JEALOUSY

Haechan tidak tau sejak kapan rasa ini muncul tapi dia tau benar dirinya sangat cemburu dengan sosok sempurna siswa sebelah kelasnya. Bukan hanya Haechan, tetapi mungkin semua penghuni sekolah ini cemburu pada orang yang sama. Mark Lee namanya.

"Bukan hanya kau saja Haechan, aku juga begitu. kau juga kan Jaemin?" sahut Lucas, lelaki dengan tubuh atletis yang sedang mendribble bola berusaha menjauhkan benda bulat itu dari Jaemin.

"Ya tentu saja, sejak melihat sosoknya ah- tidak mungkin mendengar namanya saja aku sudah 100% sangat cemburu dengan lelaki bule itu" Jaemin kesal karena Lucas seolah mengejek dirinya yang kesulitan merebut bola.

"Hell. Yang benar saja si primadona sekolah dan kapten basket kita ini cemburu pada Mark Lee?! Ayolah jika Mark ada diposisi satu terpopuler maka aku pastikan posisi dua dan tiga adalah Wong Lucas dan Na Jaemin. Kalian mencoba merendah untuk meroket ya?!" Haechan yang duduk dipinggir lapangan memajukan bibir merah ranumnya yang membuatnya menjadi semakin menggemaskan.

"Hei, tidak usah cemberut begitu. Kau juga tidak kalah populernya dengan kita kok"

"Iya, kau terkenal sebagai si tukang gosip"

Lucas dan Jaemin tertawa bersama menggoda si kecil yang sudah mereka anggap sebagai saudara sendiri. Mungkin orang-orang heran bagaimana mereka bisa bersahabat dari kecil hingga sudah sebesar ini. Percayalah otak Lucas dan Jaemin tidak jauh berbeda dengan Haechan, sama-sama jahil, heboh dan pas-pasan. Tapi tentu saja Lucas dan Jaemin lebih unggul dalam popularitas dibanding Haechan.

Kembali pada pokok bahasan awal mereka, Mark Lee. Mark hanya seorang lelaki biasa seperti mereka pada umumnya tapi kehidupannya menurut Haechan benar-benar berbeda sama seperti cerita pangeran dinegeri yang damai dan tentram yang tidak pernah ditimpa masalah. Ya tentu saja wajah Mark tampan bagai pangeran, itu hal pertama yang ia cemburui dari Mark.

"Apa yang kau cemburui dari Mark?" tanya Jaemin yang sedang memposisikan diri untuk tiduran dipaha Haechan, walau sedikit jijik dengan keringat Jaemin tapi Haechan biarkan saja. Sudah bosan ia dihujani keringat Jaemin dan Lucas.

"Terlalu banyak Na, aku bahkan bisa menulis lebih dari 100 hal yang ku cemburui darinya. Tapi seperti yang kalian ketahui aku sangat cemburu melihat Mark yang tiap pagi diantar oleh ayahnya"

"Hei, Lee Haechan. Kau tidak tau masalah keluarga apa yang Mark hadapi bisa saja setiap hari kau melihat adegan anak dan ayah yang sangat bahagia tetapi dirumah ternyata tidak seperti itu, ayolah didunia ini bukan cuman kau yang punya masalah keluarga" Lucas mengacak rambut Haechan dengan gemas.

"Tapi tetap saja ..."

"Haechan-ah, ayah dan ibu ku atau Lucas juga pernah bertengkar walau kau selalu melihat mereka mengumbar kemesraan disepanjang jalan perumahan kita. Aku bahkan sampai mual melihat adegan itu" mereka bertiga tertawa bersama mengingat kemesraan orang tua Jaemin yang bahkan bisa membuat kalian sampai merinding.

"Tapi ayah kalian tidak berselingkuh seperti si brengsek"

"Hei! biarpun begitu dia masih ayahmu!" Lucas dan Jaemin kompak mencubit lengan Haechan yang sedikit berisi yang dibalas dengan teriakan sok imut Haechan.

"Kau menyukai Mark?" Haechan terkejut dan refleks memukul kepala Lucas.

"Lee Haechan ini benar-benar sakit!"

"Makanya mulutmu dijaga!"

"Harusnya tidak perlu bereaksi berlebihan seperti itu" Jaemin menatap Haechan penuh curiga, melihat telinga anak itu yang memerah pasti dirinya sedang menyembunyikan sesuatu. Hal ini cukup menarik bagi Jaemin, setelah 17 tahun mereka hidup akhirnya Haechan benar-benar menyukai seseorang.

"Ja-jadi apa yang kalian cemburui dari Mark?" Haechan berusaha mengalihkan pembicaraan yang membuat dirinya sendiri menjadi tertekan, rahasianya harus benar-benar aman tidak peduli mereka itu sahabatnya.

"Aku cemburu karena dia bisa dekat dengan Kim Jungwoo, kau tau seberapa diamnya seorang Jungwoo sampai sulit didekati. Tolong sehari saja aku mau jadi Mark dan ingin mengagumi wajah indah itu dari dekat" Lucas mulai berlebihan sambil memeluk bola kotor itu dengan membayangkannya sebagai sosok Jungwoo pujaan hatinya sejak sebulan lalu. Katanya jatuh cinta pada pandangan pertama dan berkepanjangan hingga sekarang.

"Nah tidak jauh berbeda dengan Lucas, aku juga cemburu karena fans-fans ku mulai berkurang karena Mark dan juga perempuan serta lelaki incaranku semuanya lebih menyukai Mark dibanding aku yang sempurna ini"

Haechan pusing sendiri mendengar penuturan kedua sahabat tidak warasnya ini. Dirinya pun memutuskan untuk pulang terlebih dahulu meninggalkan mereka yang masih bermandikan keringat.

"Kalian menyebalkan"

"HEI LEE HAECHAN ! UANG KAMI SUDAH HABIS ! JANGAN PERGI ! NANTI YANG BAYAR UANG BUSNYA SIAPA?!"

Menyesal sempat menghentikan langkahnya, Haechan kembali berlari tidak mempedulikan kedua makhluk menyebalkan itu.

.

.

.

Waktu istirahat kali ini sangat membosankan, sudah 25 menit Haechan hanya menatap anak-anak yang asik bermain bola di lapangan. Iya tempat favorit Haechan itu pinggir lapangan jadi jangan heran jika menemukannya disana.

Kemana Lucas dan Jaemin? Jawabannya masih dikelas, sedang remedial ulangan matematika. Sebenarnya Haechan sangat bangga karena dari 20 siswa dikelasnya hanya dia sendiri yang berhasil mendapat nilai cukup tinggi, sementara 19 orang lainnya sangat mengenaskan.

Haechan merasa seperti Miss Korea yang mana semua mata kini tertuju padanya setelah guru Choi mengumumkan nilai ajaibnya. Tapi hal ini malah menyebabkannya diusir dari kelas karena mereka mengadakan remedial sesegera mungkin.

Haechan hampir saja turun ke lapangan dan menawarkan diri untuk bergabung karena jujur dia sangat menggemari sepak bola walau dia tidak suka berkeringat. Tapi niatnya tersebut terhenti karena seseorang menepuk kepalanya, Haechan cukup kesal karena dia tidak suka orang lain selain Lucas dan Jaemin untuk menyentuh kepalanya walau memang dia lebih pendek dari lelaki kebanyakan.

"Kau Lee Haechan kan?"

Seluruh kata-kata pedas yang siap dilontarkan Haechan pun batal, otaknya kembali memproses adegan apa ini yang sedang terjadi sekarang? Hari ini benar-benar aneh!

"o-oh benar"

"Syukurlah. Perkenalkan aku Mark Lee" Haechan menyambut dengan cepat tangan putih mulus milik lelaki itu, yaampun dia hampir pingsan ketika disentuh oleh Mark.

Haechan mulai berpikir mungkin dikehidupan masa lalunya iya pernah menyelamatkan Korea saat peperangan makanya dia berkesempatan didatangi dan diajak kenalan oleh Mark Lee idaman sekolah, ah mungkin idaman semua orang.

"Jadi apa kita punya waktu untuk bicara?"

"Ya, tentu saja. Ini tentang apa?" wah Haechan bangga kepada dirinya sendiri karena dia bisa menjawab dengan normal tanpa tergagap sedikit pun walau suaranya terdengar sedikit mengecil daripada biasanya.

"Sebenarnya aku agak malu untuk bertanya padamu secara langsung" Mark tertunduk dengan pipi yang dihiasi semburat merah sementara Haechan tercengang menyaksikan adegan ini, dalam hatinya dia sudah berteriak seperti orang gila. Bagaimana Mark bisa seimut itu?!

"Tanyakan saja, tidak ku beritahukan pada orang lain. Walau aku tukang gosip, rahasiamu akan aman"

"Ini tentang temanmu ..." Belum selesai bicara tapi Haechan sepertinya sudah tau kemana arah pembicaraan ini akan terjadi, ya sudah biasa sejak awal masuk sma. Lee Haechan sebagai batu loncatan untuk mendekati Na Jaemin. Sakit? tentu saja, apa lagi sosok Mark didepannya ini adalah orang yang sangat Haechan sukai atau mungkin dia cintai, entahlah.

"Na Jaemin kan?"

"Wow kau hebat sekali Chan, bagaimana bisa kau menebaknya?" Mark terkagum melihat Haechan bisa menebaknya dengan tepat.

"Tentu saja, memangnya orang sepertimu akan menyukai Lucas? Hell, membayangkannya saja aku ingin lompat dari atas jembatan sungai Han"

Mark tertawa mendengar perkataan Haechan, dirinya tidak tau kalau Haechan menyenangkan ini dan cukup menggemaskan disaat dia berbicara banyak ekspresi yang dia tunjukkan tanpa sadar. Mark menyukainya, tapi bukan menyukai dalam artian seperti perasaannya pada Jaemin.

"kau sangat menggemaskan Haechan-ah"

Keadaan menjadi hening, keduanya bertatapan dengan lekat. Tidak ada yang mau memutuskan tatapan mereka, entah mengapa keduanya menikmati saat-saat ini. Seolah waktu yang mereka punya terhenti untuk sesaat. Bagi Haechan ini saat yang sangat menyesakan hatinya, dirinya bahagia tapi tentu saja dirinya juga hancur mengetahui Mark menyukai sahabatnya sendiri.

"Mark" ucap Haechan dengan nada cukup lirih

"Ada apa Haechan?" untung saja Haechan tidak memiliki riwayat penyakit jantung kalau tidak dia sudah dilarikan ke rumah sakit. Bagaimana tidak jika orang yang disukai memanggil namanya dengan lembut dan jangan lupakan tatapannya. Haechan ingin mencair seperti es krim saja.

"Jangan pernah suka padaku. Aku mohon"

"Kenapa?" bukannya kaget dengan kalimat Haechan dirinya malah tersenyum jahil dan mendekatkan wajahnya dengan Haechan. Napas keduanya saling beradu menerpa wajah masing-masing.

Karena tidak kuat Haechan pun menyerah dan kembali pura-pura fokus kepada anak-anak yang sedang bermain dilapangan.

"Karena banyak orang yang tiba-tiba saja menyukaiku. Pesona ku sangat kuat asal kau tau saja" Mark kembali tertawa, dirinya ikut melihat hal yang menarik pandangan Haechan.

"Bagaimana jika aku menyukaimu?"

"Jangan"

"Kenapa?"

"Jangan banyak bertanya kau menyebalkan"

Baru saja Mark ingin menggodai Haechan karena jujur saja lelaki dihadapannya ini semakin menggemaskan dengan wajah yang memerah seperti tomat. Benar, Mark jadi berpikir untuk memanggil Haechan dengan tomat saja.

Na Jaemin datang dengan wajah sedikit terheran namun dirinya langsung tersenyum jahi melihat keadaan wajah Haechan. Sepertinya Jaemin salah paham dengan mengira Mark sedang pdkt dengan sahabatnya ini.

"Jenius Lee Haechan. Apa yang sedang kau lakukan? Ayo ke kantin, 'oppa' mu ini sangat lapar"

Haechan menatap Jaemin dengan rasa kesal, mulut Na Jaemin dan seluruh otak tidak warasnya itu benar-benar membuat Haechan ingin meninjunya sekarang juga. Bagaimana bisa ia bersikap begitu didepan Mark yang menyukainya, ohiya Jaemin kan tidak tau.

"Hai" Mark menyapa Jaemin dengan santai namun hanya dibalas dengan senyuman terpaksa yang sangat menyebalkan, Haechan tidak sabar untuk menyakiti anak ini.

Jaemin sih cuek saja dengan Mark, sungguh dia lapar dan pusing melihat angka-angka menyebalkan tadi jadi dirinya pun menarik Haechan dengan cepat.

Haechan yang sedikit kaget pun langsung berteriak, padahal Jaemin hanya satu langkah didepannya.

"Jaemin-ah! Mark mengajak kita ke kedai es krim kesukaanmu sabtu besok pokoknya kau harus datang!"

Oh apa ini? Haechan merutuki sendiri mulutnya yang sangat susah diatur. Ingin rasanya ia mengubur diri hidup-hidup. Sementara Mark dan Jaemin terkejut, namun Mark langsung bisa mengendalikan dirinya dan menatap Jaemin dengan wajah penuh senyuman.

"Yang Haechan katakan itu benar. Bagaimana kau mau?"

Jaemin bingung, dirinya hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia memaksa otaknya berpikir, apa yang kedua makhluk pendek ini rencanakan? Ia merasa sebentar lagi hidupnya akan sengsara.

Sementara dari kejauhan Lucas, Jeno, Jisung dan Chenle sedang menatap adegan ketiga orang tersebut sambil memakan es krim dengan santai.

"Ayo kita bertaruh mereka bertiga akan terjebak dalam cinta segitiga" Jisung yang paling serius memperhatikan ketiga orang tersebut, rasa penasarannya sangat tinggi sejak melihat adegan tatapan Mark dan Haechan yang begitu dalam.

"Percayalah Mark bukan style nya Jaemin. Bahkan Jaemin menganggap Mark sebagai rivalnya dalam mendapat popularitas, tapi kalau Haechan aku yakin anak itu mempunyai sedikit rasa pada Mark. Setiap hari hanya bercerita soal kecemburuannya pada kehidupan Mark" jelas Lucas panjang lebar dengan mulut yang penuh es krim, dia tampan tapi sangat tidak tau diri.

"Bertaruh padaku akan terjadi cinta segi empat" Jeno tersenyum miring membuat Jisung dan Lucas menatapnya heran. Darimananya segi empat coba, mereka memang remedial matematika tapi kan tidak sebego ini juga.

"Percaya saja pada Chenle legend ini, Mark dan Haechan akan jadian"

Oh tidak, bocah keturunan Cina ini ikut-ikutan tersenyum seperti Jeno membuat Jisung dan Lucas semakin bingung layaknya Jaemin yang bingung kepada Mark dan Haechan.

.

.

.

TBC