Seoul, 2011.

Kris menginjak pedal remnya kuat-kuat.

Jantungnya berdebar tak karuan ketika ia menyadari bahwa Ferrari hitamnya baru saja menabrak sebuah mobil di depannya. Tanpa pikir panjang, ia langsung menghampiri pengendara mobil itu—ingin memastikan apakah orang tersebut baik-baik saja. Hatinya mencelos saat melihat namja pengendara mobil itu sudah terbaring tak sadarkan diri. Darah segar merembes dari kepalanya yang terbentur stir mobil. Kris tak mau mengambil resiko, ia segera mengangkat tubuh ringkih namja itu dan memindahkannya ke dalam Ferrarinya.

Kris segera melesat membelah kota Seoul yang tampak tak pernah tidur walaupun hari sudah beranjak tengah malam.

٭٭

"Ambilkan air hangat dan kain! Bawa ke kamarku! Cepat!"

Kris benci rumah sakit—itu sebabnya ia justru membawa korban-kecelakaannya barusan ke mansion mewahnya. Ia segera membaringkan tubuh itu ke tempat tidurnya. Beberapa maid mulai berdatangan dan langsung membasuh luka serta darah pria itu.

Joonmyeon, dokter pribadi Kris, tiba tak selang beberapa lama setelah Kris sampai. Ia langsung menyuruh para maid Kris untuk keluar sementara ia memeriksa pasiennya itu. Perawat yang ia bawa bersamanya pun mulai memasangkan infus dan tabung oksigen.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Joonmyeon berusaha tenang.

Kris mengusap wajahnya kasar. "Aku tak mengerti. Aku tak sengaja menabraknya," lirihnya putus asa.

"Kurasa dia mabuk, Dok," celetuk Yixing—sang perawat. "Aku mencium bau alkohol."

Joonmyeon hanya mengangguk paham dan tetap melanjutkan pekerjaannya.

Tak mengerti apa yang Joonmyeon dan Yixing sedang lakukan, Kris memutuskan untuk keluar.

٭٭

"Jadi?" tanya Kris penuh harap.

Joonmyeon menghela nafas berat. "Dia amnesia, Kris."

"What—?"

Joonmyeon berdeham pelan dan mulai menjelaskan. "Dari yang aku dan Yixing simpulkan, aku rasa korbanmu itu sedang mengalami depresi berat. Dia mabuk saat mengendarai mobilnya. Tabrakan tadi jugas kurasa cukup keras, mengingat lukanya yang cukup parah di bagian tengkorak kepala. Atau mungkin karena dia juga tidak pakai seat-belt? Entahlah, aku bukan detektif."

Kris masih menatapnya, menuntut penjelasan yang lebih rinci.

"Karena kepalanya yang terantuk cukup keras, ia mengalami amnesia yang cukup parah. Aku belum bisa memastikan kondisinya karena dia belum sadar. Jika ia sudah lebih baik nanti, bawalah dia ke rumah sakit untuk pemeriksaan separah mana amnesia yang kini dideritanya."

"Kau sangat tahu aku benci rumah sakit, Joonmyeon," desis Kris.

Joonmyeon memutar bola matanya jengah. "Oke, aku yang akan datang. Berikan obat-obat ini untuk menghilangkan rasa nyeri dan pusingnya. Nah, aku pulang dulu. Sampai jumpa!"

Kris mengangguk singkat. Saat Joonmyeon sudah keluar dari ruang kerjanya, ia pun pergi ke kamarnya.

Ia menutup pintu kamar dan mulai menghampiri sosok yang terbaring lemah di tempat tidurnya. Kris duduk di pinggiran ranjang dan mulai mengamati namja itu. Jemarinya bergerak pelan menelusuri lekuk wajah orang tersebut. Tegas, namun terlihat manis bagi Kris. Membuat sesuatu di dalam dadanya berdebar cepat. Membuat rasa kesepian yang selama ini dialaminya membuncah. Membuat dirinya tiba-tiba merasa tidak ingin melepaskan sosok manis itu.

"Hey," bisiknya. "Apa benar kau amnesia?"

Namun hanya keheningan yang membalasnya.

"Kebaikan harus dibayar dengan kebaikan, bukan?" sambungnya lagi. Sebuah senyuman tipis terukir di bibirnya.

"Aku tidak tau siapa kau. Tapi yang jelas, saat kau bangun nanti, namamu adalah Wu Zi Tao."

"Dan kau, adalah milikku."

.

.

cha83 presents

.

.

'I Miss You' Sequel

"Don't Go"

.

.

Sosok jangkung berbadan tegap itu memasuki mansion mewahnya dengan cepat. Matanya melirik ke seluru penjuru mansionnya—namun ia tidak menemukan apa yang dicarinya dimanapun. Sang butler, Park Chanyeol, langsung menghampiri sang tuan dan membungkuk di hadapannya.

"Anda sudah pulang, tuan?" tanya Chanyeol berbasa-basi, yang hanya dijawab oleh gumaman singkat.

"Mana dia?" tanya Kris, sang tuan, to the point. Chanyeol yang langsung menangkap pertanyaan tuannya segera menjawab, "Tuan Tao sedang berada di taman, tuan."

Kris mengernyit tak suka dan melirik jam tangannya. "Ini sudah jam 9, apa yang dilakukannya disana? Kenapa kalian tidak menyuruhnya masuk?!"

Chanyeol segera membungkuk saat mendengar suara tuannya mulai meninggi. "Maaf, tuan. Kami sudah menyuruhnya masuk, namun Tuan Tao tetap menolak."

Kris mendecih pelan. Ia memberikan tas kerjanya kepada Chanyeol dan langsung pergi ke taman belakang mansionnya.

Senyuman terukir di wajahnya saat melihat sosok itu. Sosok Wu Zi Tao, kekasihnya. Namja manis itu tampak sibuk menyirami tanamannya sampai-sampai ia tidak menyadari Kris yang sudah berdiri di belakangnya.

"Sedang apa, nona Wu?"

Tao—yang terkejut—nyaris menyiram orang yang sedang merengkuh pinggangnya dari belakang itu. Namun saat wajah tampan kekasihnyalah yang ia dapati, mau tak mau pipinya merona merah. Ia menghela nafasnya lega. "Kupikir siapa. Kau mengagetkanku, ge," protesnya sambil mengerucutkan bibir.

Kris terkekeh dan mencium pipi kekasihnya singkat. "Apa yang kau lakukan di luar sini sampai selarut ini, hm? Kau tau ini jam berapa?"

Tao menggigit bibirnya ragu. "Eum… Tujuh?"

"Iya, dua jam yang lalu," kata Kris berpura-pura sinis. Tao hanya terkekeh pelan.

"Aku baru saja selesai menanam bunga baru, ge. Lihat! Cantik, kan?" pamer Tao sambil menunjuk sekumpulan bunga berwarna kuning yang Kris tidak tau namanya.

Kris mengangguk. "Tapi kau tetap yang tercantik untukku," pujinya—yang sukses membuat pipi Tao merona parah.

"Berhentilah merayu, gege. Kau terdengar seperti playboy kampus," komentarnya lalu tertawa. Kris—yang merasa tersinggung—mencubit pinggang Tao pelan. Membuat namja itu mulai menghentikan tawanya.

"Tidak ada playboy kampus setampan aku, kau tahu," kata Kris membela dirinya. Tao hanya menatapnya dengan tatapan ya-terserah-kau-saja-gegeku-sayang.

"Kau sudah makan, pandaku?" sambung Kris. Tao menggeleng pelan.

"Belum?" suara Kris mulai terdengar marah. Ia membalikkan badan Tao dan menatapnya kesal.

"Ini sudah jam sembilan, Zitao! Apa saja yang kau lakukan sampai kau lupa untuk makan? Bagaimana kalau kau sakit? Apakah dari puluhan maid yang aku pekerjakan, tidak ada satupun yang menyuruhmu makan? Lalu kemana Cha—"

"Aku menunggu gege," sela Tao lemah. Ia bahkan tak berani mengangkat kepalanya sedikitpun—ia takut dengan suara Kris saat sudah memarahinya.

Sedangkan Kris hanya terdiam. Ucapan Tao barusan membuat kemarahannya menguar entah kemana. Meninggalkan penyesalan di hatinya karena sudah memarahi kekasihnya—bahkan sedikit terdengar membentak. Kris menarik Tao ke dalam pelukannya dan mengecup kening namja itu lembut.

"Maaf—maafkan aku, aku tidak bermaksud memarahimu. Aku hanya khawatir, peach. Aku tidak ingin kau jatuh sakit, kau mengerti kan?"

Tao mengangguk dalam pelukannya. "Maaf, ge. Aku minta maaf."

Kris menangkup pipi Tao untuk menatap kedua matanya. "Aku tidak suka kau minta maaf, ingat?"

Tao mengangguk dan tersenyum kecil.

"Jadi, kau mau makan denganku? Atau aku perlu menyuruh Chanyeol menyiapkan candle light dinner romantic untuk kita?"

Tao tertawa kecil. "Tidak, tidak usah, ge. Ayo kita makan," serunya riang sambil menarik Kris untuk masuk ke mansionnya.

٭٭

Tiga tahun berlalu sejak kejadian malam itu. Pernyataan Joonmyeon benar, Tao memang mengalami amnesia yang sayangnya—atau untungnya, menurut Kris—cukup parah. Dia bahkan tidak dapat mengingat namanya sendiri, atau kedua orangtuanya, atau siapapun di masa lalunya.

Kris tentu saja menjadi pihak yang paling bahagia disini. Walaupun harus sedikit membohongi Tao dengan merekayasa masa lalunya—namun cintanya untuk namja manisnya ini tulus. Ia tidak pernah berniat membohongi kekasihnya, namun ia juga tidak mau Tao lepas dari sisinya karena kenangan akan masa lalunya kembali.

"Ingatannya akan perlahan kembali jika ia bertemu dengan orang-orang yang sangat berpengaruh di masa lalunya, ataupun ke tempat-tempat yang pernah Tao datangi."

Ia tidak pernah melupakan pesan Joonmyeon malam itu. Pesan itu seakan petuah mati untuknya. Seseorang tidak pernah melakukan sesuatu tanpa alasan—dan itulah mengapa Kris tidak pernah membiarkan Tao melangkah keluar dari mansion mewahnya barang sejengkal pun. Dia tidak pernah dan tak akan pernah siap untuk kehilangannya. Dirinya sudah jatuh terlalu dalam. Huang Zi Tao terlalu berharga untuknya dan ia tidak pernah berniat untuk melepaskannya sama sekali.

"Tao," bisik Kris kepada Tao yang tengah terlelap dalam pelukannya. Jemarinya mengelus lembut pipi halus itu dengan penuh sayang.

"Jika pada akhirnya kau mengetahui segalanya, apakah kau masih akan tetap tinggal di sisiku?"

٭٭

New story—sequel of my latest drabble, I Miss You!

Pelarian aku disaat stress ya cuma nulis. Aku lagi coba bikin ff chapter ((yang sebenernya hampir impossible banget buat orang kayak aku)) tapi aku harap kalian kasih dukungan positif yah. Ini sempetin update di sela kesibukan pra un huhuhu aku mabok hafalan.

Big thanks to my first reviewers, my kkmjg! I love you to the moon and back, maaf belum sempet bikin kaibaeknya ehehe:3

And for you guys—setyoningt, dks120193, ofchanyeol, .900, Krisme, Nasumichan Uharu, xyln, and NKTS, thankyou karena udah nyempetin waktu buat ngereview ff aku! Kalo gaada kalian mungkin aku udah patah semangat duluan huhuhu.

Dan maaf ada kesalahan di drabble I Miss You, itu Tao nya namja kok hehehe itu typo fatal.

And the last—mind to review?

[13:27—250214]