You're My Happy Ending
By
FyRraiy
Disclaimer :
Semua karakter tokoh, kata-kata, dan perilaku tokoh di dalam FF tidak bermaksud menjelek-jelekkan tokoh dari segi manapun! FF ini murni dari pemikiran otak saya. Jadi, jika ada kesamaan mungkin hanya sebuah kebetulan saja!
Warning:
Gaje, Aneh, Typo(s), gk nyambung, GS!
Don't Like! Don't Read!
Don't be a Basher!
USIA PARA CAST BERUBAH DALAM CERITA INI!
Cast:
Min Yoongi (as Yeoja)
Park Jimin (as Namja)
Kim Taehyung (as Yeoja)
Jung Hoseok (as Namja)
Jeon Jungkook (as Yeoja)
Kim Seokjin (as Namja)
Cast bisa bertambah sewaktu-waktu!
Pair:
MinYoon
HopeV
HAPPY READING!
Tiga
.
Dua
.
Satu
.
KRINGGG
"Yes!" Seruku sekecil mungkin supaya tak terdengar oleh guru killer di depan kelas sana. Jika sampai terdengar bisa mati digantung diriku. Setelah menutup buku tebal yang tadi dibawanya akhirnya ia pun meninggalkan kelasku.
"Yoongi unni, ayo cepat kekantin! Perutku sudah tidak bisa diajak kompromi nih" ucap sahabat ku, Kim Taehyung. Kami memang satu tingkat tapi dia tetap bersikukuh memanggilku 'unni' padahal umur kami hanya berbeda beberapa bulan saja.
"Ayo!"
Ah, ya. Hampir saja lupa. Perkenalkan, namaku Min Yoongi. Gadis biasa-biasa saja, cukup pendiam, berkulit pucat, rambut sewarna caramel ikal, bermata sipit yang kadang 'lupa' menyaring kata-kata yang keluar dari mulutku. Ingat hanya lupa loh. Lupa bukan berarti sengaja kan. Aku anak tunggal di keluarga ku. Umma ku pemilik satu butik yang ada di daerah Gangnam. Appaku pemilik sebuah perusahaan yang cukup terkenal di Seoul. Tapi bukan berarti aku menjadi seseorang yang sombong. Aku masih tetap baik hati, tidak sombong dan rajin menabung (?).
"Ekhm, aku punya pengumuman penting!" Ucap salah seorang murid di kelas ku ckup keras sehingga mengalihkan perhatian seluruh murid di kelasku yang hendak pergi ke kantin, Park Jimin namanya.
"Min Yoon Gi! Sekarang resmi menjadi milikku!" Lanjutnya yang kini membuat suasana kelas menjadi gaduh. Bahkan ada yeoja yang menangis dan bahkan ada yang sampai pingsan. Ya Tuhan! Bisa-bisa pingsan masal nanti. Ya, aku tahu kalau Jimin itu memang banyak fans-nya tapi kenap tiba-tiba di punya kekasih.
Eh, Tunggu...
Kekasih.
Bernama Min. Yoon. Gi.
Bukankah itu namaku? Tapi mana mungkin aku kan?
Eh. Eh, apan itu? Dia tiba-tiba mengerling kepadaku.
"Ecie.. yang sudah pacaran tidak bilang-bilang" ucap Taehyung menyadarkan lamunanku.
"Ha?"
"Unni, sudah tertangkap basah masih tidak mau mengaku ya" ujarnya lagi sambil mengerucutkan bibirnya lucu.
"Apanya yang mengaku Taehyung-ie?" Tanya ku bingung.
"Ck, kau dan Jimin itu loh. Pacaran kan? Mengaku saja"
"Heh! Apaan! Berita aneh dari siapa itu!?"
"Apanya berita aneh. Tadi Jimin yang bilang sendiri kok"
"MWO?!" Tanyaku tak percaya yang dibalas anggukan dari Taehyung.
"Park Jimin! Apa-apaan kau seenaknya mengklaim diriku!" Teriakku bersungut-sungut sambil menggebrak meja lalu berjalan menghampirinya sambil dengan ganasnya menginjak laintai di bawahku. Rasanya ingin sekali menyumpal mulutnya dengan sepatu.
"Tidak usah menutup-nutupinya lagi sayang" ujarnya sambil meraih daguku. Wajahnya kini mendekat ke wajahku sontak aku langsung ingin menghindar. Namun Dewi Fortune sedang tidak berada di pihakku. Aku kalah cepat dengan tangannya yang menahan pinggangku.
Kedua tanganku menahannya mendekat di dadanya. Sial kenapa dia makin mendekat. Dan senyumanya.
.
Tampan.
.
Eh, apa-apan yang ku fikirkan ini.
"Kau milikku Min Yoongi" Lanjutnya berbisik di telingaku lalu mencium dan menggigit lembut ujung telingaku.
Untuk sesaat aku merasakan desiran hangat yang mengalir dalam darahku. Entah kenapa aku merasa menyukai perasaan seperti ini.
Errr. Aku membeku seketika. Rasanya aku berubah menjadi patung untuk sekian detik. Bahkan aku tidak bisa mengeluarkan suaraku saat di pergi meninggalkanku yang mematung saat ini.
Aku mengerjap-ngerjapkan mataku. Arwahku sudah kembali rupanya (?).
Aku berlari kecil mengejarnya sambil terus melayangkan sumpah serapah. Dasar Jimin sialan! Aku benar-benar akan menggantungnya di ujung tiang bendera.
"Park Jimin idiot! Berhenti kau!" Teriakku sambil melepas kan sepatu kets biru muda kesayanganku.
BUK
"Arrgh!"
"Rasakan!" Ujarku mensyukuri bahwa sepatuku benar-benar mengenai wajahnya. Benar-benar mengenai hidungnya. Aku sih inginnya tiba-tiba saja langsung berubah jadi pesek si Jimin jelek itu, biar tidak ada yang nge-fans lagi dengannya.
"Astaga sayang, kalau ingin pergi ke kantin bersama katakan saja. Tidak usah melempar wajah tampanku ini dengan sepatumu" ucapnya seraya mendekat ke arahku- lagi. Dan tiba-tiba saja dia berjongkok di depanku. Menyetuh pergelangan kakiku.
"Apa-apaan kau! Menyentuh-"
Dia, memakaikan sepatuku. Perlahan mengikat tali sepatuku. Untuk sepersekian detik aku kembali terdiam. Anak ajaib siapa coba Jimin itu? Menyebalkan sekaligus romantis. Aduh, mikir hal yang aneh lagi kan. Ingin ku bunuh saja ini bocah.
"Sudah" ujarnya lalu berdiri dari posisinya tadi mensejajarkan wajahnya dengan wajahku.
Dan lagi-lagi ia mendekatkan wajahnya ke wajah ku.
Astaga! Jangan-jangan dia ingin menciumku.
Ya ampun! Aku berfikir bodoh lagi.
Tapi dia mendekat lagi.
CUP
Dia. Mencium. Keningku.
.
Oh God! Bibirnya, sangat lembut.
.
"Jadilah milikku Min Yoongi!" Ujarnya pelan sambil menatapku dalam.
"A-a-aapa?" Yaampun kenapa aku terbata seperti ini.
"Aku tidak menerima penolakkan, sayang" Tambahnya lagi dan-
Dan dia...
Dan dia menjilat bibirku!
.
Menjilat bibirku!
.
Pipiku memanas seketika. Sepertinya aku sudah berubah menjadi tomat sekarang.
"Ayo!" Ucapnya seraya menggenggam tanganku erat.
"A-ayo ap-apa?" Aish, kenapa masih terbata sih bicaraku ini.
"Tentu saja makan siang bersama, sayang"
Belum sempat aku menjawab dia sudah menarikku duluan. Tak memperdulikkan tatapan mengerikkan para yeoja penggemar maniaknya yang menatapku garang seakan-akan ingin mencabikku dengan sadisnya atau paling tidak berdoa agar aku ditelan pusaran hitam gelap yang kalau tidak salah namanya sih black hole.
Alih-alih tentang itu semua, kenapa sepertinya ini bukan jalan menuju ke kantin? Atau hanya perasaanku saja?
.
.
.
.
Yah, ternyata memang benar-benar ini bukan ke kantin. Aku diseretnya ke kedai es krim ini. Aku tak habis pikir dengan otak bocah ini. Dia benar-benar aneh. Mulutnya itu selalu saja mengeluarkan sedertan kata ajaib. Tapi biar begitu, sialnya terkadang membuatku tertawa dan... bersemu. Dasar bocah idiot.
"Yoongi, jangan melamunkan diriku terus" ujarnya tiba-tiba.
"Cih, ke pe-de an sekali kau ini" balasku ketus yang hanya ditanggapi dengan tawanya.
"Apanya yang tidak melamunkan tentang diriku. Kalau ,makan es krim saja sampai belepotan seperti itu" ujarnya lagi dengan tawanya lagi.
Sontak aku langsung saja menggerakkan tanganku untuk membersihkan noda es krim di bibirku, namun tangan Jimin menahanku tiba-tiba.
"Mwo?" tanyaku ketus.
Ia tak menjawabnya dan malah mendekatkan wajahnya ke wajahku lagi.
"M-mau a-pa k-kkau?" tanyaku gugup dengan jarak wajahnya dengan wajaku yang begitu dekat.
CHU
Aku membulatkan mataku. Ia menempalkan bibirnya ke atas bibirku. Menjilati noda es krim yng menempel di sudut bibirku dengan lidahnya dan mengemuti bibirku seakan-akan bibirku ini adalah es krim.
"Yak! Park Jimin! Kenapa kau suka sekali melakukkan hal-hal tidak senonoh huh?!" kudengan seseorang sedikit berteriak ke arah kami yang membuatku tersadar dan mendorong keras Jimin agar melepaskan pagutannya.
"Nuna! kau mengganggu saja" ujar Jimin menggerutu.
Wajahku benar-benar panas sekarang. Bisa-bisanya ia setenang itu setelah melakukkan hal seperti itu.
"Kau itu yang harusnya ku salahkan! Aku tak bisa menghitung lagi dengan jari-jari ku berapa kali kau melakukkan hal-hal senonoh di cafeku!"
NYUTT
Entah kenapa aku merasakan hatiku tercubit sakit mendengar perkataannya. Bukankah itu berarti Jimin sudah sering bermain-main dengan wanita lain. Aku tak tahu mengapa aku gelisah seperti ini dan mataku mulai berembun.
"Hiks..." satu isakan lolos dari bibirku. Aku segera bangkit dari dudukku dan berlari keluar cafee secepat mungkin.
"Yoongi" panggil Jimin yang tak kuhiraukan.
Air mataku terus mengalir deras. Aku tak menegerti mengapa aku seperti ini. Harusnya sejak awal aku tahu Jimin hanya mempermainkanku. Namun kenapa aku dengan begitu mudahnya tertarik padanya. Min Yoongi pabo!
.
.
.
.
Pagi yang sangat buruk. Aku terlambat bangun karena denga bodohnya aku menangisi si Park-brengsek Jimin. Untungnya aku tidak mendapatkan hukuman karena waktu keterlambatanku masih bisa ditolerir.
Dan tiba-tiba saja Park saem megadakan ulangan sejarah dadakan. Lalu sekarang, aku hanya bisa menatap datar kantin sekolah yang sdah penuh murid dan tidak menyisakan satu tempat dudukpun untukku dan Taehyung.
"Taehyungie!" kudengar seseorang memanggil Taehyung. Yah, siapa lagi kalau bukan Jung Hoseok kekasih Taehyung.
"Ohh... hyung!" Taehyung langsung mnarikku menuju kekasih idiotnya yang tadi memberinya kode untuk duduk bersamanya dan... Jimin.
Shit! Megapa harus ada bocah gila itu.
"Gwenchana" bisik Tahyung dengan senyuman lembutnya. Tumben sekali ini bocah.
.
Dan kami pun hanya makan. Ah, lebih tepatnya aku yang hanya makan saja. Sedangkan Taehyung ia sibuk dengan kekasihnya dan tak henti-hentinya bicara enath apa itu.
"Ahhh... bagaimana dengan kencan kalian kemarin? Bagaimana? Bagaimana?" tanya Taehyung tiba-tiba.
Diam. Taka ada yang menjawab pertanyaan Taehyung baik aku maupun Jimin.
"Apa saja yang kalian lakukan?" tanya Taehyung makin mendesak.
"Ahh... jaga-jangan kalian...,"
BRRAK
Aku menggebrak meja di depanku dengan keras. Berdiri dengan cepat tanpa memperdulikkan suara yang dhasilkan oleh kursi yang bergesekkan dengan lantai membuat ngilu. Berjalang dengan kasar menghentak-hentak lantai.
Dan lagi-lagi air mataku meleleh. Kupercepat langkahku hingga sedikit berlari.
"Min Yoongi!" seseorang memanggilku. Itu, Jimin.
"Yoongi!"
"Min Yongi berhenti!" ia terus memanggil dan tak ku perdulikan.
"AAKKHH" pekikku saat Jimin membenturkan punggungku ke tembok koridor sedikit keras. Ia mengunci pergerakkanku dengan kedua tangannya di sisi kepalaku. Menatapku tajam. Cih, dia kira aku takut dengan tatapan seperi itu.
"Mwo?" tanyaku menantang menatap tajam balik padanya. Dan ia hanya menghela napas menunduk.
"Kau selah mengerti Yoongi. Semuanya tidak seperti yang kau fikirkan. Aku.. aku hanya mencintaimu hanya dirimu. Aku tau kau pasti berfikir kalau aku sering malekukkan hal-hal tak senonoh pada orang lain. Tidak Yoongi, aku tidak pernah melakukkan hal seperti itu pada siapapun. Karena... kau cinta pertamaku, Min Yoongi" ujarnya berbisik di akhir kalimat dengan tatapan memohonnya.
"Sudah selesai bicaranya?" tanyaku tajam yang membuat Jimin menggeram.
"Menyingkir, kau membuang-buang waktuku" ujarku makin ketus. Namun, ia tetap menyingkir dari hadapanku dan membiarkanku melangkah pergi.
.
.
.
Sekolah dihari yang menyebalkan in akhirnya berakhir juga. Semuanya segera bergegas meninggalkan ruangan kelas begitu pula dengan diriku.
"Jimin Oppa" teriak seseorang di pintu kelas kami begitu nyaring.
Yoongi pov end
Author pov
"Jimin Oppa" suara nyaring seorang yeoja membuat hampir seluruh murid dikelas yang tinggal sebagian itu menoleh ke arahnya. Merasa mengganggu ketenangan yeoja itupun menyengir kuda watados. Dan setelah itu pun ia berlari kecil menghampiri si namja yang namanya ia sebut tadi.
"Oppa ayo pulang bersama" tuturnya merangkul lengan Jimin manja dan menariknya paksa. Jeon Jungkook, nama yeoja yang berada sau tingkat di bawah Jimin.
Jimin yang ditarik paksa tersebut hanya bisa mengikuti saja. Ia melirik sedikit ke arah Yoongi yang raut wajahnya menjelaskan bahwa ia tidak suka. 'Apakah Yoongi cemburu?' batin Jimin.
Yoongi berdiri kasar. Berjalan menghentak-hentak lantai kelasnya yang tak bersalah. Melewati Jimin yang tersenyum penuh arti tanpa ia sadari.
.
.
.
.
Yoongi berjalan menyusuri koridor kelasnya yang mulai ramai. Yoongi menaruh tasnya di atas meja tempat duduknya. Pagi-pagi sudah di suguhi pemandangan laknat yang membuat Yoongi naik darah. Ya, tentu saja Park Jimin yang sedang bercanda berdua dengan Jungkook. Yoongi kan jadi cemburu, eh.
Jimin malah sengaja mencari-cari kesempatan untuk melakukan skin ship dengan Jungkook. Dalam hatinya ia tersenyum penuh kemenangan melihat Yoongi yang cemberut. Namun senyumannya itu langsung hilang ketika seorang namja menyapa Yoongi sambil menyentuh pundak Yoongi, Kim Seokjin. Pemuda idaman semua yeoja di sekolahnya. Ketua OSIS yang ramah namun tegas. Ah, parasnya yang tak bisa dihindari oleh siapapun.
Dan, akhir-akhir ini banyak kabar beredar kalau Seokjin sebenarnya meyukai Yoongi. Maka dari itu Jimin langsung memproklamasikkan bahwa Yoongi adalah miliknya saat itu. Ia tidak akan terima jika pujaan hatinya sejak Junior High School diambil begitu saja.
Seokjin duduk di kursi berhadapan dengan Yoongi. Senyumannya tak lepas dari wajah tampannya. Entah apa yang mereka bicarakan, namun Yoongi akan tertawa renyah karena Seokjin. Dan itu membuat rahang Jimin mengeras menahan amarah.
.
Bel masuk sekolah yang berbunyi nyaring membuat Seokjin harus kembali ke tempat duduknya dan Jungkook harus pergi kembali kekelasnya karena Jungkook memang berada satu tingkat dibawah mereka.
Selama pelajaran tadi Yoongi sangat tidak fokus terhadap materi-materi yang diajarkan tadi. Kenapa? Karena tadi Seokjin mengatakan bahwa dirinya menyukai Yoongi. Sangat to the point. Tapi, itu merupakan tipe Yoongi. Pria yang tidak bertele-tele namun sopan dan penuh perhitungan.
Yoongi mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Ngomong-ngomong, apa Taehyung telat lagi dan harus dihukum membersihkan taman sekolah yang luasnya tidak kira-kira. Sebenarnya sih, Yoongi sudah sangat terbiasa dengan Taehyung yang selalu telat. Ah, bahkan teman sekelasnya pun juga sudah terbiasa. Gurunya pun juga sudah terbiasa kok.
.
.
.
.
Hari demi hari sudah berlalu. Hubungan Jimin dan Yoongi tak ada perubahan. Masih saling mendiamkan. Saling tak mengerti tentang apa yang mereka rasakan. 'Cemburu'. Namun keduanya saling mengelak tak diucap. Saling mencoba membuat cemburu satu sama lain.
Yang berubah hanya Seokjin dan Yoongi yang makin dekat setiap harinya. Mereka tidak berpacaran. Bukan. Mereka hanya belum. Siapa yang tak tahu jika saja mereka akan menjadi sepasang kekasih dalam waktu dekat, jika Seokjin saja memperlakukan Yoongi dengan sangat romantis.
"Yoongi..." panggil Seokjin saat Yoongi baru akan berjalan ke luar kelas dari tempat duduknya.
"Ya"
"Kau ada waktu malam ini?" tanya Seokjin.
"Ya... ada apa?" tanya Yoongi balik
"Baguslah... ku jemput nanti malam ya" tutur Seokjin lalu mengusak rambut Yoongi.
.
.
.
Sesuai perkataannya tadi Seokjin menjemput Yoongi saat hari mulai malam. Terlihat Yoongi yang berjalan keluar dari pintu rumahnya yang cukup besar menggunakkan dress babby biru selutut dan convers biru. Dan rambutnya yang dibiarkan terurai yang hanya di jepit dengan jepitan yang juga berwarna biru.
"Sudah siap?" tanya Seokjin saat Yoongi sudah sampai di depannya yang diangguki imut oleh Yoongi.
Seokjin membukakan pintu untuk Yoongi duduk di kursi depan sebelahnya. Lalu Seokjin pun melajukan mobilnya membawa Yoongi untuk makan malam bersamanya dan bersama kedua orang tuanya.
.
"Loh, kenapa kita kesini? Dan rumah siapa juga ini?" tanya Yoongi bertubi karena Seokjin tidak memberitahukannya bahwa mereka akan malam di rumah Seokjin.
"Kita makan malam dirumahku... dan sudah pasti ini rumahku" jawab Seokjin santai sambil memarkirkan mobilnya di pekarangan rumahnya. Ah, tapi akan lebih tepatnya jika disebut mansion.
"Kenapa di rumahmu?" tanya Yoongi –lagi saat mereka sudah keluar dari mobil.
"Karena aku ingin memperkenalkanmu pada orang tuaku" tutur Sokjin yang saat itu juga membuat Yoongi terbelalak tak percaya dan hampir saja menjatuhkan rahangnya. Banyak pertanyaan yang berputar-putar di kepalanya sekarang.
"Tenang saja... orang tuaku tidak menggigit kok" ucap Seokjin sambil mencubit pelan pipi Yoongi.
"Yaaa! Oppa lepaskan!" Yoongi sedikit berteriak karena Sokjin tak kunjung melepaskan cubitan tangannya di kedua pipinya.
"Ayo masuk" ujar Seokjin saat ia sudah melepaskan cubitannya.
"Sakit tahu" tutur Yoongi sambil mengusap-usap pipinya.
Seokjin menggandeng tangan Yoongi selama perjalanan mereka menuju pintu rumah Seokjin.
"Yoongi... selamat datang di keluargaku"
"Heh?"
.
.
.
.
TBC
Yup~ ff chaptered pertamaku nih..
Mian mian kalu kurang puas...
Mohon kritik dan sarannya nee^^
