"Lisa, lihat, itu Gotei 13, kelak kau harus menjadi salah satu shinigami dan menjadi bagian dari Gotei 13," ucap seseorang perempuan di samping Lisa.

Lisa kecil menatap bangunan itu dari atas bukit. "Tapi, Lisa ingin bebas, seperti... kupu-kupu," jawabnya lirih. Seseorang di belakangnya menggenggam tangan Lisa lebih kencang.

"Tidak boleh, kebebasan itu buruk."


Disclaimer : Tite Kubo.

Warning : OOC (mungkin), maksa, crackpair.

A/N : Sebuah fic untuk memenuhi request dari Shiori Yoshimitsu.

Dan sebuah fic sebagai titik awalku menuju Fandom lain.

Fic ini juga didedikasikan untuk YumitoClover.

Dan untuk semua penghuni Fandom Bleach Indonesia.

Don't Like Don't Read.

Enjoy.


"However, I have a question. What does it mean to Japanese? A nation?"

(Lelouch to Suzaku)

.

Kagome, Kagome.

By koizumi nanaho.


Pemuda itu duduk di bawah pohon rindang di halaman Shinou Academy. Lisa mengamatinya dari jembatan yang menghubungi gedung teori dengan gedung latihan.

Dia duduk sambil memandangi sinar matahari yang menyusup dari celah-celah daun yang begitu rapat.

Pemuda itu berambut raven dan dia berada dua tingkat di bawah Lisa. Tapi, tiga hari lalu, dengan cepat dia masuk ke kelas Lisa dan menyandang gelar—anak jenius.

Kepalanya berputar hingga mereka bertemu pandang. Dia mengangkat tangannya dan meminta Lisa untuk mendekatinya dengan senyuman membingkai wajahnya. "Aku?" Lisa menunjuk dirinya sendiri. Dia mengangguk.

Lisa menginjak rerumputan di halaman itu dan menghampirinya. "Ada apa?" Dia mengangkat kepalanya dan Lisa mengikuti gerakannya.

"Apa ini dulu tempatmu?" Lisa mengalihkan pandangannya dari daun-daun yang bergerak di atasnya ke pemuda di hadapannya.

Dia meletakan tangannya di belakang tubuhnya dan kembali bersuara, "kau selalu memandangiku, seolah aku merebut tempatmu," ucapnya dengan sedikit ekspresi yang menyebalkan.

"Bukan, ini bukan tempatku. Aku hanya penasaran dengan apa yang dipandangi oleh anak jenius di siang yang terik ini," ucap Lisa penuh dengan nada sarkasme. Dia mengembangkan senyumnya dan kembali menengadahkan kepalanya.

"Apa impianmu... Lisa?" Lisa terkejut karena pemuda itu mengingat namamu. "Itu yang kupandangi—impianku." Lisa mengangkat sebelah alisnya mendengar jawaban pemuda itu. "Lalu, apa impianmu?"

Lisa menatapnya sejenak. "Kau sendiri belum mengatakan impianmu," ucap Lisa sedikit menantang. Dia terkekeh mendengar suara Lisa

"Impianku menjadi Shinigami kuat, seperti pohon ini, yang mampu melindungi kita dari terik matahari." Lisa tertegun mendengar impiannya.


Kakome kakome.

Nigerarenu you ni, yoake no ban ni

.

Make a circle, make a circle,

just so that you can't escape.

During the night, before daybreak,


"Hiattt!" Lisa mengangkat pedang kayu di tangannya dan kembali menghujamkan serangan secara bertubi-tubi ke pemuda di hadapannya.

Lisa tampak serius dalam mengayunkannya, walau pasangan berlatihnya dengan santai mematahkan setiap serangannya.

Tak

Pedang kayunya terjatuh berbarengan dengan tubuhnya yang ikut terduduk di lantai. Lisa memegang pergelangan tangan kanannya yang sakit akibat hentakan pedang kayu dari pemuda yang berdiri tegap di depannya.

Dia memanggul pedang kayu itu dan menatap Lisa. "Cukup untuk hari ini," ucapnya seraya mengulurkan tangannya untuk membantu Lisa berdiri.

Lisa menyambutnya, namun dia langsung menarik tubuh pemuda itu hingga dia terjatuh dan Lisa berada di atasnya sambil menghunuskan pedang kayu milik pemuda itu mendekati lehernya.

"Kau tidak seharusnya membantu musuhmu," desis Lisa, dan mengencangkan cengkramannya pada shihakshou pemuda itu. Iris turquoise yang terlapisi kaca mata itu menajam.

Tak lama, Lisa langsung berdiri dan melepaskan pedang kayu itu. "Kalau itu pedang sungguhan, kau bisa mati, Kaien," ucapnya sambil mengambil pedang kayu miliknya sendiri.

Kaien terkekeh dan mulai berdiri. "Kalau itu pedang sungguhan, kau yang akan mati lebih dulu, Lisa." Lisa mendengus mendengar ucapannya dan mulai melangkah keluar dari ruang latihan itu.

Lisa menutup sebelah kelopak matanya demi menghalau sinar matahari yang lebih menyilaukan saat akan kembali ke peraduan. Matanya yang satu lagi menangkap tiga sosok shinigami yang sedang berbicara di sudut koridor.

Dua orang ber-haori putih dan yang satu lagi adalah seorang guru di akademi itu. Mendadak, Lisa menghentikan langkahnya. "Kenapa berhenti?" tanya Kaien lalu mengikuti arah pandang Lisa. "Ada apa dengan dua orang Kapten itu?"

Tidak, tidak ada apa-apa dengan Kapten itu hanya saja... Lisa penasaran dengan apa yang mereka bicarakan dengan nada rendah—setengah berbisik. Salah satu dari mereka yang berambut ikal menatap mereka berdua.

Perlahan dia memutar tubuhnya dan berjalan menghampiri mereka berdua. "Apa yang sedang kalian lakukan senja-senja begini?" tanyanya sambil memandang Lisa.

"Kami baru selesai berlatih," jawab Kaien yang berdiri di samping Lisa. Dia menggelindingkan bola matanya ke arah pemuda berambut raven itu, lalu menatap tangan kanan Lisa yang terlihat bengkak.

"Kembalilah ke kamar kalian," ucapnya, lalu dia memandang Lisa lagi. "Jangan lupa obati tanganmu." Kemudian dia berbalik dan kembali menghampiri dua orang yang tadi.

Lisa menatap telapak tangannya, namun tiba-tiba Kaien menarik Lisa menjauh dari tempat itu. Gadis berkepang itu menepis tangan Kaien saat tiba di perbatasan antara gedung latihan dan asrama.

"Kenapa kau menarikku?" Kaien menatap Lisa, lalu menghela napas.

"Karena tidak seharusnya kita di sana." Kini posisi berbalik, Lisa-lah yang menghela napas dan langsung berjalan menuju asrama.

"Kaien, dia... Kyoraku Shunsui, Kapten Divisi Delapan, 'kan?" tanya Lisa, dan lagi-lagi memandangi telapak tangannya. Kaien menggelindingkan bola matanya ke arah Lisa dan mengatupkan kelopak matanya sejenak.

"Ya."

xXxXx

Hanya tinggal menghitung hari maka Kaien dan Lisa akan menjadi shinigami. Hari ini adalah ujian terakhir ke dunia manusia.

Berbeda dengan hari kemarin yang hanya menggiring roh-roh yang telah meninggal ke Soul Society. Kali ini mereka akan bertarung melawan hollow.

Lisa berjalan di samping Kaien dan mengelilingi kota tersebut menunggu serangan seekor hollow. Sudah berkali-kali mereka mendengar jeritan dari teman mereka di sudut kota yang lain.

Tapi, mereka sama sekali belum menemui seekor hollow pun. Tiba-tiba terdengar robekan udara dan sebuah raungan yang memekakan telinga. Lisa langsung berhenti melangkah dan mengeluarkan zanpaktou-nya.

Tapi di luar dugaan hollow yang muncul di hadapan mereka bukan hollow kelas teri yang bisa dihancurkan dengan serangan mudah. Tapi ini adalah huge hollow yang dua tingkat di atas hollow biasa.

Lisa tidak semudah itu menyerah hanya karena musuh yang mereka hadapi adalah musuh yang sedikit lebih tangguh dari musuh yang biasanya. Lisa melompat ke atas dan mulai mengayunkan pedangnya.

Tapi, huge hollow itu langsung menggerakan tangannya hingga menghantam Lisa sebelum sempat menggoreskan pedangnya di kulit hollow itu. "Akh!" Lisa mengerang. Tubuhnya terasa sakit dan sebentar lagi dia akan menghantam tanah.

Tapi tidak, dia berada di bawah dan menangkap tubuh Lisa. Dia—si anak jenius sekaligus orang yang paling ingin Lisa kalahkan.

"Terburu-buru seperti biasa," ucapnya dengan seringaian di wajahnya. "Lihat dan pelajari," ucapnya sombong dan meletakan Lisa di aspal. Dia ber-shunpo dan muncul di balik hollow itu.

Tapi, saat hollow itu berbalik dia langsung melompat ke atas, dan mengeluarkan zanpaktou-nya. Pedang tajam itu pun membelah hollow itu menjadi dua bagian. Lisa membelalakan matanya dan menatap Kaien yang dilatari oleh bulan purnama sambil mengibaskan pedangnya yang berlumuran darah.

Lisa merasa sedikit... kagum?

Tiba-tiba beberapa hollow mendekati tempat itu dan berlari menghampiri Kaien. Lisa kembali ke alam sadarnya dan langsung mengangkat tangannya dan merapal sesuatu, "Hadou no yon, Byakurai." Sebuah kilat putih muncul dari jari telunjuk dan jari tengah Lisa, lalu menghantam hollow itu.

Kaien memutar kepalanya dan langsung menebas hollow itu. Lisa langsung berdiri dan menyandarkan punggungnya ke punggung Kaien. Tatapannya menatap serius para hollow yang mengelilingi mereka.

Kaien berseringai. "Kalian mengincar musuh yang salah. Lisa," panggil Kaien. Lisa melirik Kaien dan kembali fokus ke hollow-hollow itu. "Jika aku menghabisi mereka lebih cepat darimu, kau harus mentraktirku makan," ucapnya.

Lisa balas menyeringai. "Di mimpimu." Dan setelah itu mereka langsung mengayunkan pedang mereka ke hollow-hollow itu.

xXxXx

"Yo, Fukutaicho," sapa Kaien dan duduk di hadapan Lisa yang sedang sibuk mengerjakan paperwork. Lisa menatapnya sekilas dan kembali mengerjakan paperwork-nya.

"Kenapa kau tidak menerima tawaran Ukitake-taicho untuk menjadi fukutaicho-nya?" Kaien meletakan kepalanya di atas kedua tangannya yang bertengger di atas meja.

"Aku lebih suka mereka mengenalku tanpa embel-embel fukutaicho," ucapnya. Lisa menghentikan kegiatannya sejenak dan menyesap tehnya perlahan.

"Bukankah impianmu menjadi shinigami hebat?" Lisa mulai bertopang dagu dan menatap temannya itu.

"Memang. Tapi, shinigami hebat itu taicho bukan fukutaicho," balasnya. "Berbicara tentang impian, kau masih belum mengatakan apa impianmu," lanjutnya. Lisa tersentak dan menjatuhkan tangannya yang sejak tadi menopang dagunya.

Lisa mengalihkan pandangannya dan menatap kupu-kupu yang sedang berterbangan dengan bebas di atas bunga-bunga itu. "Entahlah, mungkin... kebebasan?"

"Apa kau tidak merasa bebas di sini?" Kaien mengangkat kepalanya dan kembali duduk tegap. Lisa memutar bola matanya dan kembali mengerjakan paperwork-nya. "Tidak, lebih baik aku mengganti pertanyaannya. Kenapa kau menjadi shinigami?"

Kuas di tangan Lisa terjatuh begitu saja. Ya, tidak ada yang pernah menanyakan kenapa dia menjadi shinigami. Sekarang, seolah ada rantai baru yang menjeratnya karena pertanyaan sederhana itu.

Bukankah dia menjadi shinigami karena ucapan orang itu? Seseorang yang memungutnya dari jalanan. Tapi kenapa? Kenapa dia tak bisa mengutarakannya? Apa karena sosok berambut raven di hadapannya?

Jangan bercanda, Lisa.

Kaien bangkit dari kursinya dan mulai berjalan menuju pintu keluar. Tapi, sebelum dia keluar, Kaien melirik Lisa sejenak.

"Kau... seperti Kagome, Lisa." Setelah itu, Kaien keluar. Lisa menundukan kepalanya.


Kakome kakome, watashitachi to

Eien ni asobou? Kagome, Kagome

.

Make a circle, make a circle,

Would you like to, play with us forever?

Kagome, Kagome,


Kaien berlari menyusuri pohon-pohon di sekitarnya. Keringat sudah mulai terlihat di wajahnya. Sesekali kepalanya berputar dan menatap ke sekeliling untuk melihat keadaan, atau mencari tahu di mana dia sekarang?

"Akh!" tiba-tiba terdengar sebuah erangan hal itu membuat indera pendengaran Kaien bekerja ekstra mencari sumber suara itu. Kaien memacu kakinya lebih cepat.

Langkah kakinya terhenti dan matanya terbelalak. "Apa... ini?" Kaien menatap seseorang berlutut dengan luka di sekujur tubuhnya. Tampaknya kesadaran orang itu akan segera hilang, terlihat dari pandangannya yang mulai kosong.

Kaien menatap seseorang yang berdiri di depannya sambil memegang sbeuah pedang dengan darah yang masih mengalir segar. Kaien maju selangkah. "Li-Lisa?"

Dan setelahnya orang itu ambruk. Kaien berlari secepat mungkin mendekati Lisa, tapi semakin lama dia berlari maka jaraknya dengan Lisa semakin jauh. "Lisa!" panggil Kaien.

Tapi, Lisa tetap bergeming.

"Lisa!" teriak Kaien dan segera bangkit dari tidurnya. Kaien meletakan tangannya di depan wajah hingga menutupinya. Dadanya masih naik turun dengan cepat, menandakan dia masih belum tenang sepenuhnya.

"Mimpi buruk," gumamnya kemudian.

xXxXx

Lisa berlari secepat mungkin menuju Divisi Lima untuk mengantarkan sebuah berkas dari Kaptennya. Hari ini hujan deras, sehingga ia harus memacu kakinya lebih cepat agar berkas itu tidak basah.

Dalam hati Lisa sedikit mengumpat tentang datangnya hujan yang secara tiba-tiba. Dan dia menyesal tidak menuruti perkataan Kyoraku untuk membawa payung.

"Yadomaru-fukutaicho?" panggil seseorang yang baru saja Lisa lewati, hal ini memaksanya untuk menghentikan langkahnya dan berbalik. "Rupanya benar itu kau. Kau mau ke mana?" Sosok dengan payung itu mendekati Lisa.

"Aizen?" Sosok berkacamata itu hanya tersenyum. "Uhm, aku ingin ke divisimu, untuk mengantarkan berkas ini." Aizen berjalan cepat dan langsung mengangkat payungnya lebih tinggi hingga melindungi mereka berdua.

"Aku juga ingin kembali ke divisiku, aku berikan kau tumpangan payung," ucapnya. Dan mereka mulai berjalan bersama menuju Divisi Lima. "Kalau aku boleh tahu, itu berkas apa?"

Lisa melirik berkas itu. "Semacam analisa Kaptenku tentang menghilangnya beberapa shinigami kemarin." Aizen menganggukan kepalanya dan menatap lurus berkas itu.

Tak terasa mereka sudah sampai di Divisi Lima dan Aizen menutup payungnya. "Aku ingin kembali ke kamarku," ucap Aizen. Lisa hanya mengangguk.

"Terima kasih tumpangannya." Aizen hanya tersenyum dan langsung berlalu. Lisa menyusuri koridor Divisi itu dan berhenti di depan kantor Divisi Lima, tangannya terjulur dan membuka pintu kantor itu.

"Hirako-taicho."

xXxXx

Kaien menghentikan langkahnya saat menatap seseorang keluar dari Divisi itu. Sosok itu mengenakan kacamata dan berkepang. Kaien menatap rintik-rintik hujan yang masih berjatuhan dari langit.

Lalu, dia mendesah dan kembali menatap sosok yang sangat ia kenal itu. "Lisa!" panggilnya dengan suara kencang. Lisa menoleh dan menatap Kaien yang berjalan mendekatinya bersama payung birunya.

"Ke kedai teh, bagaimana?" tawarnya saat mereka sudah saling berhadapan. Lisa mengangguk dan berlindung di bawah payung Kaien.

Sesekali Kaien memercikan air di tangannya hingga membasahi wajah Lisa dan berikutnya Lisa akan menggerutu dan memarahinya dan Kaien hanya akan membalasnya dengan cengiran dan mengulangi kegiatannya.

"Selamat datang," ucap penyambut tamu itu. Kaien menutup payungnya dan mereka berdua langsung duduk di salah satu meja.

Hening.

Mereka berdua diam dan sama-sama memandangi jutaan tetes air yang menimbulkan suara gemerisik yang mengalun lembut di telinga mereka masing-masing.

"Kau sudah dengar tentang shinigami yang hilang itu?" Lisa membuka percakapan. Kaien menatap iris turquoise Lisa dan mendesah.

"Iya, aku sudah mendengarnya." Tak lama teh yang mereka pesan tiba di meja mereka. Kaien mulai menyesap tehnya lebih dulu. "Lalu?"

"Tidak ada lalu, aku hanya ingin tahu pendapat shinigami hebat sepertimu," ujar Lisa dan menyesap tehnya. Kaien terkekeh dan bertopang dagu.

"Perkembangannya sudah sejauh mana?" Lisa meletakan gelasnya kembali ke atas meja dan terdiam sejenak.

"Muguruma-taicho, sudah diperintahkan untuk meneliti tempat tersebut." Kaien mengangkat sebelah alisnya dan mengetukan jarinya ke permukaan meja itu.

"Kenapa bukan Divisi Dua? Bukankah mereka yang bertugas menyelidiki?" Lisa tampak berpikir dan menyetujui pendapat Kaien. Benar, harusnya Divisi Dua yang diperintahkan pergi.

Kaien memandangi wajah Lisa yang masih sibuk berpikir. Bukan, bukan itu alasannya mengajak gadis itu ke kedai teh. Tapi dia ingin mengatakan tentang mimpinya dan menghalangi gadis itu untuk terlibat akan misi yang berbahaya, seperti: misi mencari shinigami yang hilang.

"Lisa," panggil Kaien. Lisa menatap mata Kaien. "Jika kau diperintahkan untuk mengikuti misi itu, jangan kau terima," pinta Kaien. Lisa terkejut dengan ucapan Kaien.

"Apa maksudmu?"

"Aku memiliki firasat buruk tentang masalah ini." Lisa menelengkan kepalanya lalu menggelengkannya.

"Sejak kapa kau percaya firasat?" tanya Lisa aneh. Seingatnya temannya masih normal dan tidak terlalu sentimentil untuk selalu mengikuti kata-kata firasatnya.

"Sejak beberapa shinigami hilang tanpa sebab," bohong Kaien. Bukan, bukan itu alasannya. Kaien hanya takut kehilangan sahabatnya itu, bukan?

"Tapi, aku fukutaicho, tidak mungkin aku menolak, jika misi itu diserahkan padaku!" tegas Lisa. Kaien menggelengkan kepalanya dan menatap tajam Lisa.

"Kau yang bahkan tidak tahu mengapa menjadi shinigami? Jangan bercanda." Lisa memukul meja itu dan berdiri dari kursinya. Tangannya terkepal dan menatap Kaien dengan kesal.

Dan dia berbalik, segera keluar dari tempat itu.

Kaien tidak salah, dia hanya tidak ingin kehilangan temannya

Tapi, Lisa juga tidak salah, karena kaien tak mengatakan alasan yang sesungguhnya kepada perempuan berkepang itu.

xXxXx

Sehari setelah kejadian itu, Kensei dinyatakan menghilang dari misi. Rapat tengah malam dilakukan demi menyusun strategi untuk menuntaskan masalah yang mulai cukup meresahkan.

Setelah beberapa kesimpulan dan beberapa usul dari Kapten lain, akhirnya sebuah keputusan dibuat. Beberapa Kapten bersama satu orang anggota Kidou Corps diutus untuk menyelidiki kejadian itu dan satu orang lagi: Yadomaru Lisa.

Lisa berlari cepat menuju lokasi kejadian, menurut Urahara—Hiyori juga tengah berada di tempat itu. Dalam perjalanan ia berpapasan dengan Kaien yang baru menyelesaikan tugasnya dari dunia manusia.

Lisa langsung memalingkan wajahnya dan segera ber-shunpo.

Darah.

Itulah pemandangan pertama yang ditangkap oleh retina mata Lisa saat tiba di tempat itu. Cairan hangat berwarna merah itu mengotori rumput di bawahnya bersama dengan tubuh seorang shinigami berambut pirang yang tergeletak tak berdaya di sana.

Dan pemandangan berikutnya adalah tubuh Kensei yang berdiri di hadapannya dengan topeng hollow yang menutupi wajahnya. Lisa langsung terbelalak.

Semua terasa kacau, mereka seperti bertarung dengan dua monster yang sangat sulit ditumbangkan. Bahkan tiga Kapten dengan satu Wakil Kapten Kidou Corps tak bisa menahannya.

Tak dapat dipungkiri Lisa panik, dia bingung dengan apa yang harus ia lakukan demi menghentikan dua sosok itu. Lisa menatapnya dengan gelisah, otaknya berpikir cepat menyusun strategi.

Tapi, percuma kidou tingkat tinggi pun telah monster itu patahkan. Lantas? Strategi seperti apalagi yang harus mereka gunakan.

Lisa terjatuh ke tanah bersamaan dengan darah yang keluar dari tubuhnya. Ia merasakan sakit yang amat sangat dari luka itu, dia merasakan sesuatu tumbuh dan berkembang dalam tubuhnya.

Seperti racun yang disuntikan ke dalam tubuhnya. Sakit dan panas.

Dan di saat seperti itu dia mengingat perkataan Kaien. Tubuhnya mengejang, dan luka di tubuhnya semakin panas. ingatan itupun semakin menguar dan berkelebat dalam kepalanya. Tak terasa air mata telah menggenang di pelupuk mata Lisa. Lalu air mata itu jatuh dan mengalir ke samping kirinya.

"Ka...ien." Pandangannya memburam dan setelah itu semuanya gelap.


Kagome kagome kago no naka no tori wa

Itsu itsu deyaru yoake no ban ni

Tsuru to kame to subetta

.

Kagome kagome, the bird in the cage,

when will you come out?

In the evening of the dawn.


Kaien belum kembali ke kamarnya. Dia masih berdiri di depan Divisi Delapan untuk menunggu kepulangan Lisa. Baru saja dia mendengar kabar bahwa Lisa diturunkan dalam misi yang mereka debatkan kemarin.

"Ka...ien."

Kaien tersentak, tiba-tiba dia merasa Lisa sedang memanggilnya dan disusul dengan reiatsu sosok gadis berkepang itu yang mulai melemah.

Rasa cemas mulai menyelimuti Kaien.

Kaien tetap bersandar pada dinding Divisi Delapan dan menunggu kabar berikutnya. Tapi, hingga pagi menjelang kabar itu tak kunjung datang. Sampai Kaien tak lagi dapat merasakan reiatsu teman dekatnya itu dan bersamaan dengan kabar pengkhianatan Yoruichi Shihoin yang membantu Urahara Kisuke beserta delapan shinigami—yang melakukan hollowfication—untuk melarikan diri.

Dan salah satu shinigami itu adalah: Yadomaru Lisa.

"Lisa." Kaien langsung tersentak dan berlari mencari Kyoraku. Tapi, sosok yang ia cari sedang tak ada di tempat.

Kaien masih berlari di lingkungan Divisi Delapan, hingga tiba-tiba seseorang menabraknya. "Ma-maaf." Kaien membantu gadis kecil itu berdiri. Gadis itu berkacamata dan membawa buku di tangannya.

"Apakah, Anda juga mencari Yadomaru-fukutaicho?" tanya gadis itu hati-hati. Kaien tersenyum miris.

"Kau juga?" Gadis itu mengangguk.

"Apa benar, Yadomaru-fukutaicho... berkhianat?" Kaien merendahkan tubuhnya hingga sejajar dengan gadis itu. Lalu, ia menjulurkan tangannya dan menepuk kepala gadis itu.

"Dia tidak berkhianat, dia hanya pergi ke dunia yang berbeda," ucap Kaien menenangkan. Menenangkan gadis itu dan dirinya sendiri. Walau tatapannya miris begitu pula dengan suaranya.

'Semoga,' tambah Kaien dalam hati.

xXxXx

Dua tahun berikutnya.

Di Kota Karakura.

"Hiat!" Sebuah tebasan kembali dilancarkan dan sosok hollow di hadapan segerombolan shinigami itu menghilang.

"Bagus." Kaien mengangguk dan menghampiri para shinigami itu.

"Kita pulang, Shiba-fukutaicho?" tanya seseorang shinigami wanita di samping Kaien.

"Sudah kubilang, jangan panggil aku Shiba, Miyako." Shinigami lain hanya terkikik geli melihat dua orang yang selalu meributkan maslaah nama ini. Miyako hanya menatap Kaien tidak enak.

"Tapi..." Miyako menghela napas. "Baiklah, Kaien...-dono?" Kaien mengangguk dan tersenyum. Tiba-tiba senyum Kaien luntur saat merasakan reiatsu yang familiar namun sedikit berbeda berada di dekatnya.

Kaien memutar kepalanya dan menatap punggung seseorang berseragam sailor dan berkepang yang mulai menjauh. Tanpa sosok itu harus berbalik, Kaien tahu siapa dia.

Kaien menatap anak buahnya. "Miyako, bawa mereka kembali ke Seiretei. Ada yang harus kukerjakan," perintah Kaien. Miyako hanya mengangguk dan mulai membuka senkaimon.

Kaien menatap anak buahnya menghilang saat pintu shoji itu ikut tertutup. Kaien membalikan kepalanya lagi dan sosok berkepang itu sudah tak ada di sana. Tapi, dia masih bisa melacak keberadaan sosok itu.

Kaien langsung ber-shunpo.

Lisa menghentikan langkahnya saat seseorang dengan reiatsu familiar menepuk pundaknya. "Lisa," tegurnya pelan.

"Kau salah orang," ucapnya dingin. Kaien langsung memutar tubuh Lisa dan menatap wajah Lisa yang tak berubah. Kaien menatap iris turquoise Lisa lekat-lekat, dan tak lama Lisa mengalihkan pandangannya.

Dia mengalah. Ya, mengalah pada pemuda itu.

Kaien memutar badannya dan menarik Lisa berjalan di sampingnya. "Siapa perempuan tadi?" Lisa membuka bibirnya, dia tak bis amenahan rasa penasaran yang membuncah dalam dirinya. "Sudah kubilang, jangan panggil aku Shiba, Miyako." Lisa menirukan gaya Kaien saat mengucapkan hal itu.

Kaien terkekeh. "Daisanseki di divisiku," jawabnya.

"Hooo, kau sudah jadi Fukutaicho rupanya," ledek Lisa tetap dengan ekspresi datarnya. Kaien hanya menatap Lisa sekilas dan menyeringai.

"Begitulah," jawabnya sambil memperhatikan langkah kakinya sendiri. Tiba-tiba Kaien menghentikan langkahnya, namun Lisa tetap berjalan. "Lisa," panggil Kaien. Lisa tidak menghentikan langkahnya karena panggilan itu.

"Kalau kau baik-baik saja, kenapa kau tidak kembali ke Seiretei?"

Lisa menghentikan langkahnya dan menundukan kepalanya. "Aku bukan lagi Shinigami, Kaien," ucap Lisa lirih. Kaien belum bergerak dari tempatnya.

"Apa maksudmu?" Lisa menghela napas dan meletakan tangannya di depan wajahnya, seketika sebuah topeng hollow melekat di wajahnya. Kaien merasakan tekanan reiatsu yang besar dari tubuh Lisa dan menyentuh bahu perempuan itu.

Angin bertiup lebih kencang saat Kaien membalikkan tubuh Lisa. Rambut kepang Lisa berkibar pelan dan Kaien membelalakan matanya. "Sekarang kau mengerti."

Lisa mundur ke belakang dan langsung mengeluarkan pedangnya.

Tring.

Kaien menahannya. Tapi, mereka tidak lagi seperti saat di akademi yang mengenakan pedang kayu, mereka mengenakan katana sungguhan sekarang.

Lisa mengayunkan pedangnya dengan santai dan Kaien menahannya dengan cukup kerepotan.

Tring.

Pedang Kaien terjatuh bersamaan dengan tubuhnya. Lisa langsung mencengkram shihaksou kaien dan mengacungkan pedangnya tepat ke jantung pemuda itu. "Lihat? Aku bukan lagi Shinigami, ada hollow di dalam diriku, aku monster."

Lisa melepaskan cengkramannya dan berdiri. Kaien menatap Lisa yang telah menghilangkan topengnya. "Sekarang kembalilah." Lisa berbalik dan mulai melangkah. Tapi tangannya langsung ditahan oleh Kaien.

"Kau bukan monster, kau temanku." Lisa melirik Kaien dan pemuda itu melepaskan tangan Lisa.

"Teman yang tidak lagi berada di dunia yang sama? Jangan bercanda," ucap Lisa sinis. Kaien mengembangkan senyumnya.

"Tidak, selama kita masih bertarung melawan musuh yang sama. Selamanya kita teman," ucap Kaien.

Lisa tersentak namun setelah itu ia memejamkan mata dan menyunggingkan sebuah senyum.

"Filosofi seperti biasa." Kaien terkekeh, lalu dia mengeluarkan pedangnya dan membuka senkaimon.

"Aku kembali dan aku tidak akan mengatakan keberadaanmu." Kaien mengangkat tangannya dan Lisa menyambutnya. Lalu pemuda berambut raven itu mulai melangkah memasuki senkaimon.

Tapi, sebelum pintu itu tertutup, Kaien menatap Lisa. "Apa sekarang, kau sudah merasa bebas?"

Lisa menatap kupu-kupu neraka yang mengitari Kaien untuk menuntunnya kembali ke Soul Society. Lalu, Lisa menyibakan poninya yang tertiup angin dan menatap Kaien. "Sepertinya."

Kaien tersenyum, dia senang jika temannya itu telah mendapatkan apa yang ia inginkan, walau mereka tidak bisa seperti dulu lagi. Tapi itu sudah cukup.

Lisa menatap pintu shoji yang perlahan menutup dan menghilang. "Sayonara, Kaien." Lisa mengatupkan kelopak matanya sejenak. "Aku... bahagia dapat bertemu dan kenal denganmu."


The End.

.

"A feeling within, of belonging, diginity, pride, the culture is carried in the heart. You are Japanese no matter where you are."

(Lelouch to Suzaku)


A/N :

Cerita tentang judul, aku mengambil judul dari lagu Kagome, kagome, itu loh lagu yang dipake anak-anak Jepang yang main muter-muter terus nebak siapa orang di belakangnya. Aku suka aja sama lagunya, sedikit mirip sama Lisa yang menginginkan kebebasan seperti pembuka cerita, namun terperangkap dalam Gotei 13 karena perempuan itu. Yeah, walau mungkin tetep gak nyambung sama cerita keseluruhan.

Dan yeah, menurutku juga ini tidak terlalu bagus huhuhu, maaf Shio kalau kau tak suka huks huks. Dan alasan kenapa memilih genre: Friendship/Supernatural.

Karena, supernatural yang diambil dari shinigami, setau aku itu termausk dalam katagori supernatural, maaf kalo salah heheheh

Friendship yah, pertemanan Lisa dan Kaien. Awalnya mau ditambahin tragedy, karena tragedy hollowfikasi itu sama kaburnya Lisa dkk heheh.

Awalnya, aku ingin menjadikan fic ini sebagai fic penutupku di FBI. Tapi, aku merubah keputusanku, terima kasih kepada YumitoClover kekasihnya Kid bukan aku, dan Kururugi Meylyyani a.k.a relya Schiffer.

Fic ini akan menjadi titik awalku, yang akan mulai menjelajah ke Fandom lain. Tapi, aku tetap di Fandom ini untuk mengikuti BVF dan menulis beberapa karya lagi.

Lalu, izinkan aku ber-iklan sejenak.

Teman-teman, berminatkah kalian mengikuti Bleach Vivariaton Festival? Sebuah event yang menyenangkan, dengan tema yang berbeda-beda tiap bulannya, dan dapat membantu mengembangkan kreatifitas para author sekalian.

Merasa tertantang?

Jika berminat, bergabung dulu di FB: Bleach Vivariation Festival dan ikuti pendaftarannya. Bagi yang tidak punya FB silakan hubungi panitianya: YumitoClover, MikaShimo, aRaRaNcHa, Kuroliv dan DeBeilschmidt.

Ditunggu partisipasinya.

Lalu, aku ingin bertanya, apa mimpi teman-teman sekalian? ^^

Terima kasih bagi yang sudah menyempatkan diri untuk membaca fic ini. Aku sayang kalian.

So, review plis ^^