Fairy Tail ©Hiro Mashima

7 Days to Fall in Love © Aoife the Shadow

.

Warning: AU, OOC, typos, etc.

Enjoy

.

.

Day 1

Gadis berambut merah panjang itu langsung berdiri ketika melihatku memasuki kamar yang akan aku tempati selama seminggu ke depan. Dia menghampiriku yang masih berdiri di ambang pintu. Sebuah senyuman hangat terukir di bibirnya. Dia mengulurkan tangan kanannya kepadaku.

"Namaku Erza Scarlet. Siapa namamu?"

Aku menyambut uluran tangannya, sebuah senyuman yang menurut ibuku sangat manis kini menghiasi bibirku, "Namaku Lucy Heartfilia."

Kedua iris cokelat hangatnya bertemu dengan kedua iris milikku, membuatku merasa nyaman. Dalam sekejap, aku tahu kalau dia orang yang bisa dipercaya.

"Mohon bantuannya selama seminggu ke depan!"

"Pondok 314." Erza membaca nomor yang terpasang di depan pondok bawah papan nomor itu terdapat sebuah kertas yang bertuliskan:

Peserta Summer Camp Tahun xxxx

Pondok 304:

Gray Fullbuster

Natsu Dragneel

Erza mengetuk pintu pondok itu, tidak ada jawaban. Dia menoleh kepadaku, "Kau yakin ini pondok anggota kelompok kita?"

Aku mengecek kertas yang kupegang dan mengangguk, "Disini tertulis kalau pondok 297 satu kelompok dengan pondok 314!" tegasku.

"Kalau begitu mana penghuni pondok ini?" tanya Erza bingung. Aku mengangkat bahu, tanda kalau aku juga tidak mengetahui tentang hal itu.

"Itu bagianku, baka Natsu!"

"Kau sudah dapat banyak, baka Gray! Ini bagianku!"

Suara-suara ribut itu sukses membuatku dan Erza membalikkan badan kami untuk melihat sumber keributan itu. Di sana, berjalan di jalan di depan pondok, terdapat dua orang pemuda. Yang satu berambut merah muda dan satu lagi berambut hitam.

Pemuda berambut hitam yang pertama kali menyadari keberadaan kami. "Mau apa kalian di pondok kami?" tanyanya singkat.

"Apa kalian Natsu Dragneel dan Gray Fullbuster?" tanyaku.

"Ya. Aku Gray dan ini Natsu." pemuda berambut hitam itu menunjuk temannya. "Kalian ada urusan apa dengan kami?"

Erza melipat kedua tangannya, "Sepertinya kalian terjebak bersamaku dan Lucy selama seminggu ke depan!"

"Jadi, menurutmu nama apa yang cocok untuk kelompok kita?" tanya Erza ketika kami semua sedang berdiskusi di pondok Gray dan Natsu.

"The Strongest Team?" usul Gray.

"Apa tidak terdengar terlalu sombong?" aku memberikan pendapat.

"Fairy Tail!" teriak Natsu. Kami semua langsung menoleh ke arahnya.

"Fairy Tail? Ekor peri?" tanya Erza untuk memastikan. Natsu mengangguk dengan penuh semangat.

"Kenapa kau mau menamai kelompok kita Ekor Peri, Baka?" ujar Gray.

"Dengarkan dulu penjelasanku, mata sipit!" teriak Natsu mulai emosi.

"Fairy Tail? Rasanya aku pernah dengar.." gumamku.

Rupanya Erza mendengar gumamanku yang terbilang pelan itu. "Eh, kau tahu Lucy? Lebih baik kau yang menjelaskan daripada Natsu."

Aku membuat gerakan untuk meminta maaf kepada Natsu, tapi dia hanya mengangkat bahu. Aku menghela nafas dan mulai menjelaskan,

"Dulu Fairy Tail adalah nama sebuah guild. Nama itu diambil dari sebuah pertanyaan lama, apakah peri memiliki ekor? Sampai sekarang tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan itu. Jadi, Fairy Tail bisa juga diartikan sebagai…"

"Petualangan yang tak berakhir, atau misteri yang tidak pernah berakhir."

Day 2

"Kau sudah mengambil wortelnya, Natsu?"

"Ini wortel, kan?"

"Natsu! Itu lobak, bukan wortel! Kau tidak bisa melihat perbedaannya?"

"Lucy, apa daun bawangnya sudah cukup?"

"Sepertinya sudah. Kita hanya butuh itu untuk penyedap rasa…"

Sekitar seratus anak sedang berada di sebuah kebun yang luas, mencari sesuatu yang bisa dimakan dan dimasak untuk makan siang. Materi hari ini adalah memasak. Mereka semua harus memasak sesuatu untuk makan siang, dan mereka harus mengambil langsung sayuran segar dari kebunnya.

"Wortel sudah, kentang sudah, jagung sudah, daun bawang sudah, bawang sudah,…" Erza melihat hasil panen mereka. "Sepertinya sudah lengkap." Ujarnya.

"Kalau begitu, ayo kita ke dapur! Mumpung yang lain belum selesai." ajakku. Erza, Natsu dan Gray mengangguk. Kami semua pun berjalan menuju sebuah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal panitia dan tempat berlangsungnya beberapa acara.

Di dalam bangunan itu terdapat lima dapur, berarti satu dapur akan dipakai oleh lima regu. Kami memilih salah satu dapur yang masih kosong dan langsung memulai.

"Natsu, isi panci dengan air dan didihkan! Gray, potong-potong bawangnya! Lucy dan aku akan memotong sisanya." perintah Erza yang kemarin ditunjuk menjadi ketua kelompok kami.

Kami semua langsung melakukan perintah Erza. Natsu langsung mengisi sebuah panci besar dengan air dan meletakkannya di atas kompor. Gray mengambil bawang yang tadi kami ambil dan mulai memotongnya. Aku memotong jagung dan wortel di sebelahnya, sedangkan Erza membuka kulkas untuk mencari daging untuk dimasukkan ke dalam masakan kami.

Aku melirik ke arah Gray yang berada di sampingku dan mendesah pelan ketika melihat dia memotongnya dengan irisan yang besar-besar. Aku menoleh untuk melihat apa yang Natsu kerjakan dan memekik terkejut.

"Natsu, kecilkan apinya!" pekikku ketika melihat Natsu memsak air dengan api yang SANGAT besar!

Natsu menoleh kepadaku dengan tampang tidak bersalah, "Tapi nanti lama mendidihnya." dia membela diri.

"Bukan begitu caranya!" Daripada hanya berteriak-teriak, aku berlari menghampiri Natsu dan tanpa sengaja menyentuh tangannya ketika berusaha mengecilkan kompor.

"Deg"

"Tangannya hangat." batinku dalam hati. Tanpa dikomando, semburat merah muncul di kedua pipiku. Aku berharap Natsu tidak melihatnya. "Aku kenapa?" tanyaku dalam hati.

"Lucy, cepat selesaikan pekerjaanmu! Kelompok lain sudah datang." kata Erza sambil menunjuk kelompok yang baru saja datang.

"I...iya." aku tergagap dan langsung kembali ke pekerjaanku.

Sup siang ini terasa sangat lezat.

Day 3

"Ayolah, Lucy! Kau mau mempermalukan kelompok kita?"

"Tapi aku takut, Erza."

Aku memandang arena panjat tebing di depanku, rasa takut sudah terbentuk di hatiku sejak aku melihat arena itu. Aku masih bisa bertahan dengan flying fox atau titian tali. Tapi panjat tebing jauh berbeda!

"Ayo, Lucy! Aku ada di belakangmu, kok. Jadi kalau kau jatuh, aku akan menangkapmu." Erza berusaha membujukku. Dari seberang arena, aku bisa melihat Natsu dan Gray sedang melambai ke arah kami. Mereka berdua bisa mendaki sampai tiga perempat arena sebelum jatuh, dan sekarang mereka berdua sedang menunggu aksiku dan Erza dengan tidak sabar.

"Tapi, nanti kau juga jatuh!" kataku kepada Erza.

Erza hanya tersenyum sambil mengencangkan helmnya. "Itulah gunanya teman. Untuk menangkap temannya yang terjatuh, walaupun itu berarti dia sendiri harus terjatuh."

Erza menarikku ke arah arena, aku menurutinya dengan terpaksa. Erza meminta petugas untuk memasangkan tali pengaman kepadaku dan dirinya sendiri.

Erza mendorongku pelan, "Ayo, Lucy! Kau pasti bisa!" Erza menyemangatiku. Aku menelan ludah dengan gugup dan mulai memanjat.

Kedua tanganku langsung terasa terbakar ketika aku mulai memanjat. Tapi setidaknya aku berhasil naik.

Aku berusaha menggapai pegangan selanjutnya, kakiku mencoba mencari pijakan baru. Akhirnya, aku berhasil naik sedikit-sedikit.

Aku sudah naik sekitar seperempat tinggi arena sebelum akhirnya aku kehabisan tenaga dan jatuh. Seperti yang dijanjikan, Erza menangkapku sebelum aku mengenai tanah. Dia menyeringai, "Bagaimana rasanya?"

"Sakit." kataku jujur karena kedua tanganku masih terasa terbakar.

"Nati juga hilang, kok." kata Erza santai. "Sekarang giliranku yang naik!"

Erza mulai memanjat. Tidak ada yang terkejut ketika di bisa memanjat sampai atas.

Setelah Erza turun, kami berdua berjalan ke tempat Gray dan Natsu menunggu. Mereka berdua tampak sudah siap mengejek penampilanku.

"Lucy penakut, Lucy penakut!" goda Gray. Sementara Natsu menjulurkan lidahnya kepadaku dengan sikap mengejek, "Mama, Lucy takut!"

"Urusai!" teriakku, tapi godaan mereka berdua malah semakin menjadi-jadi. Semburat merah kembali muncul di kedua pipiku. Erza hanya tersenyum melihatku merona dan tidak melakukan apa-apa. Dalam hati aku bersumpah untuk membalas mereka semua di arena selanjutnya.

Aku tidak pernah menyangka bermain paintball war bisa seasyik ini. Ha, dendamku terbalaskan!

TBC

A/N:

Aoife: Yo, Aoife kembali lagi dengan fic gaje bin ajaibnya(?)

Readers: Sadar, lu fe. Empat fic belum kelar udah bikin yang baru.

Aoife: Eh, iya tah? #plaak

Readers: #sweatdrop

Aoife: Oke, oke. Tenang aja, fic ini cuma twoshoot kok. Chapter dua udah setengah jalan, tapi kena wb lagi -_-

Ok, RnR? Menerima flame. Chapter 2 will release next week!