Title : Timeline
Authoress : DarkBlueLynx
ID: 8447895
Status : Not Completed
Beta: ShinYuu-tachi
Summary :
Seorang pewaris yang meninggalkan tahtanya demi memperoleh kehidupan normal. Dia meninggalkan semuanya untuk memulai kehidupan baru, sebuah kehidupan orang biasa tanpa ada kaitannya dengan kekuasaan. Tiada seorang pun yang mencurigai dirinya sebagai salah satu dari para pewaris. Akan tetapi, ada satu kenyataan yang tak ia sadari. Kenyataan bahwa teman-teman lamanya telah memburunya dengan kemungkinan mereka menghancurkan penyamaran serta kehidupan normalnya. AU. Mafia, Underground. Posesif!Akashi. Protektif!GoM.
AN
Ehem, seperti yang tertulis di summary, cerita ini merupakan hasil convert Timeline ku yang bahasa inggris ke bahasa Indonesia karena beberapa request. Yang kemudian di convert oleh ShinYuu-tachi (THANK YOU SO MUCH ) karena aku ga bisa nulis cerita pake b indo . Rasanya pasti aneh dan kagok _ _) aku lebih nge recommend Timeline versi Inggris, karena ada beberapa istilah dan phrase yang tentu aja, ga cocok di translate ke b indo.
Currently, Timeline yang asli uda.. 5 chapter.. chapter ke enam ga aku itung karena menurutku masih jelek banget (well, chapter paling parah dri chapter lain, at least.) and aku mau ngerevisi setelah UUB, UUS dll *sigh*
Enjoy~
Timeline
.
Prolog
.
"You should have known a better way than believing your lies."
"Seharusnya kau sudah tahu yang lebih baik daripada mempercayai kedustaanmu sendiri."
.
.
Seorang pria berbalutkan setelan hitam duduk nyaman di sebuah kursi mobil hitamnya yang mengkilap. Lengan kirinya diletakkan di tepi jendela mobil itu; menyangga kepalanya sementara ia menggigiti kuku ibu jarinya, terlihat merenung. Dia sedang mengamati dua sosok yang berdiri tak jauh dari mobilnya. Mereka sedang bercakap-cakap dengan riangnya, sosok yang lebih kecil sedang menyesap minuman favoritnya sementara yang satu lagi mengunyah tumpukan tinggi makanannya. Mereka terlihat puas dan benar-benar seperti orang biasa pada umunya dari sudut pandang orang luar.
Namun pria ini bukanlah orang biasa.
Ia menyadari bagaimana senyum dan persona bahagia dari laki-laki yang lebih kecil itu tidaklah tulus ataupun sungguhan. Rasanya seperti terpaksa, atau lebih tepatnya—
Itu hanyalah bagian dari kesopan-santunan.
Hal itu melunakkan kemarahan pria tadi, meskipun hanya sedikit.
Pria berbalut setelan mahal itu berhenti menggigiti kukunya dan meletakkan tangannya secara malas pada roda kemudi—
-hanya untuk mencengkramnya erat, seakan hidupnya bergantung pada benda itu atau lebih tepatnya, kendali dirinya yang bergantung di benda tersebut. Dia melihat pemuda yang lebih tinggi membelai pipi laki-laki yang lebih kecil seakan-akan ia memilikinya. Segera saja, pemuda yang lebih kecil menaruh tangannya di atas tangan pemuda yang satunya, membujuk pemuda itu untuk melepaskan tangan dari pipinya dengan menggerakkan mulutnya terburu-buru dan sedikit mengernyitkan alisnya.
Merengut, pemuda besar itu akhirnya melepaskan tangannya dari pipi si pemuda kecil, akan tetapi ia gagal menyadari ekspresi tidak nyaman yang terus berkelebat di wajah luar pemuda kecil yang monoton itu. Pria dalam mobil gemetar tanpa kendali sementara dorongan untuk melukai pria besar itu semakin menguat di setiap sentakan ketidaknyamanan yang pemuda kecil itu perlihatkan. Bukankah hal itu sudah jelas, bagaimana laki-laki besar itu tidak bisa menyadarinya berada di luar pehamamannya.
Pria itu mengawasi untuk beberapa saat sebelum ponsel dalam sakunya berdering, memperkeruh hati pria yang sudah kesal itu. Dengan gerutuan yang tidak teridentifikasi, pria dalam mobil itu mengambil ponsel dari sakunya dan membaca ID si penelpon sebelum mengangkatnya.
"Semuanya sudah hadir di sini," terdengar suara seorang wanita sebelum pria itu bisa mengatakan apapun.
"Aku akan ke sana secepatnya," dia membalas dan mengakhiri panggilan tersebut.
'Jika semuanya sudah di sini... berarti...' pria itu menyeringai senang.
Dia kembali memandangi untuk sesaat dua sosok yang telah ia mata-matai sebelum ia menelpon lagi dengan ponselnya.
"Aku berangkat."
Ia menunggu sampai merasa telah aman meninggalkan pemuda kecil itu kepada para bawahannya yang menyebar di sekitar tempat dua pemuda itu berada, ada yang berada dalam mobil yang mirip seperti miliknya, duduk di café atau hanya berjalan-jalan di sekeliling.
Pria itu memberi tatapan terakhir kalinya pada pemuda kecil yang tidak menyadari keberadaannya, sebelum menyalakan mobil dan meluncur dari pintu besar luar café menuju tempat tujuannya. Pria dalam mobil membiarkan pikirannya berkelana sementara ia memainkan kembali rencana dalam otaknya, sebuah kilatan berbahaya muncul di matanya.
"Soon, we'll be reunited again, my love. And you'll be mine again, my love, my Tetsu."
"Segera, kita akan berkumpul kembali, my love. Dan kau akan menjadi milikku lagi, my love, Tetsu-ku."
So ? Review pls, jadi aku tau, mending di lanjutin translate indo nya atau ga.. thank youuu :D
