suicide club: 1
bts ot7 - jimin centric
friendship
warning: lapslock
warning 2.0: probably there won't be a new chapter when its actually supposed to
summary: in which there is a bunch of highschool boys who plan to do a massive suicide—just because. jimin actually has nothing to do with killing himself, but a friend (not really) from another class—kim taehyung, as known as school's troublemaker—drags him all of a sudden to an extremely strange room in the dormitory building. there are 5 people, not doing anything beside staring at jimin and taehyung. then right at that time jimin knows his life is gonna be fucked up.
***
satu-satunya hal yang jimin cintai tentang dirinya sendiri adalah fakta bahwa ia bukanlah lelaki problematik. umurnya sudah resmi enam belas, tapi masih dapat dikatakan sebagai anak baik-baik bahkan hingga detik ini. tidak pernah sekalipun disentuhnya rokok, alkohol, dan—ah, apalagi yang namanya narkoba. walaupun tidak tumbuh di bawah bimbingan orangtua, si anak baik-baik ini selalu mendengarkan nasehat para pengasuh semasa ia masih tinggal di panti asuhan dengan baik. terima kasih untuk mereka, sekarang jimin mampu menjalani kehidupan smu-nya dengan pendirian yang kuat. padahal sekolah barunya ini adalah smu berasrama yang nyaris semua orang kenal sebagai sekolah dengan para siswa cowok yang badung setengah mati. namun untungnya, pergaulan di tempat ini sama sekali tidak mengguncangkan pertahanan jimin. hah, lagipula siapa juga yang mau mengajak siswa culun macam dirinya untuk terlibat dalam hal-hal ekstrem?
eh, kecuali satu orang.
kim taehyung.
iya, kim taehyung yang itu—yang mungkin bisa dikatakan sebagai siswa paling badung di sekolah meskipun masih berada di kelas satu. dia itu aneh, jimin menyimpulkan. dia datang ke sekolah dengan seragam yang rapi, memperhatikan dengan seksama saat guru menerangkan di kelas, tapi berulah tanpa ampun sepulang sekolah. entah apa tujuannya. yang pasti, tidak ada hari tanpa babak belurnya salah satu murid sekolah—entah dia itu kelas satu, dua, atau tiga, entah dia itu perempuan atau laki-laki—pokoknya tanpa pandang bulu. tapi tidak ada yang berani melaporkan kim taehyung pada guru, biarkan saja hanya jadi berita di lingkup para murid. toh tidak ada yang mati gara-gara tinjuannya.
jimin sendiri bukan siapa-siapa melainkan pengamat sekelilingnya. ia kira dirinya tidak akan terlihat oleh taehyung sebagai target pembabakbeluran yang sudah jadi rutinitasnya. sumpah, ia sudah berusaha untuk menjadi orang paling tak terlihat di sekolah dengan tidak menunjukkan gerak-gerik mencolok, apalagi kalau sedang ada cowok itu di sekitarnya. tapi entah memang sedang kelewat sial atau apa, tiba-tiba saja ada seseorang yang menariknya dari belakang. saat itu pukul tujuh malam dan jimin baru kembali dari kegiatan ekstrakuriluler, jelas sambutan macam ini sama sekali bukan yang ia harapkan.
"nah, untung kau lebih pendek dariku," ucap orang yang menariknya tiba-tiba. tanpa perlu menengok ke belakang pun jimin tahu siapa pemilik sang suara—siapa pula yang bisa menyamai beratnya suara seorang kim taehyung?
yah, sudahlah. mungkin dia akan mati hari ini.
taehyung masih menarik jimin mundur dengan tangan yang melingkar di lehernya erat. kalau jimin memberontak, bisa-bisa lehernya putus dan jelas itu tidak terdengar seperti pilihan yang bagus. langkah taehyung nyaris tak terdengar, sementara jimin sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi. ia rasa dengan membuat suara gaduh tidak akan membuat siapapun datang dan membantunya—mengingat ini adalah daerah asrama cowok dan cowok-cowok di sini sama sekali bukanlah tipe pahlawan. jimin masih bisa melihat remang-remang lampu pada awal penyanderaan, tapi tidak lagi setelah kim taehyung berbelok, menyeretnya ke sebuah lorong gelap yang becek.
mereka masih terus berjalan dalam diam. jimin tahu ini bukan sesuatu yang pantas ditanyakan di tengah sebuah penculikan, tapi—
"kapan kita akan sampai?"
"t-tunggu, apa?" taehyung terdengar kaget, dan itu di luar perkiraan jimin. masa kim taehyung bisa terkejut hanya gara-gara pertanyaan macam itu? omong-omong, ia tidak tahu apakah ia diperbolehkan untuk bicara lagi, tapi sepertinya taehyung sedang menunggunya untuk melakukan itu. jadi jimin melanjutkan dengan suara pelannya, "maksudku, bukankah lorong ini sudah cukup gelap untuk menghajarku? atau ada tempat yang lebih aman dari ini?"
"siapa yang mau menghajar siapa?" taehyung mendecak kesal. "dengar, kau di sini bukan untuk dihajar atau semacamnya. jadi diamlah dan tunggu saja sampai kita sampai."
"o-oke," baguslah, jimin bukan di sini untuk dihajar. tapi lantas untuk apa?
"kami membutuhkanmu." suara taehyung pelan, lebih seperti sedang berbisik. dan jimin tidak tahu apakah itu berarti ia akan selamat atau tidak, apalagi ketika akhirnya mereka berbelok dan terdengar suara jemari taehyung yang mengetuk sebuah pintu. tak butuh waktu lama sebelum akhirnya terdengar suara decitan pintu yang beradu dengan lantai.
"oh, jadi ini dia si park jimin?"
dan setelahnya jimin tahu kehidupannya tidak akan sama lagi.
