Title: Unexpected Hyung (Chap. 1)
Pairing: brother!HaeSung/YeHae, YeWon/WonSung
Rating: PG
Genre: Family, Drama
Length: Two-shots
Disclaimer: The casts belong to themselves, i only have Yesung *shrug*
Summary: Saat umma-nya menikah, yang Donghae harapkan adalah dia bisa mendapatkan hyung yang tampan, tinggi, pemain basket yang hebat dan sangat keren. Seseorang yang dengan bangga bisa ia pamerkan pada teman-temannya. Tapi yang ia dapatkan justru Yesung. Kakak yang sangat jauh dari bayangannya selama ini, belum lagi dia seorang gay.
**r3diavolo89**
Saat umma-nya berkata ia akan menikah, Donghae sangat gembira mendengarnya. Apalagi sang ibu berkata ia akan mendapatkan seorang kakak laki-laki yang baik. Menjadi anak tunggal selama 14 tahun masa hidupnya sering membuat Donghae merasa kesepian, apalagi ibunya adalah single-parent yang selalu disibukkan dengan pekerjaan.
Ketika teman-teman seusianya dengan bangga memamerkan betapa keren dan hebatnya hyung mereka, Donghae merasa sangat iri. Siapa yang bisa ia banggakan? hanya umma satu-satunya yang ia miliki. Dan tidak mungkin ia memamerkan umma-nya kepada teman-temannya dengan mengatakan hal-hal yang bahkan sang umma tidak pernah lakukan. Mengajarinya bermain basket contohnya.
Hari ini pertama kalinya Donghae akan bertemu dengan calon hyung-nya. Ini adalah 3 hari sebelum hari pernikahan. Mereka akan bertemu dan makan siang bersama di restoran sebelum akhirnya pergi bersama-sama ke butik untuk mencoba baju yang akan Donghae dan Yesung -nama dari sang calon hyung- kenakan di hari pernikahan orang tua mereka.
Ia dan ibunya tiba lebih dulu di restoran, mereka duduk di meja yang sebelumnya sudah dipesan atas nama Kim Kangin, sang calon appa.
Donghae sangat tidak sabar ingin bertemu dengan calon hyung barunya. Dia sudah beberapa kali bertemu dengan calon appa-nya. Seorang pria yang masih terlihat tampan dan atletis di usianya yang sudah tidak muda lagi. Donghae yakin anaknya akan berperawakan tidak begitu jauh, pasti dia seorang yang tampan dan atletis seperti ayahnya. Hyung yang keren.
Sang calon appa sendiri terlihat sangat baik, Donghae sangat menyukai aura 'kebapakan' yang dipancarkan olehnya. Agak terdengar berlebihan sepertinya, tapi untuk Donghae yang tidak pernah mengenal ataupun mendapatkan kasih sayang dari ayah yang telah meninggal sejak usianya 3 tahun, sang appa baru benar-benar terlihat mengagumkan di matanya.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya yang ditunggu datang. Sang calon hyung berjalan di belakang ayahnya, jadi Donghae belum bisa melihat dengan jelas wajahnya.
"Kalian sudah menunggu lama? Maaf, aku tadi tidak dapat menemukan sepatuku, jadi Yesung harus mencarikannya dulu untukku," Kangin menunduk dan meminta maaf.
"Tidak apa-apa Kangin oppa, kami baru tiba beberapa menit yang lalu," terang umma Donghae, Tiffany.
"Ah, ini pertama kalinya kan Yesung dan Donghae bertemu. Ayo kita perkenalkan mereka secara resmi." Kangin duduk di kursi yang terletak di depan Tiffany, sedang Yesung berhadapan dengan Donghae.
"Hai, Donghae-yah. Senang bertemu denganmu," Yesung berkata sambil tersenyum cerah kearah yang lebih muda.
Donghae tidak mengatakan apa-apa, ia sibuk mengamati Yesung dengan tatapan yang sulit diartikan.
'Sangat berbeda dengan yang aku bayangkan,' ujarnya dalam hati. Terus terang ia kecewa.
::
:::
::
"Akhirnya semua acara selesai. Ah aku sangat lelah," kata Tiffany seraya duduk di sofa begitu ia mencapai ruang tengah. Kangin, yang baru saja resmi menyandang status sebagai suaminya, berjalan mengikuti di belakangnya lalu ikut mendudukkan diri disamping sang istri. Kedua anak mereka, Yesung dan Donghae, masuk kemudian.
"Umma dan appa mau aku buatkan teh?" tawar Yesung.
Tiffany memandang putra barunya dengan sumringah, "Ah, Yesung-ah benar-benar baik. Buatlah juga secangkir untukmu sendiri. Kita minum bersama, oke?"
Yesung tersenyum mendengarnya. "Baiklah, aku akan segera kembali. Donghae juga ingin secangkir teh?" tanyanya pada yang lebih muda sebelum ia melangkah ke dapur.
Donghae, yang sejak tadi tidak mengatakan apa-apa justru langsung bangkit dari tempatnya duduk. "Aku mau tidur saja!" nada bicaranya agak keras. Segera ia beranjak keatas, menuju ruangan yang Kangin berikan sebagai kamarnya.
Mendengar putranya berkata dengan sedikit tidak sopan, Tiffany langsung menanggapi. "Maaf. Aku rasa dia terlalu lelah," sesalnya.
"Tidak apa-apa, aku bisa mengerti itu. Aku rasa semua ini memang sangat melelahkan. Setelah ini lebih baik kita juga pergi tidur. Penerbangan kita pukul 9 besok pagi, kita tidak ingin ketinggalan pesawat yang akan membawa kita bulan madu kan?" ujar Kangin, sedikit menggoda saat menyebut kata 'bulan madu'.
"Kau benar oppa," Tiffany tersenyum lembut dengan malu-malu. "Tapi...aku jadi mengkhawatirkan Donghae. Meskipun aku sangat sibuk bekerja, tapi aku tidak pernah meninggalkan Donghae sendirian di rumah lebih dari 2 hari." Tiba-tiba ia menjadi sedih.
"Apa maksud umma dengan sendirian?" Yesung datang dari arah dapur dengan membawa nampan berisikan 3 cangkir teh, setelah meletakkannya di meja dan duduk di sofa samping orang tuanya, kembali ia berbicara. "Ada aku yang akan menjaganya disini, kalian nikmati saja bulan madu kalian."
"Yesung benar, Donghae akan baik-baik saja bersamanya. Percayalah, Yesung sudah sangat berpengalaman menjaga bayi besar sepertiku," gurau Kangin sembari tertawa.
"Appa memang benar-benar bayi besar yang merepotkan," Yesung memanyunkan bibir dan mendelik kearah ayahnya.
Tiffany tertawa mendengarnya, "Sekarang kau bisa tenang Yesung-ah, umma akan membantumu merawat bayi besar yang satu ini," ujarnya sambil menepuk-nepuk pelan lutut Kangin.
"Ne. Mohon bantuannya umma." Dengan sikap pura-pura serius ia membungkukkan badan kearah Tiffany. "Dan umma bisa menyerahkan Donghae padaku. Sebagai imbalan umma yang menjaga 'bayi besar'-ku, aku juga akan menjaga adik kecilku, Donghae dengan baik."
"Hahaha, baiklah. Ini negosiasi yang baik. Aku setuju denganmu, Yesungie." Tiffany beralih duduk disisi Yesung lalu mencubit pipinya gemas sebelum akhirnya memeluknya. "Ah, Yesung benar-benar anak yang baik dan menggemaskan ya~"
"Tentu saja. Dia anakku." ujar Kangin bangga. Ia tersenyum bahagia melihat keakraban ibu dan anak tak sedarah itu. Sepertinya keputusannya untuk menikah lagi sangat tepat.
::
:::
::
"Selamat atas pernikahan ibumu, Donghae!"
Ini hari pertama Donghae masuk sekolah setelah absen 4 hari. Dan saat ini ia tengah dikerumuni oleh teman-teman sekelas dan beberapa teman satu klubnya di koridor depan kelasnya. Berita tentang ibu Donghae yang menikah lagi sudah menyebar ke seluruh penjuru sekolah.
Donghae memang cukup populer di sekolahnya, tapi ia tidak pernah benar-benar memiliki teman akrab. Karena itulah saat ibunya menikah lagi, ia memutuskan untuk tidak memberitahu ataupun mengundang siapapun.
Tapi tetap saja, berita menyebar secepat angin berhembus. Mungkin mereka menaruh curiga karena tiba-tiba ia harus ijin absen sekolah selama 4 hari, karena itulah mereka mencari tahu dan akhirnya menemukan fakta bahwa ibunya telah menikah lagi beberapa hari yang lalu.
Donghae mendengus pelan. Hari ini tidak akan menjadi hari yang tenang untuknya sepertinya.
"Terima kasih untuk ucapan selamat yang kalian berikan," ujarnya. Dia mencoba menjawab seluruh pertanyaan yang diajukan dengan lugas dan memberikan kata terima kasih pada siapapun yang mengucapkan selamat. Tidak lupa sebuah senyum tipis selalu tersemat di bibirnya saat itu, walaupun itu sekedar untuk beramah tamah saja.
"Aku dengar kau sekarang juga punya hyung, Donghae. Seperti apa dia? Apa hyung barumu keren?"
Senyum Donghae memudar untuk pertanyaan yang satu itu. Pertanyaan yang Donghae tidak suka. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Tentang Yesung hyung, seperti apa dia harus mendeskripsikan hyung-nya itu? Tidak mungkin dia berkata 'Aku punya hyung berwajah manis dengan jemari kecil seperti perempuan. Tingginya hanya berbeda sedikit denganku. Dia pintar memasak dan menjahit. Kemampuan basketnya mendasar, tidsk begitu istimewa. Oh dan satu lagi, hyung-ku itu seorang gay. Dan dia adalah tipe yang didominasi, seorang uke. Dia sudah punya pasangan. Seme yang...'
"Pandai bermain basket. Tampan. Tinggi. Bahunya lebar. Dadanya bidang. Pokoknya sangat keren, seperti itulah hyung-ku. Dia bahkan menjadi kapten tim basket di sekolahnya!" Seru Donghae berbohong. Bukan Yesung yang ia jabarkan saat itu, tapi Siwon, kekasih hyung-nya. Donghae sudah 3 kali bertemu dengannya. Pertama kali saat pernikahan orang tuanya, 2 kali terjadi 2 hari belakangan ini saat Siwon berkunjung ke rumah mereka.
Mereka sudah beberapa kali berbincang. Dari situ Donghae tahu bahwa Siwon adalah kapten tim basket di sekolahnya. Donghae yang sangat menyukai basket dan merupakan anggota tim basket di sekolah sangat kagum mendengarnya. Melihat Siwon ia jadi berpikir, 'Seandainya saja Siwon hyung yang menjadi kakakku.'
Terus terang setelah membohongi teman-temannya, ia sedikit merasa bersalah. Tapi saat melihat wajah penuh kekaguman dari temannya, dia segera menepis perasaan bersalah itu. Toh dia tidak sepenuhnya berbohong. Kalau Yesung hyung menikah dengan Siwon hyung nanti, secara otomatis Siwon hyung juga akan menjadi kakaknya kan?
::
:::
::
"Siwon-ah, apa menurutmu aku hyung yang buruk?"
"Hmm?" Siwon mengerutkan kening mendengar pertanyaan yang dilontarkan kekasihnya. Buku yang sebelumnya dia baca dengan serius segera ia tutup. "Ada apa?" tanyanya sambil mengacak sayang rambut Yesung.
"Aku rasa aku tidak melakukan hal yang benar. Pasti ada yang salah dengan sikapku, karena itu Donghae begitu dingin." Yesung menempelkan pipinya ke meja setelah sebelumnya menghela napas berat.
"Donghae hanya butuh penyesuaian. Setelah terbiasa denganmu, dia pasti akan berubah..."
"Tapi aku rasa dia lebih menyukaimu," Yesung memajukan bibirnya sebal. "Mungkin yang ada di pikirannya adalah 'kenapa bukan Siwon hyung saja yang menjadi kakakku?'"
Siwon tertawa mendengarnya. "Aku rasa memang begitu. Mungkin karena dia berpikir aku lebih keren," godanya, yang semakin membuat Yesung cemberut.
Yesung sekali lagi mendengus. "Mungkin karena aku tidak seperti appa. Padahal appa terlihat sangat manly. Dia tinggi, tampan dan badannya besar atletis. Tapi tubuhku kurus, perawakanku sedang, aku tidak tampan, tanganku kecil. Aku rasa Donghae kecewa memiliki hyung seperti aku..." ucapnya sendu.
Siwon melihat kearah kekasihnya dan tersenyum lembut kemudian. "Hey, kenapa mengatakan hal seperti itu?"
Ia lebih mendekat kearah Yesung lalu meraih bahunya dengan satu tangan, memeluknya dari samping. "Kalau Yesungie-ku memang tidak semenarik itu, bagaimana bisa aku sampai jatuh cinta dan tergila-gila padanya? Kim Yesung punya begitu banyak kebaikan dalam dirinya yang membuat dia sangat sempurna. Donghae kecil hanya belum bisa melihat itu semua dengan baik. Suatu saat ketika dia sudah menemukannya, dia pasti tidak akan rela melepaskanmu untukku. Dia hanya ingin memilikimu sendiri lalu akan berubah menjadi dongsaeng yang overprotective dan menyebalkan." Membayangkan Donghae menjadi seperti yang ia katakan barusan membuat Siwon cemberut sendiri.
Yesung tertawa mendapati tingkah Siwon yang ia anggap konyol itu. "Menurutmu dia akan begitu?" tanyanya antusias.
"Tentu saja! Adik mana yang mau kehilangan kakak semanis dan sebaik Kim Yesung?"
Yesung tersenyum ke arah namja yang lebih tinggi. "Terima kasih Siwon. Kau memang kekasih yang terbaik." Meskipun tahu hal-hal yang diucapkan Siwon tadi hanya untuk menghiburnya, tapi Yesung sangat bahagia mendengar itu semua. Siwon-nya selalu tahu cara untuk membuatnya merasa lebih baik.
Ia memeluk Siwon dan menenggelamkan wajahnya di dada sang kekasih, dan Siwon tentu saja menyambut pelukan itu dengan senang hati. Lalu ia kecup kepala Yesung dengan sayang. Mereka benar-benar tidak sungkan menampilkan romantisme mereka di tempat terbuka.
Dan apalagi yang bisa dilakukan oleh teman-teman sekelas mereka selain menggelengkan kepala maklum melihat sepasang 'merpati' yang sedang kasmaran itu?
::
:::
::
Mereka sedang menikmati makan malam mereka dalam diam. Bukan karena terlarut dalam pikiran masing-masing. Yang muda sama sekali tidak bernafsu memulai obrolan, dan yang lebih tua tidak tahu harus mengatakan apa menanggapi sikap diam sang adik.
Yesung -namja yang lebih tua- sebenarnya tidak pernah menyukai keheningan macam ini. Ketika dulu ia masih tinggal berdua saja dengan sang appa, saat makan malam seperti ini keduanya akan banyak bercerita tentang apa saja yang mereka lalui seharian itu. Mereka bersama-sama akan menertawakan kejadian lucu yang terjadi di sekitar mereka. Mereka bersama-sama akan bersimpati saat mendengar berita tidak baik yang terjadi di sekitar mereka.
Tapi saat ini rasanya sangat sulit melakukan itu dengan Donghae, untuk sekedar mendekatinya saja seakan-akan Donghae itu tak terjangkau, dekat tapi begitu jauh.
Setelah orang tua mereka pergi berbulan madu, di hari pertama sampai ketiga Yesung cenderung tidak bisa diam. Dia terus-terusan mengajak Donghae untuk bicara dan bicara. Tentu saja itu pembicaraan satu arah. Donghae tidak merespon apapun, ia cenderung lebih suka menjauh dengan wajah kesal. Bahkan malamnya dia berteriak pada Yesung, mengatakan bahwa dia terlalu berisik dan itu sangat mengganggu. Jadi setelah itu Yesung lebih memilih untuk mengunci mulutnya. Hanya berbicara pada Donghae tentang hal yang menurutnya penting atau tak tertahankan, selebihnya menjaga dan merawat Donghae dalam diam.
Yesung menghela napas. Ah dia jadi rajin sekali melakukan itu akhir-akhir ini. Menghela napas, membuangnya dengan kasar, mendengus kesal. Rejeki benar-benar akan menjauh darinya. Tapi mau bagaimana lagi? kalau terus-terusan begini dia bisa mati bosan.
"Mulai besok, aku ada latihan pagi dengan tim basket."
Eh? Apa barusan Donghae mengatakan sesuatu?
Yesung mendongak kearah Donghae. "Apa?" tanyanya.
"Aku bilang mulai besok aku ada latihan pagi, jadi aku akan berangkat lebih awal!"
"Kalau begitu kau tidak akan sempat sarapan kan? Hyung akan membuatkan bekal untukmu. Jadi sebelum atau sesudah latihan kau bisa memakannya."
"Terserah kau saja." Balas Donghae dingin. Segera ia bangkit dari kursinya dan berlalu ke kamarnya.
"Hyung pasti akan bangun lebih awal untuk membuatkanmu bekal, Donghae-ah!" teriak Yesung bersemangat.
"Benar-benar berisik. Hyung yang tidak keren." Gumam Donghae pada diri sendiri.
::
:::
::
Pagi ini Yesung bangun lebih awal dan sangat bersemangat. Di dapur ia berkutat dengan peralatan memasaknya, sesekali ia akan bersenandung dengan riang.
Perlu waktu sekitar setengah jam untuk menyiapkan semua. Setelah menatanya di dalam kotak bekal, dia naik keatas, bermaksud memastikan Donghae sudah bangun.
Di tangga atas ia berpapasan dengan Donghae yang ternyata sudah siap untuk berangkat. "Aku akan langsung berangkat," katanya saat melihat Yesung.
"Baiklah. Bekalmu ada di atas meja makan. Jangan lupa membawanya. Hyung juga akan bersiap-siap sekarang."
"Mmm..." Donghae hanya bergumam tak jelas saat menuruni tangga. Beberapa saat kemudian Yesung mendengar suara pintu depan yang dibuka lalu ditutup kembali.
Saat Yesung kembali lagi ke dapur untuk memakan sarapannya sendiri, ia tersenyum melihat kotak bekal yang tadi ia siapkan sudah tidak ada lagi di meja makan. Donghae benar-benar membawanya. Syukurlah.
Cepat-cepat Yesung memakan scramble eggs dan roti yang sudah ia siapkan sendiri untuk sarapannya. Siwon akan segera datang untuk menjemputnya.
Keesokan harinya Yesung kembali memulai hal yang sama. Ia menyiapkan bekal untuk Donghae sebelum akhirnya naik keatas untuk bersiap-siap. Hari ini saat Yesung sudah berada diatas, Donghae masih di dalam kamarnya sedang memasukkan bukunya kedalam tas.
Yesung tersenyum melihatnya, ia sendiri lantas pergi ke dalam kamarnya.
Beberapa saat kemudian ia sudah selesai dan turun kembali ke lantai bawah. Tapi yang ia dapati agak berbeda dengan kemarin. Bekal yang ia siapkan masih berada di tempat semula ia meletakkannya. Tak bergeser sedikitpun. Sepertinya Donghae lupa membawanya.
Yesung harus mengantarkannya. Mana boleh Donghae tidak sarapan, apalagi pagi-pagi begini tenaganya sudah dikuras untuk latihan basket.
Setelah menyelesaikan sarapannya, Yesung menunggu Siwon di depan rumahnya dengan sedikit tidak sabaran. Tak perlu waktu lama, Siwon kemudian datang dengan motornya.
"Tumben sudah menungguku disini. Biasanya aku harus berkali-kali membunyikan klakson lebih dulu, baru Yesungie-ku yang lelet akan lari terburu-buru."
"Jangan meledek, Wonnie!" serunya sambil cemberut. "Antar aku ke sekolah Donghae dulu. Hari ini dia lupa membawa bekalnya, aku khawatir padanya."
Siwon tertawa melihat bibir Yesung yang dimancungkan seperti itu, ditangkupnya bibir itu dengan ujung-ujung jemarinya lalu menariknya beberapa kali. "Baiklah sayang, apa yang tidak akan aku lakukan untukmu? Naiklah!"
"Yak kenapa kau mencubit bibirku!?" teriaknya. Yesung naik ke atas motor Siwon dan beberapa kali memukuli bahu dan punggung Siwon karena kesal, itu hanya mengundang Siwon untuk tertawa lebih keras.
Setelah tiba di sekolah Donghae, Yesung segera turun dari motor. "Tunggu disini, Siwon-ah, aku segera kembali!" lalu ia pun berlari.
Yesung bertanya pada seseorang letak gedung olahraga yang dipakai tim basket untuk berlatih. Begitu yakin bangunan di depannya adalah yang ia cari, dia melangkah masuk kedalam dan segera mencari sosok Donghae.
Bingo. Ketemu. Kebetulan saat Yesung melihatnya, Donghae sedang melakukan lay-up. Tanpa sadar Yesung berteriak memanggil namanya dengan sangat keras. "Donghae-yah!"
Saking kerasnya, semua orang di ruangan itu langsung menoleh kearahnya. Menatapnya dengan tatapan bingung dan penuh tanda tanya.
"Kau mengenalnya, Donghae?" tanya Zelo, si pemain center.
Begitu melihat Yesung hyung diseberang lapangan, Donghae menjadi gugup. Segera ia berlari mendekat kearah Yesung, mengabaikan pertanyaan Zelo barusan.
"Apa yang kau lakukan disini hyung?" bisiknya kesal saat ia sudah berhadapan langsung dengan Yesung.
"Kau lupa membawa bekal yang hyung buatkan untukmu, jadi hyung membawakannya untukmu, Hae-yah." Mengesampingkan nada suara Donghae yang tidak bersahabat, Yesung menjawab sambil tersenyum.
Donghae terlihat seperti akan menggeretakan gigi marah tapi sebelum ia sempat marah, seseorang di belakangnya menyela dengan sebuah pertanyaan, "Wah apa ini hyung baru Lee Donghae? Tidak terlihat seperti yang Donghae ceritakan pada kami."
Donghae tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya menunduk malu sambil mengepalkan tangan erat. Yesung melihat itu. Saat itu juga ia tahu keputusannya untuk datang ke sekolah sang dongsaeng itu sangat salah.
"Ternyata Donghae itu hanya bermulut besar. Mana kakak yang dia banggakan sebagai seorang yang tampan, tinggi dan jagoan basket? Heh, dasar pembohong! Apa kau begitu malu mengakui punya hyung seperti ini?" ujar temannya yang lain.
Donghae masih tidak mengatakan apapun, ia benar-benar tak berkutik. Yesung merasa bersalah karenanya.
Dari awal ia tahu, bukan hyung sepertinya yang Donghae harapkan sebagai kakak. Dia sepenuhnya menyadari itu. Karena itu Yesung tidak pernah menuntut Donghae untuk memperlakukannya dengan baik. Tapi ia sama sekali tidak menyangka bahwa orang yang sudah ia anggap sebagai adik kandungnya sendiri itu benar-benar malu bahkan untuk sekedar mengakuinya sebagai kakak di hadapan teman-temannya.
Yesung melihat Donghae terluka saat teman-temannya mengetahui kebenarannya. Tapi jauh di lubuk hati, ia yang lebih terluka.
"Kenapa kau harus kemari? Kau membuatku malu di hadapan teman-temanku! Menyebalkan! Aku membencimu! Aku membencimu Kim Yesung! Kenapa harus kau yang menjadi kakakku!" teriak Donghae marah lalu berlari keluar dari tempat latihan.
Teman-teman satu klub Donghae saling berbisik satu sama lain melihat Donghae yang meledak seperti itu. Dan Yesung hanya mampu menunduk sambil menggumamkan kata maaf.
T B C
A/N: cuma mau ngucapin #HappyDonghaeDay XD
Ini Two-shots story, jadi cuma 2 part doang.. moga ada yang suka ya dan mau nungguin chap 2 nya.
Trus trus mungkin ada yang penasaran kennapaTiffany yang jadi emaknya YeHae? kenapa hayoooo?
Alesan subjektif sebenarnya. Aku ga gitu tau SNSD, tapi waktu itu ada yang bilang tanggal, bulan dan tahun lahirku samaan kyk tante yang 1 ini. Jadi aku anggap dia sebagai kembaran dan perwakilanku trus ngasih kebebasan ke dia buat grepe-grepe duo biases, Yesung dan Donghae #alasanAneh
Untuk masalah umur. Hae disini 14 thn, jadi masih SMP. Yesung dan Siwon 18 thn.
