.
Beloved Ponyo
(Be Mine Team 2 Members x 'Starship Ent. Trainee' Jung Se Woon)
BlueBerry's Fanfiction
Don't Like, Don't Read
.
('Him Ent. Trainee' Park Sung Woo)
Sungwoo menerima tuangan anggur beras dari Sewoon, memilih untuk menunda kegiatan minum saat melihat Sewoon yang mengoceh dengan berantakan di hadapannya. Wajah salah satu pekerja balik layar yang ikut membantunya dalam projek iklan terbarunya menjadi lebih merah dari biasa, memberi tanda bahwa dia sudah cukup mabuk hingga tidak mempedulikan apa yang dia katakan pada Sungwoo. Padahal, Sungwoo hanya melihat Sewoon meminum dua gelas Anggur Beras, Sungwoo pikir semua anak jaman sekarang memiliki toleransi minum yang tinggi. Setidaknya, keponakannya yang berusia sembilan tahun pernah meminum segelas anggur beras tanpa sengaja (warna anggur beras milik Kakaknya sama dengan jus buah milik keponakannya) dan masih merespon perkataannya dengan benar. Walau begitu, Sungwoo berharap keponakannya tidak menjadi peminum sebelum usia legal hanya karena merasa toleransi alkoholnya yang tinggi.
Manik Sungwoo mengerjap dan menemukan Sewoon mengoceh dengan lebih jelas, menunjuk pada Pria marga Park di hadapannya yang tidak mendengarkan ocehan berantakannya sedari tadi. Sungwoo mengusap bagian belakang kepala dengan canggung, memandang bingung karena tidak tahu apa yang seharusnya dia lakukan . . .
"Maaf, aku akan mendengarkanmu saat ini" Ujar Sungwoo yang dibalas lengkungan tipis pada wajah Sewoon, merasa senang karena mendapat balasan dari lawan bicaranya
"Aku mengagumimu karena kau masih tersenyum dan berterima kasih pada pekerja balik layar, Tuan Park, padahal sutradara memarahimu dan para pekerja balik layar memandangmu dengan rendah. Kau sungguh mengagumkan, Tuan Park" Sungwoo tidak tahu bagian mana yang pantas membuat Sewoon merasa kagum padanya, dia bahkan terus melakukan kesalahan sewaktu melakukan bagiannya
"Terima kasih" Ada beberapa orang yang mengatakan bahwa perkataan orang mabuk itu hanya perkataan kacau, dan beberapa lainnya mengatakan kalau perkataan orang mabuk itu adalah ucapan paling jujur yang sungkan diucapkan dalam keadaan sadar
"Orang lain, entah mereka yang memiliki nama besar atau yang belum populer, biasa menampilkan ekspresi tidak menyenangkan setelah satu kali dimarahi oleh sutradara. Jadi, aku merasa kagum padamu, bahkan aku tidak bisa tersenyum pada sesama pekerja balik layar" Pandangan Sewoon mengerjap dengan lamban, mungkin rasa kantuk mulai menyerangnya
"Kau tersenyum padaku" Ralat Sungwoo, menangkap maksud Sewoon sebagai 'aku bahkan tidak bisa tersenyum pada temanku, apalagi terhadap orang lain'
"Pekerja lain bicara dengan nada tinggi dan membentak untuk kesalahan kecil yang tidak kusengaja, tentu berbeda darimu yang bicara dengan nada ramah dan mengucap terima kasih untuk sesuatu yang memang seharusnya kulakukan" Sungwoo pikir dia hanya melakukan hal biasa, tapi Sewoon berujar seolah dia melakukan sesuatu yang besar
"Aku memang pekerja baru di balik layar, jadi bukan hal aneh untuk mendapat perlakuan senioritas dari pekerja lain. Aku mengerti, hanya saja itu masih terasa menyebalkan. Kupikir, mereka ingin meremukkan tulangku" Pandangan sayu Sewoon mengarah pada Sungwoo, melihat anggukan tanda mengerti dari Sungwoo
"Aku yang mabuk pasti menyebalkan, aku mengatakan apapun pada teman minumku hingga mereka terganggu. Maafkan aku ya, Tuan Park" Ujar Sewoon selagi menarik sudut bibir dan mengusap bagian belakang kepala, merasa canggung dan sungkan dengan dirinya mungkin
"Bukan masalah" Entah Sewoon bisa menanggapi perkataannya atau tidak, Sungwoo berujar selagi melihat jam tangan pada pergelangannya. Pikirannya mengingat batas waktu penghuni boleh keluar atau masuk pada gedung tinggalnya, memikirkan cara nyaman untuk pamit pada si Pemuda Jung
"Sewoon-ssi . . . " Sungwoo berhenti bicara sewaktu melihat Sewoon menyandarkan kepala pada sisi meja, terlalu pening untuk menjaga posisi duduknya. Sungwoo tidak mungkin meninggalkan Sewoon sendiri disini, keadaan mabuk membuat Sewoon mudah dijadikan korban kriminal di larut malam yang sepi ini, dan Sungwoo tidak bisa mengantarkan Sewoon pulang karena dia bisa terlambat pulang (alasan selain dia tidak mengetahui alamat tinggal Sewoon)
"Maafkan aku, kalau kau merasa tidak nyaman" Kepala Sewoon yang semula bersandar pada sisi meja beralih pada bahu Sungwoo, sementara Sungwoo mengambil langkah lamban agar Sewoon tidak merasa diguncang hingga ingin mengeluarkan isi perutnya. Bibir Sungwoo melengkung selagi mengucap terima kasih pada bibi pemilik warung pinggir jalan
"Tuan Park" Gumaman Sewoon berada di sebelah telinga Sungwoo, tidak membuat Sungwoo mengerti dengan ocehan yang dilontarkan Sewoon setelahnya. Hanya saja gumaman dan nada bicara setengah tidur Sewoon membuat Sungwoo tersenyum kecil, berpikir bahwa si Jung begitu lucu.
('Namoo Actors Trainee' Lee You Jin)
Langkah terburu tanpa kehati-hatian dari Youjin membuatnya menabrak seorang pejalan, hanya benturan ringan yang tidak menyebabkan dirinya maupun pejalan yang ditabrak olehnya terjatuh. Punggung tidak asing yang membuat Youjin menghembuskan nafas panjang dan berhenti mengambil langkah, bertumpu pada lutut dan mengatur nafas yang berantakan karena dia berusaha mencari orang di hadapannya. Tidak ada balasan dari orang di hadapannya yang membuat Youjin mengangkat pandangannya, menemukan orang itu menatap ke arahnya sebelum mengambilkan botol minuman pada tas hitamnya yang memang biasa digunakan untuk menyimpan minuman atau makanan ringan. Youjin menerima botol minuman itu dan menghabiskan dengan cepat, nafasnya masih terlalu kacau untuk mengeluarkan hela panjang dan memilih menggerak tungkai untuk menyusul langkah lamban si Jung yang bergerak menjauhinya.
Tangan Youjin berada di bagian belakang kepala, mengusap dengan canggung selagi melirik pada Sewoon yang memusatkan atensi pada ponsel pintar di tangannya. Situasi jalanan yang tidak ramai membuat Sewoon semakin bebas untuk menggunakan ponsel tanpa melihat pada Pemuda yang mengimbangi langkah di sebelahnya . . .
"Sewoon-ah, maafkan aku" Lontaran kata pertama dari Youjin, melihat Sewoon yang tidak memiliki keinginan untuk memulai pembicaraan. Anggukan tanda mengerti dari Sewoon adalah respon yang bisa ditebak dengan mudah oleh Youjin, walaupun dia mengharapkan respon yang lebih keras dari Sewoon
"Kau bisa mengatakan padaku, kalau ada yang mengganggu pikiranmu" Perhatian Youjin pada jemari Sewoon menyadarkan Youjin bahwa Sewoon tidak sungguhan menggunakan ponsel, hanya berusaha menghindari perbincangan dengan Youjin yang mengharuskan dirinya membuka mulut
"Tidak" Bibir Sewoon kembali mengatup, tidak memberi kesempatan kata lain yang berada di ujung lidahnya untuk terlontar
"Benarkah?" Langkah Youjin berhenti ketika melihat ayunan tungkai Sewoon terhenti, si Jung menggerak kepalanya dari satu sisi ke sisi lainnya untuk mengatakan dirinya tidak merasa baik saja karena ada hal yang mengganggu pikirannya
'Tap' Posisi Youjin berpindah di hadapan Sewoon, walau Sewoon tidak memberi tanda bahwa dia ingin melangkah menjauh dan kembali melarikan diri dari pembicaraan dengan Youjin
"Kau merasa kesal padaku? Jangan hanya mengangguk atau tersenyum dan mengatakan 'iya, aku mengerti'. Kau bisa mengatakan apa yang membuatmu merasa terganggu, memberi pukulan ringan juga memukulku dengan keras" Pandangan Sewoon tidak lagi terarah pada layar ponselnya yang hitam, mati otomatis karena tidak digunakan selama dua menit atau memang tidak digunakan sedari langkahnya bersisian dengan Youjin
"Aku mengerti, Youjin-Hyung" Angguk Sewoon dengan lontaran singkat, menampilkan ekspresi biasa yang sulit Youjin pahami. Pemuda marga Lee menghembuskan nafas seperti merasa lelah, membuka mulut untuk meminta Sewoon menjadi lebih terbuka padanya
"Kau tahu, aku tidak kesal karena kau mengabaikan panggilanku dan membuatku berdiri di depan studio selama satu jam. Aku tidak begitu kekanakan untuk menyalahkanmu atas pilihanku sendiri, aku yang ingin mengantarkan makan siang untukmu dan aku sudah tahu bahwa tidak mudah untuk bertemu denganmu" Sewoon melontarkan kalimat yang lebih panjang
"Aku tidak ingin mengatakan apapun karena perkataanku mungkin terdengar menggelikan, aku ingin mengatakan 'berhenti memperhatikan lagu yang ingin kau produseri dan mulailah perhatikan dirimu sendiri'. Aku tahu kau bisa menyelesaikan lagumu dengan baik, aku tahu kau berpikir bahwa kau sudah memperhatikan dirimu dengan baik, tapi aku hanya memastikan kau tidak menaruh standar terlalu tinggi yang membuat dirimu kepayahan. Rasanya tidak menyenangkan untuk melihat Youjin-Hyung sakit" Pandangan Sewoon berpindah dari Youjin yang tidak mengatakan apapun, sudut bibir si Jung terangkat dan melontarkan tawa dengan canggung
"Kau pasti berpikir, perkataanku menggelikan" Youjin tidak menangkap perubahan ekspresi dari Sewoon sewaktu dia mengulurkan tangan, juga tidak tahu bagaimana ekspresi Sewoon saat lengannya memerangkap tubuh Sewoon dalam dekapannya. Youjin hanya mengetahui degupan jantung Sewoon terdengar seirama dengan degupan jantungnya
"Walau kau tidak masalah karena aku mengabaikan panggilanmu, aku ingin meminta maaf karena hal itu. Aku tidak bisa berjanji untuk menerima panggilan atau membalas pesan singkat darimu, tapi aku sungguh merasa tidak nyaman saat aku melakukannya" Youjin maupun Sewoon tahu bahwa mereka bukan remaja kasmaran yang mudah ditipu dengan janji manis dari lainnya
"Terima kasih, karena memberitahu perasaanmu dengan baik padaku. Aku, sungguh berterima kasih" Dagu Sewoon membentur bahu Youjin, memberi anggukan tanda mengerti dan melontar tawa kecil sewaktu perut Youjin mengeluarkan suara kering. Hal yang memalukan, tapi Sewoon melontar tawa kecil menyenangkan yang membuat Youjin tidak memikirkan perasaan malunya.
('Star Road Ent. Trainee' Takada Kenta)
Kenta mendengus karena anak yang dipegangnya terus berlari dan menghindari arahan sendok makan, tidak mempedulikan usaha Kenta yang sudah memberi suara seolah sendok makan itu adalah kereta api maupun pesawat terbang. Mangkuk makan di tangannya memiliki ukuran yang tidak sampai separuh dari mangkuk makan ukuran dewasa miliknya, masih dipenuhi bubur yang tidak dihabiskan oleh anak tadi dengan alasan tidak menyenangkan seperti kripik kentang atau camilan renyah lain yang biasa diberikan Kakak Pengasuh lainnya. Manik Kenta melekat pada Sewoon yang mengurus anak kecil dengan tenang, keduanya begitu tenang untuk menyelesaikan waktu makan hingga anak itu terlihat nyaman dalam dekapan Sewoon dan mengerjap lamban tanda dia mengantuk. Lengah dari perhatian Kenta, anak yang seharusnya diurus olehnya menurunkan diri dari bangku makan dan kembali sibuk dengan mainan balok di sisi ruangan.
Pandangan Sewoon mengarah pada anak kecil yang seingatnya merengek tidak ingin menghabiskan makanan sebelumnya, atensinya berpindah pada Kenta yang melihatnya selagi memegang mangkuk makan yang masih terisi hampir penuh. Kenta mengerjap sewaktu menemukan ekspresi bingung Sewoon padanya, melihat bangku pendek di hadapannya yang kosong . . .
"Kau kesulitan menyuapinya, Kenta-Hyung?" Sewoon melontarkan pertanyaan, tangan Kenta bergerak untuk memberi gestur menolak selagi kepalanya menggeleng
"Bukan masalah, kalau kau memang kesulitan" Bibir Sewoon melengkung yang membuat Kenta mengerjapkan mata, menunduk untuk melihat mangkuk di tangannya sebelum jantungnya menjadi lebih menyebalkan dengan berdegup terlalu kencang karena senyuman
"Tidak, ini bukan masalah. Kau bisa mempercayakannya padaku, tapi tolong beri aku waktu" Kenta mendudukkan dirinya di lantai karena merasa pegal untuk membungkuk atau berjongkok di sisi bangku pendek selagi menyuapi dan membujuk anak tadi membuka mulut dan melahap makanan
"Aku sudah bilang, istirahat saja di apartemenku" Perkataan Sewoon membuat Kenta mengangkat wajah, melihat anak dalam gendongan Sewoon yang lelap tanpa ocehan berisik
"Aku datang ke Korea untuk liburan musim panas dan bertemu denganmu, tentu tidak akan menyenangkan kalau aku hanya sendiri dan berdiam diri di ruang tinggalmu" Balas Kenta yang membuat Sewoon terdiam sejenak, merespon dengan anggukan terkesan acuh
"Tapi, kau merasa kesulitan dengan mengurus anak kecil" Lirikan Kenta mengarah pada anak kecil yang seharusnya dia suapi, sibuk dengan mainan balok tanpa peduli menu makan siang yang belum dihabiskannya. Perkataan Sewoon memang benar, tapi Kenta tidak mengiyakan dengan jelas
"Bukan, aku tidak berpikir bahwa ini menyulitkan. Hanya saja, keponakanmu ini sedikit aktif" Respon Kenta dengan senyuman canggung, hanya dibalas Sewoon dengan mengangguk dan berlalu untuk menaruh keponakan dalam gendongannya pada kamar tidurnya
"Hei, kau harus menghabiskan makananmu, anak kecil" Kenta mendekati anak tadi dan menempati posisi di hadapan mainan balok anak itu, berusaha tidak menyenggol atau menduduki potongan balok yang bisa saja membuat anak itu mengadukan hal buruk pada Sewoon
"Aku tidak mau, Paman Aijin" Pelafalan yang tidak buruk untuk anak usia tiga tahun, Kenta pikir dia sangat menggemaskan kalau saja mereka bukan dalam situasi dimana bocah itu mengatakan 'tidak' untuk ajakan makan yang dia berikan
"Siapa? Aijin?" Ekspresi bingung begitu jelas di wajah Kenta, mendengar panggilan asing dari anak kecil perempuan di hadapannya
"Kontak, Paman Sewoon, Paman Aijin-Takada" Ocehan yang berantakan membuat Kenta mengernyit selama beberapa saat untuk memikirkan maksud perkataan anak perempuan itu, melontarkan tawa kecil selagi mengusap puncak kepala keponakan Sewoon yang masih berusia tiga tahun
"Ayo makan" Pemuda Takada itu merubah posisinya hingga berada di sebelah keponakan Sewoon, tersenyum karena keponakan Sewoon menerima suapannya selagi dirinya tidak mengganggu kegiatan bermain anak itu. Kenta mendengar ocehan berantakan lainnya dari anak itu, didominasi oceh tentang Sewoon yang menceritakan dirinya
"Dia ingin menghabiskan makanannya?" Kepala Kenta terangkat saat mendengar pertanyaan dari Sewoon yang entah sedari kapan kembali
"Iya, selama aku tidak mengganggu mainan baloknya" Deretan gigi Kenta terlihat setelah memberi jawaban pada Sewoon, memperlihatkan gigi gingsul miliknya
"Kalian cepat sekali mengakrabkan diri" Sewoon mendudukkan diri pada sisi lain dari keponakannya, bicara pada Kenta sementara pandangan fokus pada mainan balok
"Tentu saja, Aijin-Jung" Suara tawa Kenta mengisi ruangan karena ekspresi terkejut Sewoon yang dianggap lucu olehnya, disusul dengan keponakan tidak setia Sewoon yang mengikuti langkah Kenta untuk menertawakan ekspresi lucu si Jung.
('Brand New Music Trainee' Lim Young Min)
Ada sebutan bahwa orang dengan usaha keras kalah dari orang dengan keberuntungan, sementara orang dengan bakat lahir bisa dikalahkan oleh orang dengan usaha keras. Suara musik menggema dalam ruangan hingga Youngmin tidak memiliki waktu untuk berpikir pada posisi mana dirinya berada saat ini, berharap dirinya menjadi orang dengan usaha keras yang beruntung hingga bisa mengalahkan orang sekedar beruntung. Tidak ingin terlambat untuk pagi berikutnya, Youngmin mematikan pemutar musik di sisi ruangan dan mengambil tasnya dari sisi ruangan, menekan saklar lampu tanpa membuang waktu selagi melintasinya. Ruang lain yang dilintasi masih menggemakan suara berisik dari pemutar musik yang memberi tanda bahwa ada orang selain dirinya di gedung ini, tidak berpayah menghentikan langkah dan melihat ingin tahu ke dalam ruangan tersebut karena merasa dia sudah mengetahui siapa orang di dalam ruangan.
Deru asap dari kendaraan umum yang meninggalkan Youngmin, sementara derap langkah seseorang mendekati halte dengan terburu. Kaleng minuman di tangan Youngmin beralih pada tangan orang itu, hasil lemparan Youngmin yang membuat orang itu melebarkan maniknya karena merasa panik . . .
"Kau ini" Pengucapan menggunakan dialek dari orang itu membuat sudut bibir Youngmin tergelitik, memilih untuk membuka kaleng minuman soda daripada menimpali kekesalan orang yang baru datang dan menempatkan diri di sebelahnya
"Kenapa kau berada di Gedung Agensi hingga waktu selarut ini, Sewoon-ah?" Youngmin melontarkan tanya setelah membasahi bibirnya dengan minuman kaleng, sempat menoleh untuk menemukan Sewoon menarik sudut bibir seolah mendengar sesuatu yang lucu
"Harusnya, kau menjawabnya sendiri. Kau masih berada disini hingga larut malam, menggunakan jaket tidak seberapa tebal, dan meminum soda" Manik Sewoon memandang bingung pada Youngmin yang mengubah posisi menjadi berhadapan dengannya, mengulurkan tangan untuk meraih jaketnya dan mengaitkan kancing yang sebelumnya dia biarkan saja
"Kau sudah tahu, bahwa udara malam hari tidak baik untuk tubuh, tapi kau menggunakan jaket tipis dan tidak mengancingkannya" Hanya senyuman polos Sewoon yang merespon perkataan Youngmin, menelan perasaan kesal maupun khawatir dari Youngmin. Sudut bibir Youngmin terangkat, sebelum posisi duduknya kembali lurus ke depan
"Aku disini karena ingin menunggumu" Jelas Youngmin, sebelum dia menghabiskan minuman kaleng miliknya. Kepala Youngmin bergerak ke sisi untuk melihat reaksi Sewoon, tengah meminum kaleng jus soda yang diberikan Youngmin tanpa ekspresi berarti
"Kau sendiri belum mengatakan, apa alasanmu masih berada di Gedung Agensi?" Youngmin bertanya setelah Sewoon selesai meneguk tetesan terakhir dari minuman kaleng, dibalas pandangan terkesan polos dari Sewoon
"Ini karena aku belum melakukan bagianku dengan baik, dan orang lain memiliki harapan padaku. Aku ingin melakukannya dengan baik agar tidak memiliki penyesalan, sekalipun aku tidak memiliki kesempatan" Ekspresi Sewoon tidak menampilkan perubahan berarti, tapi Youngmin menyadari sorot redup dari manik Sewoon
"Kenapa kau mengatakan, bahwa kau tidak memiliki kesempatan? Kau melakukan bagianmu dengan baik, tentu petinggi akan melihat dan mempertimbangkanmu sebagai penyanyi solo atau anggota grup yang akan datang" Perkataan kosong yang Youngmin pegang dalam beberapa waktu terakhir, sekalipun dia tidak memiliki bukti untuk terus mempertahankan perkataan itu
"Hm" Tipe Sewoon sekali untuk menghindari perdebatan dan memilih mengalah, membuat Youngmin menghela nafas karena sisi pesimis Sewoon membuatnya merasa tidak nyaman. Sorot mata Sewoon bukan gemerlap atau berkilauan seperti karakter utama dalam kartun yang penuh semangat, tapi menjadi begitu gelap pada pembicaraan ini hingga membuat Youngmin ingin memberi tepukan bahu atau pelukan menyemangati
"Aku akan berusaha menaiki panggung, sekalipun itu membutuhkan perjalanan panjang. Kau harus berada di panggung yang sama denganku, Youngmin-Hyung" Sewoon membuka suara, menyadari waktu terlalu larut untuk menunggu kendaraan umum melintas saat mengambil ponsel yang daya baterainya sudah tipis
"Kau ini. Ayo menginap di ruang tinggalku" Bukan hal sulit bagi Youngmin menebak maksud Sewoon, si Jung memandang dirinya dengan canggung seolah ingin mengatakan sesuatu namun hanya membuka dan menutup mulutnya tanpa lontaran kata
"Terima kasih, Youngmin-Hyung. Kau adalah Alpaca yang paling kusukai" Ujar Sewoon dengan ekspresi antusias, seperti saat petinggi Agensi mereka memberikan menu pizza dan ayam goreng setelah latihan intensif. Youngmin memiliki banyak ekspresi Sewoon yang disukainya, tapi ekspresi ini menjadi favoritnya
"Dan, kau adalah Ponyo paling lucu yang pernah kulihat" Lontaran tawa Youngmin mengisi hening malam, mendengar protes Sewoon bahwa dirinya adalah satu-satunya 'Ponyo' yang pernah dilihat oleh Youngmin. Segala hal dari Sewoon adalah hal yang tidak bisa dilewatkan oleh Youngmin, jadi dia memiliki janji pada dirinya sendiri untuk menaiki panggung yang sama dengan Sewoon pada waktu yang akan datang, entah harus menunggu berapa lama hingga waktu itu tiba.
('Brand New Music Trainee' Kim Dong Hyun)
Entah bagian mana yang lebih tepat untuk Donghyun sebutkan, pesona Sewoon yang membuatnya kagum pada permainan gitarnya atau pesona gitar Sewoon yang membuatnya merasa tertarik pada sang pemilik. Hal yang bisa Donghyun pastikan adalah dirinya enggan untuk melepas pandangan dari Sewoon saat melihat si Jung dengan tas gitar pada hari pertama dirinya menjadi mahasiswa, merasa lucu karena senior itu hampir terjatuh oleh pijakan tidak rata kalau saja Donghyun yang memiliki posisi paling dekat tidak menangkapnya. Tidak ada ekspresi canggung atau wajah memerah malu, pemikiran bahwa sang senior biasa menghadapi situasi itu membuat Donghyun melontarkan tawa kecil yang hanya direspon ekspresi bertanya dari sang senior (bukan bentakan keras tanpa alasan yang biasa diberikan oleh senior lainnya). Kesimpulannya, Donghyun menyukai Sewoon pada pertemuan pertama mereka, dan terus menambah alasan betapa menarik Sewoon baginya.
Donghyun melihat seseorang yang mengambil langkah dengan terburu menuju halte tempat dirinya berteduh, mendekap sebuah tas besar yang bisa dia perkirakan sebagai tas gitar. Donghyun pikir, orang itu hanya sedang melakukan hal konyol kalau dia bermaksud melindungi tas alat musik itu dari terpaan air langit yang memiliki intensitas tinggi seperti saat ini . . .
"Eh?" Kening Donghyun mengernyit saat melihat postur tubuh orang itu dengan jelas, membiarkan mulutnya terbuka saat pandangannya menemukan gambaran jelas dari orang itu
"Syukurlah" Orang itu menempatkan tas gitar pada sisi lapang bangku tanpa pandangan terganggu dari orang lain yang meneduh di halte itu, karena hanya Donghyun yang berada di halte. Si Kim tertinggal bis karena bermain dengan anjing kecil di toko serba ada dalam perjalanan menuju halte, tidak sepenuhnya menyesali karena dirinya bisa terjebak berdua dengan Sewoon
"Kupikir, kau membutuhkannya" Tangan Donghyun mengulurkan handuk bersih yang seharusnya dia gunakan usai melakukan olahraga bersama teman-temannya seperti yang mereka janjikan pada hari lalu, membuat Donghyun meminta maaf dalam hati karena dia tidak bisa melewatkan kesempatan langka untuk bersama dengan Senior Sewoon-nya
"Terima kasih" Sewoon menerima uluran handuk dari Donghyun, membuat Donghyun menarik sudut bibirnya. Sisi polos Sewoon yang menerima kebaikan orang lain tanpa kewaspadaan selalu membuat Donghyun merasa khawatir untuk melepaskan pandangan dari Sewoon, utamanya bila Senior marga Jung itu hanya sendiri seperti saat ini
"Sekali lagi, aku berterima kasih" Dua tangan Sewoon memegang sisi handuk selagi mengembalikan pada Donghyun setelah mengeringkan tas gitar, tidak begitu mempedulikan surai kehitamannya yang tentu tidak terhindar air langit
"Kau juga harus mengeringkan rambutmu, Senior" Perlahan Donghyun menggerakkan tangannya pada puncak kepala Sewoon, mengeringkan rambutnya dengan handuk seperti dia bisa mengusap puncak kepala kucing peliharaan tetangganya
"Apakah aku terkesan lancang?" Manik Sewoon yang mengarah padanya membuat Donghyun berpikir bahwa dia melakukan kesalahan, dia menarik tangannya tanpa berpayah merapikan rambut Sewoon. Donghyun tidak pernah melihat Sewoon mengganti model rambutnya, tapi Donghyun pikir model rambutnya yang tidak terlalu rapi membuatnya terlihat menjadi lebih menarik
"Tidak, aku hanya berpikir aku pernah melihatmu" Sebagian orang di Kampus mengenal Donghyun dan memanggilnya dengan sebutan 'church oppa', tapi Donghyun sudah merasa senang hanya karena Sewoon menyadari keberadaannya yang –menurutnya– tidak begitu populer
"Namaku Kim Dong Hyun, mungkin kau pernah melihatku pada pertunjukan Kampus" Donghyun memiliki banyak waktu untuk melihat dan memperhatikan Sewoon, tapi pertunjukan Kampus menjadi tempat dimana Donghyun pikir dirinya bisa Sewoon lihat dengan mudah diantara banyak mahasiswa
"Aku pasti sering bertemu denganmu karena kita satu jurusan, tapi penampilanmu di pertunjukan Kampus memang salah satu yang paling menarik" Pandang Sewoon mengarah pada tas gitar milik Donghyun yang menempati sisi lapang lain dari bangku halte, mengingat Donghyun sebagai salah satu penampil yang menarik perhatiannya pada pertunjukan Kampus sekitar dua pekan lalu
"Kau terlalu memuji, Senior" Tentu banyak orang memujinya dengan perkataan yang lebih manis hingga terkesan hiperbolis, tapi pujian sederhana dari Sewoon membuat jantungnya seketika tidak teratur. Donghyun pikir, dengan biasa memperhatikan Sewoon dari jauh, dia tidak akan merasa gugup sewaktu melakukan interaksi dengan sang senior
"Aku tidak berlebihan. Hanya saja, kupikir kau harus berhenti memaksakan penglihatanmu dari jauh, dan mulai saja untuk memperhatikan lebih dekat" Satu Bis berhenti di halte, tidak memberi kesempatan bagi Donghyun untuk menanyakan maksud Sewoon karena si Jung melangkah memasuki Bis. Lengkungan senyum terlihat di wajah Donghyun, mengerti bahwa Sewoon ingin memberikan 'lampu hijau' padanya untuk melakukan pendekatan.
('Media Line Ent. Trainee' Lee Woo Jin)
Hal paling menyebalkan dari menjadi paling muda dalam keluarga adalah, orangtua maupun Kakaknya akan memperlakukan dirinya sebagai bayi atau anak kecil yang sangat polos dan belum mengetahui banyak hal. Setidaknya, Woojin bukan anak kecil yang mempercayai begitu saja kalau folder terkunci milik Gwanghyun –kakaknya– memang folder untuk menyimpan tugas, yang dikunci karena dikhawatir kan bisa saja dibuka atau disalin oleh temannya sewaktu dia meminjamkan laptop entah untuk apa. Tentu ada saat dimana Woojin mengakui bahwa dirinya belum sepenuhnya dewasa, apalagi mendengar perbincangan teman satu kelasnya membicarakan orang yang mereka kagumi hingga Kekasih mereka. Woojin mendengar kalau dua orang bisa memulai hubungan karena ada ketertarikan, hal yang tidak dimengerti karena sepertinya pelajaran Bahasa Inggris kesukaannya bukan termasuk diantara sesuatu yang dimaksud sebagai Kekasih oleh teman-teman satu kelasnya.
Deringan bel pintu depan rumahnya membuat Woojin mengerang malas, tahu bahwa dirinya yang mendapat perintah untuk membuka pintu karena dirinya yang paling muda. Posisi Woojin di ruang tengah memang tidak jauh dari pintu depan, dia hanya terlalu malas untuk mengubah posisi karena tadinya dia sudah menemukan posisi nyaman untuk melabuhkan diri pada pulau impian . . .
"Halo, selamat siang. Apakah Gwanghyun sedang berada di rumah?" Bagus, Woojin menyukai tipe orang yang segera mengatakan maksud ucapannya seperti orang ini. Wajah orang ini mengingatkan Woojin dengan karakter kartun, hanya saja dia tidak bisa mengingat siapa nama karakter kartun yang dimaksudnya
"Gwanghyun-Hyung! Ada yang mencarimu!" Teriak Woojin dari anak tangga paling bawah, menoleh untuk melihat lurus pada si wajah karakter kartun yang masih berdiri di depan pintu rumahnya
"Teman Gwanghyun-Hyung, kau bisa duduk di kursi" Mengingat etika kesopanan untuk tidak berteriak dalam rumah dan memperlakukan tamu dengan baik, Woojin kembali mendekati tamu yang mencari kakak laki-lakinya dan mempersilahkan duduk di bangku ruang tamu
"Ah, terima kasih" Orang itu melepaskan sepatu dan menatanya di bagian rak dengan rapih, bahkan membungkuk untuk mengumpulkan serakan alas kaki yang tidak diletakkan dengan benar oleh Woojin maupun Gwanghyun
"Kau tidak perlu melakukannya, itu bukan hal yang seharusnya dilakukan oleh tamu. Kau seharusnya menyamankan diri di bangku, dan biarkan aku yang merapikannya" Lagi, meninggikan etika kesopanan pada tamu membuat Woojin harus melakukan sesuatu yang tidak begitu dia senangi. Biasa Woojin hanya merapikan sandal dan sepatu kalau dia melepas alas kaki dengan berantakan di depan Ibunya, bergerak cepat untuk merapikan alas kakinya dengan cengiran canggung sebelum Ibunya menasehati tentang kebersihan dan kerapihan
"Hyung ini temannya Gwanghyun-Hyung?" Woojin merutuki Kakak Laki-lakinya yang belum juga turun hingga dia tidak bisa meninggalkan tamu yang masih asing baginya ini, Pemuda mirip karakter kartun entah apa yang pernah dilihatnya entah dimana. Biasa kalau Woojin tidak mengingatnya dengan jelas, itu karena dia hanya melihat dari kumpulan gambar kartun yang disimpan oleh Gwanghyun
"Aku Jung Se Woon, senior Gwanghyun yang ditugaskan untuk membantunya menyelesaikan tugas" Pemuda itu beranjak dari bangkunya untuk memperkenalkan diri, tubuhnya membungkuk dengan sopan yang membuat Woojin turut merendahkan tubuhnya
"Aku Lee Woo Jin, adik Gwanghyun" Balas Woojin yang dibalas dengan tawa kecil dari Sewoon, membuatnya memasang ekspresi datar karena Sewoon pasti berpikir dirinya lucu mirip bayi kecil seperti alasan teman Gwanghyun lain darinya tertawa saat melihatnya bicara
"Cara berbicaramu tidak mirip dengan Gwanghyun, jadi aku pikir kau adalah sepupunya atau siapa yang intinya bukan saudara langsungnya. Aku merasa lucu, karena kalian tidak mirip menurutku" Jelas Sewoon yang membuat Woojin membulatkan mulutnya, anggota termuda Keluarga Lee menempatkan dirinya di bangku hadapan Sewoon
"Sewoon-Hyung, kau harus berhenti untuk terlihat menarik" Woojin tidak mengerti bagaimana dua orang menjadi pasangan Kekasih, tapi dia pikir dia mulai mengerti bagian memiliki ketertarikan pada seseorang.
.~~~KKEUT~~~.
Aku paling suka sama Be Mine Team 2 dari semua kelompok buat group battle, beberapa dari mereka termasuk kurang populer menurutku jadi aku ngga begitu kenal para anggota BMT2 sebelumnya, tapi karena Sewoon termasuk di tim ini aku jadi merhatiin anggota-anggota selain dia. Suka banget ngeliat interaksi para anggota entah interaksi Woojin sama Sungwoo atau Sewoon sama dua BNM Boys, atau interaksi lainnnya antara para anggota BMT2 yang bikin aku senyum-senyum sendiri. Aku paling seneng nulis bagian Alpaca-Ponyo karena emang udah lama banget pengen nulis mereka, tapi kayaknya hasilnya ngga terlalu bagus. Makasih yang udah mau baca, dan maaf buat semua kekurangan atau keanehan (aku ngga kepikiran kata lain buat judul). Aku tahu masih banyak kesalahan dan kekurangan, jadi silahkan review ^v^
[Aku belum siap menghadapi episode terakhir dari Produce 101, takutnya biasku ngga ada yang masuk (ngelirik Sewoon sama Youngmin)]
