GET CRAZY

Part 1: Get Crazy in The College

Apa jadinya jika kru Mugiwara menjadi anak kuliahan? Kekonyolan apa saja yang akan mereka buat?

Disclaimer : hamba yang hina ini gak mungkin bisa mengalahkan ide brilliant pemilik One Piece asli, Eiichiro Oda-sensei

Rating: T/15+

Pairing: LuffyNami

Genre: Romantic, Humor, Friendship

AU

Sedikit OOC

Selamat menikmati….

Di suatu kelas di universitas New World terlihatlah sesosok anak muda berperawakan sedang dengan codet di bawah mata kirinya, berambut hitam dengan tampang lesu duduk di kursi paling belakang. Tanpa semangat untuk hidup, terpaksa ia mendengarkan kuliah tujuh puluh menit sang dosen yang bernama Profesor Garp. Pofesor Garp menerangkan mengenai sosiologi criminal dimana ia bercerita mengenai karakter pencopet serta cara menghindarinya.

"Hoah…hmmm…Membosankan sekali," keluh anak muda itu sambil menguap lebar, panjang, tinggi dan penuh volume; menyedot seluruh debu kelas ke dalam mulutnya sampai-sampai ia terbatuk-batuk.

"Uhh…uhuk…."

Dahaknya pun berterbangan ke seluruh penjuru kelas baik ke arah utara, selatan, barat, timur sampai ke seluruh penjuru Grand Line. Dahaknya yang berliter-liter itu pun tepat sasaran mengenai kepala dengan rambut hijau di depannya.

"Woei…siapa nih yang ngirim tsunami?" teriak rambut hijau sambil mengepel banjir dahak di kepalanya. Ia pun menengok ke belakang mencari sumber penderitaannya itu. Matanya langsung mengirimkan tatapan membunuh ke arah anak muda yang sekarang sedang bengong menatapnya tanpa dosa itu.

"Heh Luffy, ngapain loe nyembur-nyembur kagak jelas di belakang kepalaku heh?"

Luffy pun langsung tersadar dari kebengongannya.

"Wari Zoro…Tak …" Luffy pun hanya bisa cengar-cengir sambil garuk-garuk kepala gak jelas.

"Ape loe kata? Mau sarapan katana gua pagi-pagi gini he?" ancam Zoro medok logat Betawi sambil mengeluarkan pedang dari tas panjangnya. Sepertinya itu adalah tas golf hitam panjang, namun entah mengapa pedangnya bisa muat di tas golf itu.

"Woa…gila loe Zoro!" jerit Luffy dengan microphone yang kabelnya disambung dengan speaker masjid kampus. Jeritan Luffy menggelegar memecahkan kaca-kaca di ruang kelasnya.

'BLETAK' sebuah pukulan keras mematikan mendarat tepat di kepala Luffy menimbulkan benjol sebesar bola sepak di kepala Luffy.

"Aduuuuh….sakit!" keluh Luffy sambil memegang benjolannya yang masih berasap dan berdarah-darah.

"Jangan berisik kau Luffy. Kau selalu membuat rusuh kelasku dan membuat mahasiswa lain tidak kosentrasi saat mendengarkan kuliah yang aku berikan!"

Terlihat Profesor Garp di samping Luffy masih mengepalkan tinjunya. Mukanya merah dan megap-megap gak karuan persis kayak pak kumis yang nge gap anak-anak kecil lagi nyuri mangganya padahal tu mangga belum pernah dicicipinya.

"Iya pak…berisik banget. Saya sampai gak konsen ngitung bunga utang nih!" cewek dengan rambut orange ikut-ikutan nimbrung gak nyambung.

"Gak usah ikut-ikutaan deh kamu Nami," timpal Zoro dengan tampang cool…kas. Brr…cool banget, suhu ruangan kelas pun berubah menjadi minus 50 derajat Celcius. Mahasiswa-mahasiswi di ruangan berubah membeku menjadi bongkahan es.

"Ape loe Zoro…Loe mau bunga utang loe gua naikin? Utang loe bulan lalu aja belum loe bayar. Gue naikin bunganya 30 persen baru tahu rasa loe!" ancam Nami sambil berkacak pinggang.

Zoro pun mati kutu dan gaya cool nya langsung berubah cair kayak air di selokan kalau disinggung soal bunga utang, apalagi yang nyinggung itu adalah si Nami yang terkenal sekampus dengan sifat lintah daratnya.

"Sudah…Lebih baik kalian berdua keluar saja dari kelas saya kali ini," potong Profesor Garp tidak sabaran sambil menunjuk muka Luffy dan Zoro.

"Bukan kali ini sih. Ini udah yang ke 46 kali sejak semester pertama mereka berdua di usir dari kelas Profesor Garp," gumam laki-laki berhidung panjang di sebelah Nami.

Profesor Grap pun segera memungut kedua makhluk nista di hadapannya dan melemparkan mereka jauh-jauh seperti melempar bola tolak peluru.

"Tuing…."

Akhirnya dua makhluk nista ini pun terlempar jauh hingga mereka sampai di….Kantin! Jatuhnya pas lagi di kursi depan meja tempat seorang laki-laki dengan rambut blonde dan alis sebelah yang tertutup oleh poninya. Sedang asyik-asyiknya menikmati mie ayam paha sapi, pemuda tampan ini dikagetkan oleh kedatangan dua mahkluk luar angkasa yang langsung nyungsep di kursi di depan meja makannya. Paha sapi yang baru masuk ke mulutnya pun secara tidak sengaja tertelan seluruhnya ke dalam tenggorokannya, membuat ia megap-megap karena sesak nafas.

"Woa…asyik. Zoro, kita terdampar di kantin. Sekalian saja kita pesan makanan. Pak Patty, pesan rendang 20 kilo ya!" teriak Luffy ke arah warung masakan padang 'Hari Ini Bayar Besok Bayar Lagi'.

"Heh Luffy, sebelum kau makan mungkin lebih baik kau selamatkan dulu makhluk aneh di depan kita," Zoro mengarahkan pandangannya dengan muka mengejek ke cowok yang tersedak tadi.

"Ha…Sanji…Daijobu des ka?" teriak Luffy histeris sambil mengguncang-guncangkan badan Sanji yang membuat tubuh Sanji bergetar layaknya bor.

"Jwaangwwan mmewwnggwwuncwwangkwwan bwwadankuu bwwakaa!" ( maksudnya: jangan menggoncangkan badanku baka ) Sanji kelihatannya masih sempat memaki Luffy walaupun ia sedang berjuang melawan maut.

"Minggir Luffy. Biar aku saja yang menyelesaikannya. Akan kuakhiri penderitaan alis dart ini!" Zoro pun segera mengeluarkan katananya, mengangkat katananya bersiap-siap menghunuskannya ke arah leher Sanji.

"BWAAAHHH…", paha sapi itu pun langsung meloncat keluar dari tenggorokan Sanji dan terlempar ke arah Luffy. Luffy pun dengan bersuka cita bersiap-siap menerima lemparan paha itu dengan mulutnya, namun Zoro dengan sigap memotong-motong paha sapi itu menjadi berkeping-keping.

"Aho…apa yang kau lakukan Zoro! Paha itu akan menjadi makanan pembukaku tauk!" Luffy pun marah-marah sambil mencekik leher Zoro.

"Aku tidak akan membiarkanmu memakan makanan sisa dari mulut alis aneh itu. Bisa-bisa kau nanti kena rabies," jawab Zoro dengan nada datar.

Sanji yang baru tersadar dari penderitaannya yang panjang pun langsung bereaksi setelah mendengar hinaan dari rivalnya ini.

"Apa kau bilang rambut teh hijau? Dan apa-apaan tadi? Kau sengaja ya mau memotong leherku?" Sanji bersiap-siap mengarahkan tendangannya ke arah Zoro namun Zoro dapat menangkis tendangan Sanji dengan katananya. Kemudian…laga bodoh itu berlanjut. Kedua makhluk yang tak pernah akur ini bertengkar tak mempedulikan bahwa mereka tengah berada di keramaian kantin. Apalagi saat itu jam menunjukkan pukul 11 siang, dimana perut-perut manusia normal ( dibandingkan perut elastic Luffy ) berteriak-teriak minta diisi. Maksudnya jam-jam segitu para penghuni kantin mulai bermunculan, padet banget kayak toko yang baru membuka midnight sale.

"Huahahaha…." Luffy terbahak-bahak melihat kelakuan duo sohibnya yang tingkahnya seperti tom dan jerry kalau bertemu. Para penghuni kantin pun hanya bisa sweatdrop melihat pertunjukan di depan mereka, membuat selera makan mereka menguap hilang entah kemana.

BLETAK! BLETAK!

Tiba-tiba dua pukulan maut tepat mengenai kepala Zoro dan Sanji, membuat dua orang bodoh ini tepar di lantai. Zoro langsung bangkit dari keadaan sakit wal sekaratnya dan memegang kepalanya yang benjol dan berasap kayak gunung Merapi yang mau meletus.

"Ugh…Siapa sih ini? Enak aja main pukul orang. Sini loe kalau berani, hadepin gue face to face. Jangan main belakang gini dong. Huh…Kurang ajar!" bentak Zoro sambil menatap ke depan, berusaha mencari penyebab benjol di kepalanya. Tapi tiba-tiba saja nyalinya jadi ciut saat melihat sosok orang yang memberikan ia bogem mentah di kepala hijaunya itu.

"Apa loe liat-liat? Mau gua naikin bunga utang loe?"

Ya, siapa lagi orang yang hobinya ngomongin bunga utang dengan Zoro kecuali Nami. Nami menatap Zoro dengan horror membuat Zoro mengeluarkan bulir-bulir keringat di sekujur tubuhnya.

'Hi…serem banget. Mendingan gue milih bertarung ama Mihawk atau Kuma aja daripada harus menghadapi wanita iblis bin lintah darat ini', pikir Zoro sambil memandang Nami yang masih mengeluarkan tatapan kematiannya.

"Nami swaaaan….Ternyata itu kau. Pukulan cintamu ini semakin membuatku jatuh cinta padamau," tiba-tiba Sanji bangkit sambil melakukan jurus tornado cintanya sambil membentuk symbol cinta dengan kedua tangannya.

"Hah…Iya-iya Sanji-kun," Nami hanya bisa menghela nafas jika harus menghadapi pria pecinta wanita yang satu ini. Kekerasan apapun tidak akan berpengaruh pria satu ini, sebab apapun yang ia lakukan pada Sanji, Sanji akan menerimanya dengan senang hati seolah-olah Sanji adalah budak cintanya.

"Nami, kok kamu dah keluar? Kuliahnya udah selesai?" tanya Luffy tiba-tiba.

"Iya, gara-gara kelakuan kalian berdua, suasana kelas jadi gak kondusif tau? Profesor Garp juga jadi kehilangan selera mengajar gara-gara cucunya gak merhatiin dia waktu dia ngasih kuliah!" protes Nami sambil berkacak pinggang ke arah Luffy.

Padahal….

Flashback

Professor Garp segera masuk ke ruang kelas setelah melempar Luffy dan Zoro jauh-jauh. Namun belum ia sempat duduk di kursi dosen, Garp teringat sesuatu. Ia segera menatap tajam Nami yang sedang asyik menghitung bunga hutang dengan potongan lidi.

"Hai…Kau gadis berambut orange!" tunjuk Professor Garp ke arah Nami.

"Ah…Iya Prof!" Nami mendadak menghentikan hobinya dan menatap Professor Garp dengan gugup.

"Kau kan bukan mahasiswa di fakultas ini. Kau anak Geografi temannya Luffy kan?" kata Professor Garp berusaha mengingat-ingat.

"Oh…Maaf Prof. Sepertinya saya salah kelas. Saya seharusnya masuk kuliah Akuntansi III Prof!" jawab Nami berusaha ngeles sembarangan.

'Itu kan mata kuliah di jurusan Akuntansi fakultas ekonomi kan?', batin Professor Garp sweatdrop.

"Tapi ini…" kalimat Professor Garp terpotong oleh perkataan ( baca:ngeles ) Nami.

"Oh…Sepertinya saya salah masuk fakultas lain Prof. Kebetulan fakultas ekonomi dengan FISIPOL berdekatan. Hehe..Maaf ya Prof!" pinta Nami sambil merapatkan kedua tangannya. Nami segera menarik Usop yang ada di sampingnya keluar ruangan. Usop pun berjalan sambil berjingkat-jingkat seperti pencuri yang takut membangunkan pemilik rumah.

"Heh…Hidung panjang!" kata Professor Garp menghentikan langkah Usop. Usop langsung menghentikan langkahnya dengan keadaan was-was. Keringat mulai mengalir dari tubuhnya.

"Ah…Iya Prof," Usop membalikkan punggungnya dan sekarang ia sedang berhadapan dengan Professor Garp.

"Kau hidung panjang. Kau juga bukan mahasiswa fakultas ini kan? Tapi kenapa wajahmu terlihat familiar ya?" Professor Garp mulai menerka-nerka kembali siapa lagi (?) orang asing yang menyusup masuk ke kelasnya.

"Saya adalah mahasiswa yang mengambil kuliah lintas fakultas Prof!" jawab Usop dengan sigap.

"Oh…Begitu. Kau dari fakultas mana?"

"Teknik Kimia," jawab Usop ragu-ragu sambil menatap Professor Garp.

"Baiklah. Ikut aku ke kantor jurusan untuk mengurus dokumenmu!"

"Ha?" Usop terbelalak kaget, tidak mengira kebohongannya akan berujung dengan permasalahan baru.

"Mmm…saya mau mengambil surat ijin dari fakultas saya dulu ya Prof. Setelah itu saya akan ke sini lagi", tawar Usop berusaha mengelak dari situasi.

"Baiklah. Aku akan menunggumu sampai jam dua siang nanti."

"Ba-Baik! Kami permisi dulu Prof. Maaf mengganggu kuliah anda. Permisi Prof," jawab Usop sambil berpamitan. Ia lega sekali bisa keluar dari situasi tegang ini.

Usop kemudian buru-buru pergi dengan Nami meninggalkan kelas Professor Garp.

"Lain kali kita jangan ikut kuliah Professor Garp lagi ya Nami? Sudahlah, lebih baik kita hentikan hobi aneh kita, menyusup ke kelas orang lain di setiap fakultas."

"Iya. Wajah kita sudah tercemar begini. Aku tidak punya muka lagi kalau harus kembali ke kelas itu."

Usop mengangguk setuju mengiyakan perkataan Nami. Memang sebaiknya begitu. Sudah 12 kali mereka berdua masuk kelas Professor Garp, baru kali ini beliau sadar kalau ada penghuni asing di kelasnya. Kalau nanti mereka nekat masuk lagi, bisa-bisa mereka di drop out dari kampus. Peraturan universitas ini ketat banget sih.

"Kalau begitu…" kata Nami menggantung.

"Ah…Iya?Ada apa Nami?" tanya Usop penasaran.

"Kita sebaiknya menyusup ke kelas lain. Misalnya di kelas Chooper. Di sana banyak mahasiswa yang membutuhkan bantuanku untuk membiayai kuliah kedokteran mereka yang mahal itu!" kata Nami bersemangat.

'Oi…Oi…Kau mau mencari mangsa baru untuk memenuhi buku hutangmu itu ya?' pikir Usop ngeri sambil melihat mata Nami yang berubah menjadi kurs Bery.

"Eh…lihat. Di kantin ada Luffy dan….Dua orang bodoh yang sedang bertengkar," ucap Usop sweatdrop sambil menunjukkan telunjukknya ke arah kantin.

"Hhh…Lagi-lagi membuat keributan di depan umum. Mereka tidak punya urat malu ya?"

Usop mengangguk-angguk setuju.

"Ayo kita ke sana!" ajak Nami.

"Hhh…Baiklah," jawab Usop malas-malasan. Mereka berdua pun menuju ke arah kantin dengan Nami yang sudah menyiapkan kuda-kuda untuk menghajar Sanji dan Zoro.

End of Flashback

Kembali ke kantin lima menit kemudian…

"Shishishishi…Bosen sih," jawab Luffy tanpa beban setelah ditanya Nami yang emosian.

"Luffy, denger ya…" tiba-tiba kalimat Nami terpotong oleh kedatangan Pak Zeff yang membawakan pesanan monster Luffy.

"Ini rendangnya mas…" Pak Patty mengantarkan rendang 20 kilo pesenan Luffy dengan gerobak yang biasa dipakai buat ngangkut semen dan pasir.

"Woa…pesenan gua dateng! Saatnya rendang party!" teriak Luffy sambil mengangkat sendok dan garpu di kedua tangannya. Matanya pun berubah menjadi rendang ditambah dengan tumpahan air liur yang membanjiri kantin setinggi lutut orang dewasa. Terlihat para penghuni kantin kelelep Saudara-saudara! Palang Merah pun datang dengan perahu karet, berusaha menyelamatkan korban akibat perbuatan bejat Luffy ( lebay mode on ).

Nami pun hanya bisa menghela nafas melihat kelakuan teman-teman cowoknya yang super bego dan gak tau diri itu. Terutama Luffy. Saat Nami akan menyinggung masalah Luffy dan Profesor Garp khususnya. Duh, aneh deh. Masak kakeknya yang professor di universitas terkenal, bisa punya cucu yang jadi mahasiswa dengan IP Nasakom ( nasib satu koma gitu lho ). Begitu pikir Nami prihatin.

"Nami…Lebih baik kita makan siang juga. Aku sudah kelaparan" pinta Usop dengan muka memelas.

Kini giliran Nami yang mengangguk-angguk setuju.

'Lelah sekali menghadapi trio monster ini. Mereka benar-benar merusak selera dietku. Sekarang yang tersisa hanyalah selera makanku. Sial. Dietku gagal hari ini!' sesal Nami di dalam pikirannya sambil melihat Sanji dan Zoro yang tadi ia 'lerai' kembali ke bentuk semula. Terlihat Sanji dan Zoro masih melanjutkan 'rutinitas' mereka setiap kali mereka bertemu.

'Huh…Bodo amat lah dengan mereka!' Nami menyerah dengan keadaan kali ini. Ia pun segera memesan orange jus untuk mendinginkan otaknya dulu.

Di bawah pohon cemara

Luffy dan teman-temannya bernyanyi

Bersiul-siul sepanjang hari

Dengan tak jemu-jemu….

Saat itu tengah hari. Jam dinding sebesar jam stasiun di Water 7 yang dipasang dipergelangan tangan Nami menunjukkan pukul 12.00 waktu New World. Kalau siang-siang bolong begini hawanya biasanya panas, apalagi di New World baru ada kejadian langka dimana kakak Luffy yang bernama Ace meledakkan pabrik minyak tanah di dekat universitas New World karena sedang berkelahi dengan Akainu yang waktu itu gak sengaja bawa pemantik api ke pabrik minyak goreng deket pabrik minyak tanah.

Flash back

Kemarin siang jam 12 lewat 12 menit detik ke-12 ( siapa sih ni yang gak punya kerjaan ngitungin waktu? ) di sebuah jalan di kawasan pabrik New World, terlihatlah sesosok anak muda berusia sekitar 20 tahunan berhadap-hadapan dengan seorang pria setengah baya dengan baju kumal bertuliskan 'BURONAN MERTUA.' Anak muda itu adalah Ace, kakak Luffy sedangkan pria setengah baya itu bernama Akainu. Entah mengapa waktu bertemu Ace, Akainu menantangnya berduel layaknya koboi. Usut punya usut, Akainu ini adalah musuh bebuyutan Ace, sebab Ace pernah berhutang makanan dengannya di Rumah Makan 'Kalau Makan Musti Bayar Lunas', sampai dua tahun belum di bayar-bayar juga. Ternyata uang itu akan digunakan Akainu sebagai modal jualan minyak goreng. Akainu ini adalah tukang minyak goreng di komplek perumahan East Blue tempat Luffy dan Ace bersuaka ria. Tiap hari kerjaannya bilang, "Minyak…Minyak…." Ace sering jadi langganan Akainu. Minyaknya sih bukan buat goreng-goreng apa gitu, tapi buat kerokan soalnya harga balsem sekarang muahaaalll. Ya gitu deh, pas ketemu Ace, Akainu gak bisa menahan dendam kesumatnya selama dua tahun dan terjadilah perkelahian itu. Lagi asyik-asyiknya berkelahi, eh pemantik api yang di bawa Akainu kelempar tepat di tong minyak tanah yang guede buanget. Lalu adegan selanjutnya seperti film-film eksyen yang ada bangunan meledak gitu. Efek ledakannya…Ya hawa di sekitar pabrik itu jadi panas banget. Mr 3 mahasiswa senior yang sepuluh tahun gak lulus-lulus dari universitas New World pun meleleh gak karuan, sampai-sampai ia harus di bawa ke Imple Down buat pengobatan ( lho, salah ya? Ini kan penjara).

End of flash back

"Buset…panasnya mak nyusss…" keluh Luffy sambil menyeka keringatnya yang bercucuran kayak air bah. Usop terpaksa pontang-panting ambil ember dari tukang kebun buat nampung keringat nista Luffy.

"Kalian dah pada mikirin mau KKN kemana belum?" tanya Franky sambil meneguk botol Cola 1,5 liternya yang SUPER~menurut ukuran Franky.

"Masih lama kan? Tapi aku mau KKN di All Blue," jawab Sanji dengan mata berbinar-binar. Sanji yang sejak SD ini sudah memimpikan pergi ke All Blue yaitu tempat di suatu kepulauan dimana seluruh ikan berkumpul dari pertemuan dua benua dan dua samudra ( lho, ini All Blue apa Indonesia? ). Sanji yang hobinya memasak ini akhirnya memutuskan kuliah di Jurusan Tata Boga dan berusaha mewujudkan keinginan untuk membangun restoran.

"Kalau aku tentu saja ke tempat yang SUUPEERR!" Franky memperagakan gaya noraknya. Teman-temannya pun jadi sweatdrop.

"Kalau Nami-swan mau kemana? Apakah Tuan Putri mau mengikuti hamba yang hina ini ke All Blue?" tawar Sanji berlutut di depan Nami sambil mencoba mencium tangan Nami. Tapi…

'DUAK…!'

Sebuah pukulan telak mendarat di wajah Sanji, menerbangkan pria berambut pirang ini sejauh mata memandang.

"Hmm…Aku masih bingung. Banyak tempat di Grand Line yang menarik dengan letak geografisnya yang memiliki keunikannya sendiri-sendiri. Tapi sepertinya aku ingin KKN di Skypea saja."

"Skypea? Lalu bagaimana caranya kau ke sana Nami? Daerah itu terpencil sekali. Butuh lima hari perjalanan dan kau harus berganti transportasi darat minimal sepuluh kali ditambah dengan transportasi air sebanyak lima kali untuk masuk ke daerah pedalamannya," timpal Usop yang kini sedang menyiram tanaman dengan air keringat Luffy yang ia tampung tadi.

"Hontou?" Chooper membelalakkan matanya. Ia tidak bisa membayangkan apakah ia sanggup mengalami perjalanan panjang dengan berbagai macam transportasi itu. Di Kecamatan Drum tempat tinggalnya, ia hanya memakai satu alat transportasi saja yaitu kereta luncur untuk bepergian.

"Kalau ingin naik dengan sekali jalan kau harus menggunakan pesawat, tapi harganya mahal sekali sebab tempatnya terpencil seperti itu. Penerbangan yang paling terjangkau cuma penerbangan Knock Up Stream. Tapi fasilitasnya minim sekali," timpal Franky ikut-ikutan nimbrung.

"Iya, itu benar. Aku dengar penerbangan itu juga sering mengalami kecelakaan. Terakhir yang kudengar penerbangan Knock Up Stream mengalami kecelakaan di Florian Trianggle. Bangaki pesawatnya saja belum ditemukan, apalagi penumpangnya", ujar Sanji yang kini memasang mimik serius sambil menyalakan korek api (cerita malem jumat kliwon mode on).

"WOAAA…Kowai! Nami, kau jangan naik penerbangan Knock Up Stream ya?" ketakutan Chopper semakin men jadi-jadi. Tubuhnya pun gemetaran dengan kekuatan 7,5 skala richter.

"Daijobu…Aku tinggal naik pesawat Wyper saja," ujar Nami dengan yakin sambil melirik Robin yang sedari tadi anteng mendengarkan keributan teman-temannya yang jauh lebih muda itu. Robin hanya tersenyum penuh arti kepada Nami dan membuat yang lainnya menjadi semakin penasaran.

"Pesawat Wyper. Itu kan perusahaan penerbangan yang bonafit. Memangnya kau punya banyak uang Nami? Jangan-jangan uang itu berasal dari bunga hutang yang kau tagih dari Zoro?" tanya Luffy cari penyakit.

Nami pun mengeluarkan tatapan kematiannya, berusaha mengintimidasi Luffy. Muka Luffy pun pucat pasi membayangkan kejadian buruk yang akan menimpanya. Dan benar saja. Sejurus kemudian Luffy pun mendarat dengan bagian kepalanya dulu yang menancap di tembok. Usop pun sekarang mendapatkan pekerjaan tambahan lagi : mengeluarkan kepala Luffy yang menancap kuat di dinding.

"Ugh…Susah sekali. Aku tidak yakin bisa melepaskanmu Luffy!" Usop terlihat berusaha sekuat tenaga menarik Luffy dengan memegang ke dua kaki Luffy.

"Jangwwwan becwwwwandwwa Usswwwooop. Kweeelwwuarkwwan akwwu, akwuuu mwwwassih ingwwwin mwwakan dwwagwing lwwebwwih bwwanywwak lwaagwwii…! ( translate: jangan bercanda Usop. Keluarkan aku, aku masih ingin makan daging lebih banyak lagi )

"Mundurlah Usop. Akan kutangani masalah kecil ini," tiba-tiba Zoro menepuk pundak Usop sambil memegang katana di tangan kanannya.

"Zzzoo…Zzzzoro! Jangan bercanda Zoro. Tenangkanlah dirimu!" Usop berusaha menahan Zoro yang tampak menyiapkan kuda-kuda, bersiap-siap memotong leher Luffy.

"Kau gila ya rambut rumput?" teriak Sanji yang sepertinya sudah kembali dari tinju maut Nami. Sanji langsung berlari ke arah Zoro bersiap menghentikan aksi gila Zoro, atau lebih tepatnya menyerang Zoro seperti biasa.

Zoro kelihatannya sedang mabok katana. Apa pun kejadian yang ada di hadapannya, ingin ia selesaikan dengan kemampuan berpedangnya.

Flash Back

Maklum saja, sejak kecil Zoro terobsesi dengan katana dan sudah masuk padepokan kendo Taplak Merah sejak umur delapan tahun. Zoro yang berbakat memainkan pedang dan terlatih dengan baik sejak kecil sering mengikuti kompetisi kendo dan sering pula menjadi pemenang dalam kejuaraan kendo. Zoro akhirnya bisa masuk kuliah di Universitas New World tanpa tes sebab ia memperoleh beasiswa prestasi. Ini tentu saja berkat kesuskesan yang diperolehnya melalui juara kendo tingkat nasional dan internasional yang diraihnya. Khusus untuk kejuaraan kendo tingkat internasional, Zoro hanya bisa memperoleh medali perak. Hal itu wajar saja, sebab baru pertama kali itu Zoro mengikuti ajang kompetisi internasional. Dan dalam kompetisi internasional itu, Zoro mendapatkan rival baru selain Sanji, yaitu Juraquille Mihawk sang pemenang medali emas. Zoro menjadikannya rival bukan karena iri atau tidak terima bahwa selama ia mengikuti kompetisi kendo selalu menerima medali emas dan kali ini pertama kali dalam hidupnya ia mendapatkan medali perak. Zoro menganggap Mihawk rivalnya sebab baru kali itu ia menghadapi lawan tangguh di babak final seumur hidupnya. Saking terobsesinya Zoro memutuskan akan kuliah satu fakultas dengan Mihawk yaitu di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik ( lho, kok jadi mengarah yaoi? ). Mihawk saat ini udah masuk semester akhir di jurusan Ilmu Pemerintahan sedangkan Zoro karena tuntutan birokrasi beasiswa akhirnya masuk di jurusan Ilmu Sosiologi. Gak disangka Zoro satu jurusan dengan Luffy. Ya, jadilah mereka berdua sohiban dari semester awal sampai semester empat sekarang ini.

Untuk catatan saja, sebenarnya Zoro juga sempat mendapatkan kesulitan melawan salah satu peserta di babak semi final walaupun pada akhirnya Zoro bisa menang telak. Dan peserta itu hanya mendapatkan medali perunggu di bawah peringkat Zoro. Peserta yang satu ini malah menganggap Zoro sebagai rivalnya, sedangkan Zoro menganggapnya sebagai salah satu lawan tangguh yang bisa membuatnya salah tingkah. Nama peserta itu adalah Tashigi. Wajahnya mirip teman perempuan Zoro waktu masih satu padepokan kendo Taplak Merah, Kuina. Waktu masih berumur 8 tahun, Kuinalah rival pertama Zoro. Kuina juga memiliki cita2 yang sama dengan Zoro: ingin menjadi juara dunia kendo. Tapi sayang, Kuina meninggal saat berumur sepuluh tahun karena terkena penyakit leukemia.

End of Flash Back

Selagi dua makhluk idiot ini berkelahi, teman-teman Luffy membantu Usop menarik tubuh Luffy. Nami sang penyebab keonaran ini pun merasa bersalah dan ikut membantu menarik tubuh Luffy yang tersangkut di tembok.

"Huah…akhirnya aku bisa bernafas. Terimakasih Tuhan!"

Luffy bersujud syukur sambil menangis haru seperti anak-anak sekolah yang berhasil lulus UAN walaupun dengan nilai pas-pasan. Teman-teman Luffy pun sweatdrop melihat kelakuan Luffy yang super Alay itu.

"Kenapa aku harus dikelilingi pria-pria bodoh? Apa salahku Tuhan?" Nami menangis komikal melihat situasi seperti ini berungkali harus ia alami walaupun ia sadari atau tidak, sebagian besar juga karena ulahnya sendiri yang hobi melakukan KDRT kepada trio monster itu.

"Sudahlah Nami…" ucap Robin sambil mengelus pundak Nami dengan lembut.

"Hiks….Arigato nii chan. Kau adalah satu-satunya orang waras di antara orang-orang dungu ini. Entah kutukan apa yang menimpaku sampai-sampai aku harus menghadapi gerombolan sirkus ini," Nami masih menangis komikal sambil menatap kakaknya yang cantik itu dengan wajah penuh keprihatinan, meminta belas kasihan.

'Aku rasa karena kau suka memeras orang dengan tabiat lintah daratmu itu,' batin Usop, takut kalau Nami mendengarnya ia akan bernasib sama dengan Luffy. Ia takut jika hidungnya yang super mancung itu tiba-tiba jadi pesek karena harus nyungsep di tembok. Ia kan tidak ingin hidungnya bernasib sama dengan Sulak, comedian di Operasi van Jawa. Apalagi Kaya, girls the next doornya suka menertawakan hidung Sulak dan menjadikannya bahan candaan untuk mengimbangi komedi Usop yang full of kebohongan.

"Apa loe lihat-lihat? Mau ngatain gue juga?" Nami sepertinya merasa Usop menjelek-jelekkannya di belakang.

"Ugh…enggak kok Nami. Eh iya, tadi ceritamu sampai mana? Katanya kamu mau naik penerbangan Waver ya? Kok bisa?" Usop mulai mengalihkan pembicaraan. Ia berharap bisa Nami terkecoh dengan triknya ini, walaupun kecil kemunginan.

"Oh…itu ya," wajah Nami tiba-tiba berubah sumringah. Usop tidak percaya jika trik ceteknya bisa mengecoh Nami.

"Aku mendapatkan tiket gratis penerbangan Waver PP Skypea-Kokoyashi, dari Conis. Conis kebetulan adalah pramugari first class di penerbangan Waver," ujar Nami dengan mata berbinar-binar.

Sanji yang tengah bertarung dengan Zoro pun menghentikan pertarungannya saat melihat wajah dan mata Nami yang ber binar2. Matanya sendiri berubah menjadi bentuk cinta. Sanji pun berputar-putar mengeluarkan jurus love hurricanenya untuk mendekati Nami.

"Nami swaaan…Kawaiii!"

"Ah…aku?" ujar Franky yang merasa ke-GR-an.

"Apa? Kowai? Hh…iya sih," komentar Usop yang kini pendengarannya berubah menjadi Pak Bolot. Untung saja Nami sedang tidak mendengarnya sebab ia masih terbayang bagaimana enaknya naik penerbangan Waver.

"Baka…Tentu saja yang imut itu Nami swan ku. Iya kan Nami swaaan…?"

Sanji lagi-lagi melakukan adengan pangeran-yang-berlutut-di-depan-putri-raja. Rupa-rupanyanya ia tidak kapok dihajar oleh Nami sebab Sanji menganggap itu adalah 'pukulan cinta' Nami.

"Nami swan…tidak heran mengapa beberapa hari ini saat aku menatap langit malam, langit terasa sendu sebab tidak ada bintang-bintang bertaburan di langit. Ternyata bintang-bintang itu ada di matamu Nami swan," gombal Sanji melancarkan rayuan tahun '90 an yang sudah sangat outlist.

"AHO….Tentu saja beberapa hari ini tidak ada bintang. Sekarang kan musim hujan. Langit sedang mendung. Jangan-jangan otakmu juga ikutan keriting seperti alismu ya?," Zoro memulai lagi menaruh api di atas genangan minyak tanah ( eh…ini kiasan antara Ace dan Akainu ya?)

"Temae…!" Sanji menggertak dengan tatapan membunuh ke arah Zoro

'Belum puas juga kau rupanya marimo. Akan kuhabisi kau sekarang,' Sanjipun membulatkan tekadnya di dalam hati.

Robin sebenarnya ingin menghentikan pertarungan kedua laki-laki tak tahu diri itu. Tapi ia bingung apa yang harus ia lakukan. Nasihat mungkin hanya akan ditanggapi oleh Sanji, tapi itu mungkin hanya sebentar, sebelum Zoro mengalihkan perhatian lagi untuk mengajak Sanji 'berduel' kembali.

'BLETAKKK!'

'BLETAKKK!'

Dua musuh bebuyutan ini pun tumbang di tangan Nami.

"Fufufufu…"

Robin mau tak mau hanya bisa tersenyum geli dan…..lega barangkali.

"Huh…gak ada habis-habisnya. Lebih baik mereka berdua pingsan begini. Kalian jangan coba-coba ikutan. AWAS SAJA!" ancam Nami sambil menunjukkan kepalan tangannya ke arah Luffy, Usop, Franky dan Chooper.

'Hi…serem!,' pikir mereka berempat sama.

"Ba…Baik!" jawab mereka berempat pun secara bersamaan.

"Mmm..Ano. Memang Conis boleh membagikan tiket penerbangan Waver PP begitu saja?" sepertinya Usop masih penasaran bagaimana cara Nami memperoleh tiket pesawat paling bonafit di Grand Line.

"Tentu saja tidak," jawab Nami datar namun dengan ekspresi licik.

"Lalu bagaimana kau bisa mendapatkannya cewek?" tanya Franky juga penasaran.

"Jangan panggil aku cewek Franky. Tapi baiklah, akan kuberitahu."

Empat pria yang tersisa itu pun berlutut di lantai layaknya anak TK yang akan didongengkan oleh gurunya.

"Aku melihat catatan akuntasi penerbangan Waver saat aku sedang membuat tugas kuliah yang diberikan Pak Ganfall dan saat aku mencari data tentang catatan keuangan perusahaan Wyper melalui internet, aku menemukan sesuatu yang menarik," ujar Nami menyingkap tabir misteri yang ditanyakan Usop tadi sambil tersenyum sinis.

Luffy, Usop, Chopper dan Franky pun hanya bisa menelan ludah.

'Sudahlah…aku tidak perlu mendengarkan lagi kelanjutannya,' batin Luffy.

'Nami pasti memeras pihak penerbangan dengan mengeluarkan data yang ia jebol dari internet. Dasar kucing pencuri jadi lintah darat pula. Naas sekali jika harus berurusan dengan Nami,' Franky sepertinya sudah bisa menduga sebelumnya.

"Lalu ia meminta tiket penerbangan gratis sebagai uang pengganti tutup mulut. Hhhh… Kurasa julukan kucing pencuri data sebaiknya diganti dengan iblis pencuri data,' Usop membatin dengan prihatin.

'Hii…Nami mengerikan,' Choper menangis horror di dalam pikirannya.

"Tidak ada yang kalian tanyakan lagi?"

Keempat pria itu pun menggeleng-gelengkan kepala dengan kencangnya.

"Tapi aku masih kalah dengan Robin nii chan. Robin nii chan mendapatkan tiket pesawat ekslusif dari penerbangan Waver seumur hidupnya," ujar Nami agak iri sambil melirik Robin yang lagi-lagi hanya tersenyum manis kepada adiknya ini.

"Aku dengar Robin mendapatkannya karena ia memperoleh beasiswa dari Ohara untuk menunjang perjalanannya melakukan penelitian mengenai Cryptogram. Apakah itu benar Robin?" tukas Franky sambil menenggak cola 1,5 liternya yang kesepuluh.

Robin hanya tersenyum manis menanggapi pertanyaan Franky. Sepertinya senyum Robin sudah cukup untuk menjawab pertanyaan Franky yang jawabannya adalah iya.

"Wow…Kau memang SUUUPERR!" Franky lagi-lagi memeragakan gaya yang…Super(?) itu.

Nami memang tergolong cerdas, sebab dalam tahun ajaran yang sama, ia mengambil dua jurusan sekaligus yaitu di jurusan Geografi Fisik dan Lingkungan di Fakultas Geografi dan jurusan Akuntansi di Fakultas Ekonomi. Namun kepandaian Nami mungkin belum bisa dibandingkan dengan Robin. Robin adalah mahasiswa berprestasi di Universitas New World. Waktu masih pada tahap sekolah, ia sering melompati kelas ( bukan secara harafiah ) dengan kemampuan IQ nya yang dikategorikan istimewa. Saat SMA ia masuk kelas akselerasi. Robin pun berhasil menyelesaikan wajib belajar 12 tahun yang dicanangkan World Goverment hanya dalam waktu enam tahun saja. Ia berhasil masuk Universitas New World dengan beasiswa penuh sampai tingkat S3, sebab Robin sering memenangkan lomba olimpiade sains internasional.

Saat masuk Universitas New World, Robin pun memutuskan mengambil jurusan Arkeologi dan bisa menyelasaikan studi S1 nya dalam waktu tiga tahun. Kemudian S2 hanya ia tempuh dengan waktu 1,5 tahun saja. Singkat cerita, ia menjadi professor termuda sepanjang sejarah di Grand Line. Aokiji, rector Universitas New World sempat meragukan kemampuan Robin sebab menganggap Robin masih terlalu muda untuk mencapai tingkat kecerdasan setinggi itu. Apalagi Robin sempat mengalahkan Aokiji dalam lomba sains antar dosen. Saat itu Aokji sudah meraih gelar doctor, sedangkan Robin saat itu sudah meraih gelar magister dan menjadi dosen ( lagi-lagi ) termuda sepanjang sejarah Universitas New World. Namun akhirnya Aokiji mau berlapang dada mengakui kehebatan Robin dan akhirnya sekarang Aokiji sepertinya menjadi kagum dengan kecerdasan Robin, walaupun ia tidak pernah memperlihatkannya langsung. Maklum, Aokiji ini selain terkenal sebagai rector yang 'pemalas' dalam berdinas juga terkenal dengan gayanya yang dingin terutama dalam menghadapi orang ia anggap sebagai rival yang tangguh macam Robin.

"Robin sugoi….Aku suatu hari juga ingin menjadi orang hebat. Aku akan bekerja keras agar suatu hari nanti aku bisa menjadi dokter hebat seperi dokter Hiluluk atau dokter Kureha," kata Chopper dengan mantap.

"Arigato Chooper. Kau juga sangat hebat bisa masuk di Fakultas Kedokteran dengan beasiswa penuh. Padahal umurmu baru 16 tahun," kali ini Robin bicara panjang lebar dengan Chooper, orang yang memiliki hobi sama sepertinya: membaca buku.

Tiba-tiba pipi Chooper bersemu merah kemudian ia menari-nari bahagia.

"Bayakaro…Aku tidak mungkin senang kau puji begitu Robin!"

"Ah…Chopper, kau sendiri mau KKN dimana?" tanya Luffy bersemangat saat melihat tekad Chopper tadi.

"Mmm…Aku ingin KKN di pedalaman saja. Kalau di pedalaman kan masih banyak masyarakat yang membutuhkan bantuan medis yang tidak terjangkau. Misalnya di Kabupaten Namakura!" jawab Chopper mantap.

"Shishishi…Aku kagum padamu Chopper," Luffy pun menepuk pundak Chopper.

"Bakayaro…aku tidak mungkin senang dipuji olehmu Luffy. Dasar bodoh. Sial…aku dipuji dua orang sekaligus. Aku benar-benar tidak senang. Baka!" Chopper pun melakukan noodle dance sambil mengumpat.

"Kalau kau Usop?" sekarang giliran Usop yang diinterogasi Luffy.

Usop yang masuk jurusan Teknik Kimia ini hanya bisa garuk-garuk kepala.

"Yang penting bukan tempat yang menakutkan seperti Thriller Bark," jawab Usop sambil bergidik ngeri membayangkan Thriller Bark, kuburan masal tempat dimana ia pernah di OSPEK saat masih menjadi mahasiswa baru.

"Hahahaha…." Luffy tertawa terbahak-bahak mengingat petualangannya saat masih menjadi mahasiswa baru dulu.

"Kau sendiri Luffy? Kau mau KKN kemana?" tanya Franky penasaran yang kali ini tengah membuka botol colanya yang kesebelas.

"Tentu saja ke Raftel!" jawab Luffy tegas.

"Tapi sebelum kalian berencana untuk KKN, bukankah kalian harus menyelesaikan ujian-ujian terlebih dulu. Sebentar lagi ada ujian akhir kan? Apa kalian sudah belajar?" Robin tiba-tiba 'merusak' suasana dengan gaya Profesornya yang tiba-tiba muncul, seolah-olah sedang memarahi mahasiswanya yang belum menyelesaikan skirpsinya bertahun-tahun.

'Siiiiiing…..'

Angin kencang dengan kecepatan 356 km/jam pun datang menerbangkan perasaan bahagia Luffy dkk dan menggantikannya dengan perasaan horror yang menjadi-jadi…UJIAN? TIDAAAAAK!

Inilah fanfiction pertama saya.

Masih seputar perkenalan tokoh-tokoh aja dulu sih, buat jelasin keberadaan masing-masing tokoh terutama Mugiwara cru masing-masing ada di jurusan mana aja. Jadi, jalan ceritanya belum terlalu kelihatan dan chemistry Luffy dan Nami memang belum author buat.

Penempatan jurusannya aku sesuaikan dengan kemampuan atau ketertarikan masing-masing tokoh terhadap suatu bidang, misal Sanji suka masak cocoknya di jurusan Tata Boga, Robin emang udah dari sononya masuk jurusan Arkeologi atau Chopper yang sudah pasti masuk Kedokteran, Nami yang mahfum soal peta paling cocok masuk Geografi plus dia yang mata duitan cocok juga masuk Akuntansi. Kalau Nami ambil dua jurusan sekaligus bisa dimaklumi kan dengan tingkat kecerdasannya yang sudah dikenal seantero One Piece? ^_^

Kalau Usop masuk Teknik Kimia karena dia suka bikin peralatan tempur yang unik-unik. Ya, di pas-pasin aja lah ( maksa mode on ).

Kalau Franky karena gak ada jurusan perkapalan, aku masukin di Jurusan Teknik Mesin karena hobinya yang suka bikin battle ship dan bisa membentuk tubuh cyborgnya sendiri ( di kasih Strong Right dan Fresh Fire ama Franky. Badan Author jadi penyok dan gosong-gosong karena gagal mencarikan jurusan perkapalan )

Yang lain menyesuaikan situasi-kondisi kayak Zoro dan Luffy.

Untuk kasus Luffy, author ceritakan di lain hari aja ya?

Tokoh-tokoh lain di One Piece akan segera menyusul dengan jurusan atau jabatannya masing-masing di chap mendatang.

Jangan lupa di review ya.

Kalau gak di review, ceritanya gak akan author terusin lho!

( mengancam sambil memegang katana Zoro dan mengarahnya ke tenggorokan Sanji)

Sanji : Lho, kok gue di bawa-bawa? Kalau mau bunuh diri, bunuh diri sendiri aja sana. Dasar author gak jelas!

Author : Ya iyalah ke arah Sanji, kan nama gue Dark Leg Sanji. Bakayaro…!

Sanji: Oh gitu ya…Gomen ne.

Brook: Kapan saya akan muncul?

Author : Mmm…*mikir lama*

Mungkin chapter depan ya?

Brook: Baiklah. Saya tidak akan terlalu banyak mengeluh, asalkan saya boleh tahu apa warna celana dalam Author hari ini?

*bletak*

Brook akhirnya 'tewas' akibat tendangan author

Brook: Ah…Mati aku. Tapi aku kan sudah mati. Yohoho…Skull Joke!

Heheheh…Sekian dulu ya?

Tolong di review ya

Kalau bisa jangan ngeflame, kecuali layanan ini adalah layanan berbayar ^_^