Disclaimer: Naruto milik Masashi Kishimoto
Genre: Hurt/Comfort & Romance
Pairing: ShikaIno
Warning: AU, Ooc, typo(s), maybe multi pov dan kesalahan lainnya
.
Don't Like Don't Read
Happy Reading :)
.
Aku Tidak Selingkuh
Chapter 1
.
.
Hari ini adalah hari yang melelahkan, aku harus membantu kaa-san menyiapkan pesanan yang sedang melonjak, patut saja karena sebentar lagi adalah hari pergantian tahun. Jadi, banyak orang yang berbondong-bondong memesan parcel kepada kaa-san. Sudah hampir satu minggu aku menginap di rumah kaa-san, jadi, aku putuskan hari ini untuk pulang ke rumah bersama satu anakku, Nara Shiku.
Jam sudah menunjukan pukul delapan malam, aku bersama Shiku bergegas pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, aku dan Shiku menyalakan televisi dan mencari acara malam yang sekiranya bisa menemani kami menunggu kantuk datang. Namun, tiba-tiba ada suara motor di luar seperti memasuki pekarangan rumahku, disusul ketukan pintu rumah dari luar.
Dengan berat hati, aku pergi ke arah depan untuk membukakan pintu dan melihat siapa yang datang malam-malam begini. Mataku membulat sempurna saat melihat sosok Sai sedang tersenyum ke arahku. Untuk apa Sai datang ke rumah malam-malam begini, aku melihat sekitar takut-takut ada tetangga yang melihat dan membuat fitnah yang tidak-tidak.
"Mau apa kau ke sini?" tanyaku pelan kepada Sai, aku tak mau ada gosip yang beterbangan mengenai kedatangan Sai pada malam hari begini, lagipula Shikamaru-suamiku-akan datang besok pagi.
"Kita bicarakan di dalam saja ya," jawab Sai sambil memasuki dirinya ke dalam rumahku ini.
Sai adalah mantan pacarku dulu, dia sekarang sudah memiliki istri yang cantik dan juga memiliki satu anak. Beberapa hari ini aku memang sering berkirim-kirim pesan singkat dengannya lewat handphone. Namun, aku tak menyangka dia akan datang ke rumahku di malam hari begini, lagipula rumahnya dengan rumahku cukup jauh.
Aku pun mempersilakannya duduk dan menemaninya, Shiku datang ke arah ruang tamu, dimana aku dan Sai sedang duduk berdiam diri. Shiku dan Sai memang sudah saling kenal, bahkan anak Sai berteman dengannya, jadi, dia tak heran melihat kedatangan Sai ke rumah.
"Kaa-chan, Shiku mau tidur duluan ya, sudah ngantuk nih." Shiku meminta izin untuk tidur kepadaku, aku pun hanya menganggukan kepala pertanda membolehkan apa yang dia ucapkan tadi. Hening meliputi atmosfer di sekitar aku dan Sai, aku menunggu Sai untuk memulai pembicaraan karena memang yang sedang ada perlu adalah dia.
Satu menit, dua menit berlalu begitu saja, tak ada yang berani memulai pembicaraan ini. Aku ingin sekali memintanya untuk pulang, namun, aku tak enak hati, takut dia tersinggung dengan permintaanku itu. Lagipula mana baik seorang perempuan sudah bersuami menerima tamu laki-laki di malam hari begini, bisa mengundang fitnah.
Aku menghela napas dalam-dalam mencoba mengambil pasokan udara sebanyak-banyaknya dan menghempaskannya cepat, aku harap Sai bisa mengerti kalau aku jenuh. Namun, Sai sama sekali tidak peka akan hal itu, ia masih saja setia duduk di tempatnya.
"Sebenarnya ada apa kamu ke sini, Sai?" Aku pun memberanikan diri untuk bertanya padanya. Peduli amat dia akan tersinggung, lagipula seharusnya ia tahu tak boleh laki-laki main ke rumah wanita yang sudah bersuami malam-malam begini, apalagi suaminya sedang tidak ada.
"Hm, aku hanya ingin mengobrol denganmu saja," jawab Sai dengan entengnya. Dia enak sekali berbicara semudah itu, apa dia tidak punya otak, hanya mengobrol katanya, kalau begitu siang juga bisa, kan?
"Hah? ya sudah kalau begitu bisa kan kalau kita mengobrolnya besok pagi saja? Sekarang sudah larut, aku juga sudah ngantuk ingin tidur, hoamm…" Aku menguap kecil, Sai sepertinya mengerti maksudku, hendak ia berdiri dari kursi. Ketukan pintu kembali terdengar.
"Ino…apa kau di dalam?" Aku terlonjak kaget, aku mengenali suara feminim ini, ini suara dari Tenten-san, sepupu Shikamaru. Aku panik bukan main, bagaimana ini, pasti dia akan bepikiran yang tidak-tidak kala dia melihat Sai di dalam. Aku terlalu takut untuk membukanya bahkan hanya untuk sekedar menyahut.
Melihat kepanikanku, Sai pun ikut panik, dia mencari tempat untuk keluar dari rumah dengan mengendap-endap. Sementara Sai sudah keluar dari rumah, aku malah pergi ke kamar Shiku untuk tidur. Aku tak punya nyali untuk keluar dan bertemu dengan Tenten-san, aku memang tak salah, tapi aku takut.
Ketukan dan suara itu terdengar beberapa kali, aku gelisah, aku takut, aku tak melakukan apapun dengan Sai. Dia hanya mengunjungiku sebentar lalu akan bergegas pulang sebelum akhirnya sudah ada orang yang di luar rumah. Kami-sama tolong bantu aku.
Keesokan paginya, aku mendengar banyak suara orang yang sedang mengobrol di perkarangan rumahku. Apa-apaan ini, kenapa rasanya semua orang sedang mengerubungi rumahku. Dengan rasa takutku yang malah semakin menjadi, aku memberanikan diri untuk keluar dari rumah dan melihat ada apa sebenarnya di luar.
Kubuka pintu secara perlahan, mataku membulat sempurna kala melihat semua warga sedang mengerubungi rumahku. Yang paling membuatku tak percaya, Sai sedang dipegangi oleh beberapa orang. Apa-apaan ini, apa waktu malam Sai ketahuan dan tertangkap basah keluar dari rumahku.
"A-ada apa ini?" ucapku membuat semua pasang mata yang berada di luar menatap ke arahku, aku menjadi titik fokus mereka sekarang.
"Cih, berlaga tak berdosa perempuan murahan!" Suara baritone ini sangat aku kenali, ini adalah suara Lee-san, suami dari Tenten-san, kakak sepupu dari suamiku-Shikamaru-. Aku tertohok mendengar ucapan yang baru saja Lee-san keluarkan, aku perempuan murahan katanya. Kami-sama apa salahku sampai aku dicap sebagai perempuan murahan olehnya.
Hampir saja aku tak sanggup membendung air mataku, memang perempuan mana yang tak sakit hatinya kala ia dikatakan sebagai wanita murahan. Tidak, aku harus kuat, Kami-sama tolong kuatkan aku.
"A-apa maksudnya? A-aku, aku bukan perempuan murahan!" ucapku dengan tegas, menampik segala cacian yang ia ucapkan. Dia semakin memandang sinis, tajam dan menusuk ke arahku, "apa perempuan yang sudah bersuami berselingkuh dengan laki-laki yang juga sudah beristri bukan murahan namanya!" ucap Lee-san dengan tatapan meremehkan ke arahku.
Apa berselingkuh katanya? Kami-sama benar saja apa yang aku takutkan semalam sekarang terjadi. "A-aku tidak berselingkuh, sumpah! Kalian hanya salah paham!" Aku kembali melafalkan ucapanku dengan lebih tegas dari sebelumnya. Bukan maksduku untuk membela diri, tapi, nyatanya aku memang tak selingkuh barang sedikitkpun.
"Kau masih mau menyangkal, bahkan lawan mainmu pun sudah mengakuinya." Lagi-lagi Lee-san berkata memojokanku. Dan apa yang dia bilang, lawan main? Maksudnya Sai kah? Apa-apaan itu Sai dia mengakui apa yang tak dia lakukan. Lalu, bagaimana ini Kami-sama, kalau sudah begini, aku susah untuk membela diri, karena Sai sudah memberatkanku dengan berkata berbohong bahwa aku selingkuh denganya.
Aku sudah tak sanggup lagi untuk berdiri, Kami-sama sebenarnya apa yang Kau rencanakan, kenapa Kau memberikanku cobaan yang begitu pelik untuk kuhadapi. Aku pun melangkahkan kaki memasuki kembali rumahku, aku duduk di salah satu kursi yang berada di ruang tamuku ini.
Dengan sisa tenaga yang kumiliki, aku menelepon sahabat karibku, Sakura. Aku harap dia dapat membantu atau setidaknya menegarkanku.
"Sa-sakura tolong ke rumahku sekarang juga, aku, aku membutuhkanmu," ucapku setelah terdengar suara di seberang sana, air mataku sudah tak tertahan lagi. Jatuh dengan sendirinya tanpa aku inginkan.
"Ino! Kau kenapa? ada apa?" Sakura terdengar panik di seberang sana, munkin karena ia mendengar suara tangisanku. "baiklah…aku akan ke sana sekarang juga, tunggu sebentar Ino," ucapnya lagi karena aku tak kunjung merespon ucapannya tadi.
Sedetik setelah ia mengucapkan bahwa ia akan segera kemari ia langsung mematikan sambungan teleponnya. Sakura adalah sahabat karibku sekaligus tunangan dari sepupuku, Namikaze Naruto.
Aku tak kuat benar-benar tak kuat. Aku tak bisa membayangkan bagaimana reaksi Shikamaru-suamiku-setelah sampai di sini. Aku takut dia akan menceraikanku, aku tak salah Kami-sama, ini semua hanya salah paham. Aku mohon Kami-sama, tolong diriku yang begitu rapuh ini, aku tak tahu apa aku kuat menghadapi cobaan yang begitu berat ini.
Bagaimana dengan anakku, Shiku. Bila akhirnya aku berpisah dengan Shikamaru. Kami-sama, apa salahku, sampai kau memberikan cobaan yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Semuanya terjadi begitu saja tanpa aku pikirkan sebelumnya. Aku pun masih mencintai Shikamaru, aku tak mungkin bisa berpisah dengannya.
Air mataku terus mengalir semakin deras, meggenang di pelupuk mata, tumpah dengan sedirinya, aku menangis dalam diam. Kalau seperti ini siapa yang bisa aku persalahkan, apa Sai? Karena dia berkunjung malam-malam tadi malam dan mengaku hal yang tidak-tidak. Atau Lee-san dan Tenten-san? yang sudah tega menuduhku seperti itu tanpa mendengar suaraku dulu.
Shikamaru, pasti dia sebentar lagi akan datang, apa dia akan percaya padaku? Atau dia akan lebih percaya pada keluarganya?
"Kaa-chan, kenapa di luar ramai sekali? Dan kenapa kaa-chan menangis?" Suara Shiku mebuatku langsung menghilangkan jejak air mataku, dia masih berumur tujuh tahun, dia masih belum mengerti apapun.
Aku pun langsung memeluk Shiku dengan sekuat tenaga sambil menciumi kepalanya. Hanya Shiku di sini yang akan menjadi pihakku sekarang. "Tidak ada apa-apa Shiku, sayang," ucapku mencoba menenangkan Shiku, padahal aku memang yang lebih butuh ketenangan.
Tak lama kemudian aku mendengar suara yang sangat aku kenali memanggil namaku dari luar. Suara feminim itu sangat aku kenali, tentu saja, itu adalah suara Sakura. "Kaa-chan, itu seperti suara Bibi Sakura," ucap anakku, Shiku, ternyata dia juga hafal dengan suara Sakura. Tanpa aku minta, Shiku langsung keluar menemui Sakura dan menuntunnya ke arahku.
"Ya ampun, Ino! Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa ramai sekali? Kalau tak salah aku juga tadi lihat ada Sai di luar," ucap Sakura sesaat melihat keadaanku yang berantakan. Aku langsung memeluknya dan menangis di bahuya. Sakura mengusap pelan bahu ringkihku, ia mencoba menenangkanku.
Tangisku semakin menjadi, mencoba mengeluarkan segala kesedihan yang kurasakan yang sebelumnya berusaha aku pendam. Dengan masih posisi yang sama aku menceritakan semuanya pada Sakura. Aku tak tahan lagi rasanya semua tenagaku luntur tanpa tersisa sedikitpun.
Sakura meminta anakku, Shiku untuk mengambil segelas air putih. Lalu, dia menyuruhku untuk meminumnya agar sedikit lebih tenang. Aku pun menuruti perintah Sakura, aku minum sedikit demi sedikit air yang diambilkan oleh Shiku.
"Ino, cepat keluar, ayo kita arak rame-rame ke balai desa, lalu, kita sidang kau dan Sai di sana." Belum juga ketenanganku hilang, suara dari luar membuat aku tertohok, sebegitu hinanya kah aku sampai aku akan diarak oleh mereka. Memang apa salahku, sudah kubilang tadi, aku tidak selingkuh, ini semua hanya salah paham.
Aku semakin memeluk Sakura, tidak, aku tidak mau diarak, aku tak salah. Kami-sama tolong diri ini, Sakura yang seolah mengerti pun balik memelukku dengan erat. Ia kembali mengusap punggungku sambil tak lelahnya mengucapkan frasa 'tenang Ino, tenang.'
Lee-san memasuki rumahku dan menggeretku untuk keluar dari rumah, aku terus memegangi lengan Sakura. Kenapa Lee-san tega memperlakukanku seperti ini, bagaimanapun juga aku adalah sepupu iparnya. "Sakura tolong, aku tak mau…aku tak salah…AKU TIDAK SELINGKUH!" ucapku teriak-teriak.
"Lee-san tolong hentikan! Ino manusia bukan hewan! Tak seharusnya kau memperlakukannya seperti itu!" ucap Sakura dengan tegas, ia membangunkanku dan membantuku berdiri kembali. Ia membelaku dengan sekuat tenaga yang ia miliki. Ia memang sahabat yang selalu bisa aku andalkan.
"Kau tak usah ikut campur Haruno-san! Ia pantas diperlakukan seperti itu! dia sudah selingkuh!" teriak Lee-san kepada Sakura, tapi, Sakura tak takut sedikitpun, ia malah mendecih mendengar ucapan Lee-san barusan.
"Cih, lihat istrimu Lee-san, bahkan dia lebih sering berjalan dengan laki-laki lain! Jangan sok suci," ucap Sakura sambil mendecih di depan Lee-san. Sakura memang sangat-sangat berani.
"Berisik! Ino, kau cepat berdiri!" Lagi-lagi Lee-san menarik tanganku dengan paksa untuk berdiri. Aku meronta, aku tak mau, aku tak selingkuh, aku mengutuk Sai yang sudah berbicara yang tidak-tidak.
Dengan berat hati aku pun mengikuti kemauan Lee-san, aku dan Sakura hanya berdua tak mungkin bisa mengalahkan Lee-san dan warga. Sakura terus menyangga tubuhku sepanjang perjalanan dan tangan lainnya menggenjang anakku, Shiku. Aku melihat Shiku begitu sedih, mungkin ia sedih melihat aku, kaa-channya diperlakukan seperti tadi.
Bahkan Lee-san ataupun Tenten-san tak mau memedulikan Shiku, keponakan mereka sendiri. Air mataku lagi-lagi jatuh tanpa aku inginkan dengan derasnya. Rasanya begitu lelah, rasanya aku ingin pergi meninggalkan dunia ini. Ini terlalu berat untuk aku lewati, baru saja aku melewati pagar rumahku, aku melihatnya, sosok laki-laki yang selama delapan tahun menikahiku.
Shikamaru sedang memerhatikanku dengan sorot mata kekecewaannya. Dia langsung mengalihkan pandangannya dariku dan melenggang pergi memasuki rumah tanpa memedulikan aku ataupun Shiku sedikitpun. Kami-sama, rasanya uluh hatiku benar-benar perih dan sakit saat ia berlalu begitu saja dari hadapanku.
Apa ia sudah benar-benar benci padaku? Apa dia sudah tak mencintaiku? Apa karena hal yang bahkan tak pernah aku lakukan rasa cintanya luruh begitu saja? Delapan tahun ini semuanya lenyap hanya karena kesalahpahaman. Apa ia benar-benar tak percaya padaku? Atau aku memang yang tak bisa dipercayai.
Aku menatap jauh menerawang, tatapanku begitu kosong, sama halnya dengan hatiku yang tak merasakan apapun lagi. Terlalu sakit sampai rasa sakitnya pun tak kurasakan. Terlalu dalam lukanya. Yang aku inginkan ia mendatangiku dan memberikan ketenangan padaku saat ini. Karena yang kubutuhkan saat ini adalah semangat.
Terutama semangat darinya. Aku memilih dia menjadi suamiku, karena aku harap dia bisa ada di sisiku walaupun dalam masa tersulitku seperti saat ini. Tapi, aku memang harus sadar, pasti bukan hanya aku yang terpukul, dia pun pasti terpukul saat mendengar aku, istrinya berselingkuh di rumah yang aku bangun bersamanya.
Tapi, tetap saja masalahnya berbeda, aku tak pernah selingkuh sedikitpun seperti yang mereka tuduhkan padaku. Pandanganku mulai kabur, aku tak kuat lagi, aku lelah, aku ingin beristirahat Kami-sama. Tanpa sadar aku terjatuh dan memejamkan mataku, setelah itu aku tak ingat apalagi yang terjadi padaku tapi aku mendengar suara baritone Shikamaru memanggil namaku dan teriakan Sakura.
To Be Continued
A/n: Hai minna! Nasa bawa fic ShikaIno lagi nih, kali ini multichap XD . Ini pendek ya? Nasa udah buntu soalnya ._. , senpai di archive ShikaIno mohon bantuannya ya! ^^
Tadinya mau dipublish bareng fic 'My Love Is Simple', tapi, berhubung belum selesai sedikit lagi jadinya sekarang dipublishnya .-. , oh iya Nasa bener-bener terimakasih ya buat yang udah review di MLIS ^^
Di sini Lee dan Tenten ooc banget ya? -_- , soalnya bingung pilih chara, jadilah mereka saja yang dijadikan antagonis. Makasih ya yang udah baca fic gaje bin abal ini, apalagi yang udah mau nyempetin review^^
Bagaimana menurut kalian fic Nasa satu ini? Jelek? Rush? Ooc? Miss typo? Feelnya nggak dapet? Diksinya aneh? Apapun itu silakan tuangkan di kotak review
Segala kritikan, saran, concrit, atau mungkin flame? Nasa terima dengan senang hati^^ , so don't forget to…
\Review/
Please!^^
.
.
