yang akan kau bantu, kau sudah menemuinya?" Richard langsung menghujani adiknya dengan pertanyaan-pertanyaan dengan satu tarikan nafas.

L membuka matanya dengan malas dan duduk di ujung ranjang kakaknya, "Richard, kau harus turun ke bumi untuk memperbaiki motorku"

Richard mengernyit sambil menatap adiknya tak percaya. Dari sekian pertanyaan yang ia luncurkan, tidak ada satupun yang dijawab dan malah memerintah yang lain? Oh, benar-benar L.

"Dan, Richard, bisakah kau jelaskan padaku kenapa aku harus turun ke bumi padahal pengadilanpun belum dimulai ditambah lagi aku sama sekali tidak pernah meniduri Miranda atau apapun yang ia tuduhkan padaku.. kenapa, Richard?

Richard berdiri lalu melangkah menuju ranjangnya dan duduk di samping L. Ia menepuk pelan pundak adiknya, "Kau tahu kan kalau ibu Miranda itu mempunyai kekuasaan tinggi atas pengadilan dan bahkan kita—yang anaknya seorang bangsawanpun—tetap tidak mengalahi kekuasaan pengadilan. Dan lagi, ibu tidak mungkin membiarkanmu datang ke pengadilan, L"

L mendengus kesal, "Kenapa tidak?"

"Takut kau akan mendengar yang tidak ingin didengar dan bisa menghancurkan Skyflotic dengan cepat"

"Aku bahkan tidak peduli dengan Negeri Skyflotic ini"

"Ya Ampun L, jangan sampai ada orang yang mendengar kau berkata begini atau kau akan dipenggal"

"Kau tahu, aku tidak takut dipenggal"

Richard mengendikkan bahu mengalah, "Dan omong-omong, kenapa kau bisa ada di sini? Bukankah peraturannya, kau hanya bisa berada di dekat Jo Min-Hee?"

L mengernyit, "Jo Min-Hee? Itu nama korea Evelyne Jo?" Richard mengangguk cepat membalas pertanyaan L membuat adiknya itu kembali memikirkan jawaban untuk pertanyaan kakaknya, "Eh… ah! Tadi dia memintaku pergi karena dia sedang ada pelajaran Matematika, katanya guru Matematika itu bisa melihatku dan akan mengusir lalu menyakitiku, jadi aku pergi atas perintahnya. Itu kan diperbolehkan" tukasnya.

Richard mengangguk pelan tanda mengerti.

"Ah! Richard sepertinya aku harus kembali. Astaga, sakit sekali rasanya, jiwaku dipaksa pindah" rutuk L sambil berdiri dan melangkah menjauhi Richard karena kekuatan teleportasinya bisa saja membawa kakaknya ikut serta kalau terlalu dekat.

L melirik ke dinding yang dipajang kalander dan ada lingkaran merah di salah satu angkanya, itu tanggal besok. Kemudian anak itu benar-benar menghilang dari kamar Richard.


Evelyne mengaduk-aduk makanannya tanpa selera akibat dua makhluk yang duduk berhadapan dengannya dan sedang melahap makanannya dengan cepat sampai belepotan di sana sini, yah tentu saja Bryan dan Chris. Untung saja hari ini tidak ditambah dengan Kevin. Sepertinya ada yang salah dengan anak itu, karena wajahnya yang pucat pasi dan pulang tiba-tiba ketika ia sempat dipanggil oleh guru matematika tadi. Tapi, apa pedulinya? Yang penting sekarang, yang duduk di sebelahnya bukan Kevin. Ia reflex menoleh ke samping dan mendapati L sudah duduk di sana sambil menyeringai senang melihat Evelyne kesal.

Senang sekali melihatmu kesal, Nona Jo. Jadi apakah kau ingin kabur?

Evelyne mengacuhkan makanannya dan memutar bola matanya meremehkan.

Kau meremehkanku? Aku benar-benar bisa membuatmu hilang dari tempat ini, kau mau membuktikan?

Evelyne malah tersenyum menantang dan membuat L menyeringai lalu mengulurkan tangan kanannya untuk menggenggam tangan kanan Evelyne membuat perempuan itu tergelitik. Tangan L tidak sepenuhnya tembus dari tangannya, tapi lebih seperti sedang menggenggam kumpulan benang halus yang dingin menyegarkan.

Sedetik kemudian mereka berdua sudah berada di persimpangan Myeongdong-gu yang ramai dan dipenuhi pusat perbelanjaan yang ramai dipenuhi barang-barang dengan brand ternama.

Evelyne menganga, "ini di Korea?"

L mengangguk.

"Kenapa?"

L menoleh ke arah Evelyne dan mendapati perempuan itu sedang menatapnya dengan pandangan bertanya, "Kenapa apanya?"

Beberapa detik kemudian gurat wajah Evelyne berubah. Dan L bersumpah, ia sempat melihat gurat sedih tadi. Tapi mungkin saja ia salah liat, karena sekarang Evelyne sudah memasang tampang murka, "Kenapa kau membawaku kabur ketika jam sekolah L?!"

"Hah? Bukankah kau tadi yang menyuruhku?"

"Tidak. Tidak. Aku ingin kembali sekarang" Evelyne menggenggam kedua tangan L sambil memandangnya minta belas kasih "Ayo kita kembali"

L tidak merespon dan sekarang mereka berdua malah menjadi pusat pandangan orang-orang yang lewat membuat L terkekeh kecil. L memaklumi tatapan mereka. Siapa yang tidak terganggu dengan anak perempuan yang memakai seragam sekolah sedang berdiri di depan seorang lelaki tampan sambil memegangi tangannya?

Evelyne terlonjak ketika menyadari tatapan orang-orang di sekitarnya dan segera menyentakkan genggamannya, "kau terlihat? Astaga. Kau benar-benar…"

"Itu lebih baik daripada orang-orang melihat perempuan gila yang mengenggam udara kosong dan memandang oksigen dengan memelas, kan?" balas L lalu mengenggam tangan Evelyne.

Perempuan itu senang. Bukan karena tangannya yang digenggam, tentu saja karena ia mengira akan dibawa kembali ke sekolahnya. Tapi yang terjadi malah L menarik tangannya masuk ke salah satu butik di sana.

"Tenang saja, uangku banyak" tukas L setelah melihat ekspresi khawatir yang tercetak di wajah Evelyne.

"Uangku juga banyak dalam bentuk Won" tambahnya ketika melihat ekspresi khawatir itu tidak hilang juga.

"Tapi aku tetap saja tidak suka berbelanja baju di butik mahal seperti ini" balas Evelyne keras kepala.

L menggelengkan kepalanya, "Bukan kau yang berbelanja, tapi aku. Kau temani aku saja"

Evelyne membelalakkan matanya tidak percaya dan semakin membelalak lagi ketika L malah mengambil gaun perempuan, "Kau punya selera yang unik, L"

"Cobalah" tukas L sembari mengulurkan gaun selutut dengan tali-tali rumit yang indah berwarna peach.

Evelyne mengarahkan telunjuknya ke hidungnya sendiri, "Aku?"

"Cepatlah" L menjejalkan gaun itu ke tangan Evelyne lalu mendorongnya ke ruang ganti.

Evelyne menyeret kakinya setengah tidak ikhlas sambil menggerutu mulai mengganti pakaiannya, "Astaga, makhluk apa yang sungguh semerepotkan ini?"

Setelah mengganti bajunya, Evelyne keluar perlahan dengan tak acuh dari ruang ganti. L menepuk tangannya puas, "Kau sangat cantik memakai itu" lalu L mulai menarik tangan Evelyne ke kasir dan membayar baju yang dipakainya.

"L tunggu sebentar, bagaimana dengan seragam sekolahku di sana?!"

"Ah benar" L mengalihkan pandangannya ke salah satu pegawai perempuan di sana, "Tolong bungkus seragam sekolah yang ada di ruang ganti itu"

Pegawai itu malah menganga tidak merespon membuat Evelyne memutar bola matanya. Pada akhirnya Evelyne memilih melangkah ke ruang ganti sendiri daripada menunggu orang menganga. Tapi tidak jadi karena L justru menahan tangan Evelyne.

"Dimana managermu?! Kenapa ada pegawai yang tidak professional sepertimu?! Cepat kerjakan atau aku akan melaporkanmu kepada manager?!" L berseru membuat seluruh pengunjung butik kaget, terutama Evelyne.

Pegawai itu langsung tersadar dan membungkuk berkali-kali sambil menyuarakan kata maaf lalu sambil menunduk, ia mulai melangkah dengan cepat ke ruang ganti dan membungkus seragam Evelyne kemudian memberikannya kepada L sambil tetap membungkuk dan meminta maaf.

"Ah udara di Korea memang sangat menyegarkan" sahut L begitu sudah keluar di butik itu.

Sedangkan Evelyne malah memandang ke dalam butik dengan pandangan minta maaf, "kau tahu, kau tidak perlu sekeras itu. Kasihan dia…" bisiknya.

"Itu lebih baik daripada kau yang mengerjakan tugas pegawai toko" jawabnya singkat.

Kali ini Evelyne merasa perlu terbang, tapi lagi-lagi harus ditunda mengingat L ini bukan makhluk sebangsa dengannya.

"Jadi, setelah ini, apa yang biasanya dilakukan oleh orang yang berkencan?"

Tanpa sadar pipi Evelyne memanas dan ia mengibaskan tangannya sendiri berharap akan membantu mengembalikan suhu pipinya. Dan itu karena Evelyne belum pernah melakukan kencan dengan siapapun, tentu saja dia tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah ini. Makan es krim lalu melakukan adegan saling mencolek es krim satu sama lain….mungkin? Ntahlah..

L mengernyit aneh, "Makan es krim itu boleh-boleh saja tapi saling mencolek? Apa itu juga adegan inti?"

Evelyne langsung salah tingkah begitu menyadari kebodohannya. Astaga, dia lupa L bisa membaca pikirannya.

"Kalau begitu ayo kita saling mencolekkan es krim, chagi.." kata L sembari menggenggam tangan Evelyne dan menggiring perempuan dengan wajah semerah tomat itu berjalan mencari café yang menjual es krim.

Evelyne mengerjapkan matanya ketika menyadari sesuatu yang aneh, "Tunggu tunggu. Kau barusan memanggilku apa?"

"Bukan apa-apa" ketika Evelyne membuka mulut hendak mendebat, L memotongnya, "Nah kita sudah sampai.." lalu lelaki itu menarik tangan Evelyne lembut memasuki café itu.

Setelah mereka berdua memesan es krim masing-masing, Evelyne mulai penasaran dengan L dan dia sudah sepenuhnya melupakan urusan membolos sekolahnya hari ini.

"Jadi L.." omongan Evelyne terputus ketika pelayan café datang membawakan pesanan mereka. Evelyne menggembungkan pipinya sebal.

"Jadi, apa?"

"Jadi kau ini kenapa tiba-tiba merusuhi hidupku?"

L menyendok es krimnya lalu menelannya sebelum akhirnya berkata panjang lebar, "Aku dihukum dari negeriku yang berada di planet lain, Skyflotic. Dan sialnya, aku dihukum untuk turun ke bumi menemui seorang lelaki yang sepertinya membutuhkanku"

Evelyne menunda memasukkan es krim ke mulutnya, "kau disuruh menemui lelaki tetapi kenapa malah merusuhi hidupku?"

L mengendikkan bahu sambil mengemut sendok es krimnya, "Ntahlah. Mungkin sesuatu yang dibutuhkan lelaki itu ada hubungannya denganmu"

"Lalu kenapa kau dihukum?"

"Miranda—gadis gila yang mengejar-ngejarku—menuduhku menghamilinya padahal aku menyentuhnyapun jijik. Tapi karena ibunya sangat berkuasa di pengadilan Skyflotic, sangat mudah untuk membuatku kalah. Jadi mau tidak mau, aku menjalani hukuman ini"

Evelyne menatap L nanar, "Jadi kau di negerimu terkenal playboy dan suka mengumbar kata romantis untuk perempuan?"

L hanya mengendikkan bahu tak acuh. Dalam hati, Evelyne mengambil kesimpulan untuk dirinya sendiri, ia harus berhati-hati dengan makhluk playbloy ini, ia tidak boleh menerbangkan diri tanpa sebab.

"Tapi kau tenang saja, sepertinya tiga bulan ini aku akan lenyap"

Evelyne shock mendengar kata lenyap yang diucapkan L dengan begitu ringan, "Apa maksudmu dengan lenyap?"

"Kalau dalam tiga bulan ini aku tidak berhasil menemukan lelaki yang membutuhkanku itu, jiwaku akan lenyap dari bumi ini maupun Skyflotic.."

"Tapi kalau kau berhasil menemukannya?" potong Evelyne mencari sesuatu yang positif.

"Kalau aku berhasil menemukannya? Tentu saja jiwaku akan tetap hidup. Tapi aku akan hidup di raga lelaki itu dan membantunya melakukan yang ia minta kepadaku selama dua tahun. Dan kalau aku tidak berhasil, jiwaku akan terpisah dari raganya dan menjadi makhluk bumi seutuhnya tanpa bisa kembali ke Skyflotic… Ah itu sangat menyebalkan"

"Ish kenapa kau dari tadi membicarakan 'kalau tidak berhasil'? Bagaimana kalau kau berhasil membantunya?"

"Kalau aku berhasil, tentu saja aku akan kembali ke Skyflotic dan tidak akan turun ke bumi lagi"

Lebih baik kau tidak berhasil melakukannya, pikir Evelyne tanpa sadar.

"Apa? Kau memintaku untuk menjadi makhluk bumi seutuhnya?"

"Aku?!" Evelyne mengerjapkan matanya tak percaya. "Kapan aku memintamu begitu?"

L mengangkat bahunya lalu mengarahkan telunjuknya ke es krimnya kemudian menempelkan es krim itu ke pipi Evelyne yang mulai memanas, "Ayo kita saling mencolekkan es krim seperti orang kencan.." katanya sambil mengedipkan sebelah matanya.


TBC

Next part will be mine either J

Sincerely,

Hilarious CRA.