Hollyshit

"Ahh..."

"Ugh...mhhhh...aku!"

"Ffasterhhh...hahhhh...faster..."

"Ohhhh..., Yeah, di sana...oh..."

"A-aku dataaaaaanggggg!!!!!"

Riquest by: Vindiesel D'New Gates

Masashi Kishimoto Naruto

Kushina x Danzo Kushina x Minato

HurtComfort

WARNING!: HARD NETORARE, VERRY CRACK PAIR, SINETRONISME, HARD LEMON, NOT UNDER 18, AND THIS STORY SO UGLY.

Chapter 1

DLDR!NO COMMENT!NO FLAME!

Bintang-bintang malam ini tampak berkelap-kelip, menampakkan cahaya dengan bangganya. Menerangi malam yang gelap, walau tidak keseluruhan.

Pria itu tampak sedang menikmati suasana malam. Walau angin malam yang disebut-sebut tidak baik bagi kesehatan menerpanya berkali-kali, tak sedikitpun ia beranjak dari balkon penginapan yang berhadapan langsung dengan pantai berpasir putih.

Kepalanya menengok ke belakang, menatap sesosok malaikat kecil yang tengah tertidur pulas. Seulas senyum terpatri di bibirnya. Kemudian kedua kaki jenjangnya melangkah meninggalkan balkon beserta suasana malam yang tampak begitu damai.

Diusapnya perlahan surai lembut yang senada dengan surai miliknya. Mencurahkan begitu banyak kasih sayangnya pada sang malaikat kecil. Senyum menenangkan yang semula nampak merekah di bibirnya terganti dengan senyum miris penuh kesedihan.

Putranya tak tau segalanya. Dan ia memang bertekad untuk menutup rapat-rapat hal ini. Malaikatnya masih kecil, tak berdosa. Ia berhak menjalani masa kecilnya dengan normal layaknya anak-anak kebanyakan. Cukup ia sendiri yang menghadapi kenyataan pahit ini. Naruto —anaknya, tak perlu terlibat masalah yang memang seharusnya bukan menjadi bebannya.

Aku tau semua ini memang berawal dariku. Aku pasrah. Tapi jangan anakku juga yang menjadi korban. Dia masih kecil, masih perlu banyak bermain dan belajar. Dia masih memerlukan curahan kasih sayang dari orangtuanya. Apa kau tidak peduli sedikitpun pada anak kita...

...Kushina?

Sedangkan di sebuah kamar berpencahayaan minim, terdapat sepasang manusia yang tengah bersilat lidah. Mereka menjelajahi mulut masing-masing lawan 'main'nya dengan terlampau bersemangat, sehingga suara decapan terdengar sampai ke seluruh penjuru kamar. Tangan si pria tidak tinggal diam. Dengan nakalnya menggoda pentil coklat kehitaman milik si wanita. Sang wanita mendesah dibuatnya.

Ciuman itu turun ke leher, lebih tepatnya si prialah yang aktif dengan yang satu ini. Tangannya meremas gemas payudara montok milik si wanita. Mencubit pentilnya hingga memerah.

"Angghhhh..." Desah si wanita seduktif, melebih-lebihkan sedikit suaranya dengan aksen manja.

Tangan besar itu turun hingga ke bagian selatan si wanita. Dengan nakalnya menggesek-gesekkan telunjuknya di bagian intim tersebut, lebih tepatnya pada tonjolan kecil yang menyerupai kacang.

"Ahh..ahhha...ohhhh..."

Sang wanita menggelinjang keenakan. Matanya terbuka tertutup menikmati sentuhan-sentuhan di area sensitifnya.

Mulut sang pria yang pada awalnya 'melukis' bagian ceruk leher si wanita mulai beringsut turun ke bawah, menikmati dua gumpalan daging kenyal yang nampak menggiurkan.

Tanpa ba bi bu mulut itu langsung melahap pentil kanan si wanita, menggigitnya ringan, menghisapnya dengan sekuat tenaga seakan akan ada ASI yang keluar dari sana.

Sedangkan tangannya yang semula sibuk mengerjai bagian klitoris sang wanita mulai berani memasuki lubangnya, dengan memasukkan satu jari kedalamnya.

"Ohh...aaahhhh..ssshhh...aaahhhh,"

Suara desahan itu terdengar lebih nyaring seiring kocokan si pria. Satu jari sebelumnya kemudian ditemani dengan dua jari lainnya, sehingga sekarang ada tiga jari yang mengocok liang kewanitaan yang sedikit berlendir itu.

"Wah, tak kusangka lubang nakal ini menghisap habis seluruh cairanku yang sebelumnya," ledek sang pria dengan menambah kecepatan kocokannya.

Plok...plok...plok...

Bunyi kocokan itu bahkan terdengar sangat menggairahkan.

"Oh, Danzo...ahhh...kau yang terbaik...uhhh," desah wanita itu dengan muka memerah padam. Lidahnya menjulur keluar menikmati aksi sang pria yang sedang membuatnya merasa begitu keenakan.

Tak mau kalah, tangan Kushina —sang wanita yang sedang mendesah-desah tak karuan itu terjulur, memegang sesuatu yang sangat keras dengan urat-uratnya yang menegang.

"Shit, Kushina. Kau nakal sekali!" Umpat Danzo merasa keenakan saat Kushina memijat-mijat batang kebanggannya.

Sedangkan Kushina hanya terkekeh, ia pun bangkit sehingga membuat kocokan Danzo terhenti dan terlepas dari liang kewanitaan miliknya.

"Apa yang kau lakukan?"

Kushina hanya terdiam tanpa mau menjawab pertanyaan Danzo. Tanpa tendeng aling-aling, dengan sekuat tenaga Kushina mendorong Danzo hingga jatuh telentang. Sebuah seringaian terukir indah di bibir tipis nan sensual tersebut.

"I'll give you a blow job, babe. And I want you licking my pussy,"

Danzo ikut menyeringai mendengarnya. Kushina pun langsung menghadapkan liangnya ke wajah Danzo, sedangkan ia sendiri menghadap batang besar yang sedang mengacung itu.

"Aku selalu bangga dengan milikmu, sayang." Setelahnya Kushina langsung menjilati batang berurat itu hingga ke testisnya. Kemudian mengulum ujung kepalanya yang menyerupai jamur. Kemudian memasukkan batang itu kemulutnya, memaju mundurkan kepalanya dengan irama teratur.

Sedangkan di bawah sana, terlihat Danzo sedang menjilati sebuah biji yang terlihat nikmat. Kemudian menggigit-gigitnya kecil sehingga membuat Kushina terpekik. Puas bermain dengan biji kenikmatan itu, lidahnya kemudian menuju lubang kecil yang seringkali melayani batang kokoh miliknya.

"Ah, yes. Di situ, sayang." Desah Kushina sambil mengurut-urut penis Danzo. Lidahnya memutari ujung penisnya dengan sebuah lubang kecil yang sedikit mengeluarkan cairan putih.

Danzopun kemudian memasukkan tiga tangannya sekaligus ke dalam lubang hangat milik Kushina, membuat Kushina tanpa sengaja menggigit batang perkasa Danzo.

"Akh! Kenapa kau menggigitku, Kushina?!" Marah Danzo. Penisnya berdenyut sakit setelah digigit Kushina.

"Siapa suruh memasukkan tiga jarimu sekaligus!" Tak mau kalah, Kushinapun membela diri.

"Sudahlah," Danzopun melanjutkan kegiatannya mengerjai lubang Kushina, mengocoknya dengan tiga jari yang semula tertanam di sana.

"Oh, fuck! Yeah..."

Kushina juga bekerja dengan baik. Mulutnya tak berhenti menyedot benda perkasa itu hingga tambah membengkak di mulutnya.

Milik Kushinapun berkedut-kedut menjepit tangan Danzo dengan erat.

Sedikit lagi! Batin mereka berdua.

Dan akhirnya kenikmatan itu datang melanda keduanya.

"Aaahhhh/mhhhh..."

Cairan putih milik Danzo merembes keluar ketika Kushina mengeluarkan batang Danzo dari mulutnya. Sedangkan Danzo dengan rakusnya melahap cairan Kushina dengan sesekali menyentil klitorisnya yang mengeras.

"Ahh...hhhhh...hhhhh," mereka berdua terengah-engah setelah saling memuaskan.

Danzo pun bangkit dari posisi telentangnya, sedangkan Kushina masih dengan posisi tiarapnya.

Bless...

"Akh..." Jerit Kushina ketika Danzo memasukinya dari belakang dan dengan cepat menggenjotnya dengan kekuatan bak babi liar.

"Ugh, Kushina...aku selalu suka milikmu,"

Tubuh Kushina terhentak-hentak seiring dengan genjotan Danzo yang bagai pedal, mengeluar-masukkan batang raksasa miliknya di lubang sempit Kushina.

"Oh,babe," desah Kushina tak berdaya.

Plak! Plak! Plak!

Pertemuan dua alat kelamin itu menghasilkan bunyi yang teramat erotis. Memenuhi seisi ruangan berukuran 5 x 6 meter tersebut.

Danzo menggila dengan menghentak-hentak tubuh Kushina. Batangnya yang besar dan berotot tenggelam sepenuhnya di liang sempit Kushina.

"Agh...angghhhh...ohhhh...Danzohhhh...aaahhhh...ssshhh...aaaaaahhh..." Desah Kushina tiada henti.

"Ohhhh..." Danzo hanya bisa mendongak meresapi setiap pijatan hangat vagina Kushina yang menjamunya dengan baik.

"A-aku...akh...Danzooooooo..."

Plak plak plak plak

"AAAAAAAHHHHHHHHHH," teriak Kushina saat mendapati pelepasannya. Danzo pun berhenti sejenak membiarkan Kushina menikmati orgasmenya.

Setelah dilihat Kushina sudah sedikit lebih tenang, Danzo kemudian kembali menggenjot Kushina gila-gilaan. Berhenti sejenak untuk membalik tubuh Kushina tanpa melepas tautan kelamin mereka, Danzo beraksi lagi dengan menggenjot Kushina dengan kekuatannya yang tiada habisnya.

Tangannya kanannya meremas kencang payudara kiri Kushina. Memainkan pentil yang memerah merekah. Sedangkan mulutnya sibuk menghisap dan menggigit payudara kanan Kushina.

Kushina yang diperlakukan seistimewa itu hanya bisa mendesah dan menikmati sentuhan di setiap tempat sensitifnya.

"Akhhhh...Danzo...sayangghhhhh..."

"Oohh...kau yang...hhh terbhaiikkhhhhh...akh"

"Lagi! Lagi!...lebih dalam sayang...ahhhhhh...ohhhh..."

"Faster...babe,"

Keadaan ruangan itu kini bak kapal pecah terhantam ombak besar. Kasur bersprei merah api itu berantakan dengan banyaknya lelehan cairan cinta di mana-mana. Bau amis tersebar di mana-mana.

"Ughhh,Kushina...ashh...sedikit lagi sayangghhhhh..."

"Danzooooooo...aarggghh...oh..ah! Ah! Ah! Ah!..."

Plak plak plak plak

Plak plak plak plak

"Aaaarrrgghhhh!!!!!"

Nafas mereka berdua tersengal-sengal, badan mereka lengket dipenuhi cairan cinta dan keringat. Mereka berdua tersenyum kemudian berciuman dengan ganas.

~TBC~