Summary:
Tidakkah ia tahu bahwa aku masih sangat mencintainya?

Apakah mereka tidak mengerti bahwa ada seseorang yang sedang menahan sakit di sekitar mereka?

Aku sudah tidak tahan lagi menahan ini semua...

SasuSaku fic.

Warning:

- OOC

- AU

Disclaimer:

- I exactly don't own Naruto, because Mr. Kishimoto does.

Note: underline as phone's show, italic as point of view and flashback's words.

Enjoy the story! :D


-Sakura's POV-

Tidakkah ia tahu bahwa aku masih sangat mencintainya? Ia hanya bisa berdiri di kejauhan sambil memandangiku, tanpa ia tahu bagaimana perasaanku untuk melihatnya bersama gadis pirang itu. Tapi untuk apa dia bersama gadis itu, sedangkan matanya terus tertuju ke arahku?

Aku berdiri di koridor sekolah-sendirian-memandanginya yang sedang duduk berduaan dengan mantan sahabatku di taman. Walaupun semua orang-bahkan temanku-mengatakan bahwa ia dan gadis itu adalah pasangan paling serasi di sekolah, namun tidak denganku-aku tidak pernah berpikir seperti itu.

"Ya ampun.. Coba kau lihat Sasuke dan Ino disana! Mereka cocok sekali, ya?," ujar Tenten yang tiba-tiba datang dan berbicara padaku.

Aku hanya membalasnya dengan sebuah senyuman. Senyuman pahit. Senyuman yang mungkin Tenten tidak akan mengerti artinya. Arti bahwa hatiku pedih untuk mengiyakan ujarannya.

Kemudian bel berbunyi, pertanda bahwa waktu istirahat sudah selesai. Aku dan Tenten pulang ke kelas kami untuk meneruskan jam pelajaran.

-Sasuke's POV-

Aku melihatnya pergi meninggalkan koridor dengan wajahnya yang sangat tidak ingin kulihat. Wajah yang menampakkan sebuah kesedihan yang amat mendalam, namun ia berusaha menyembunyikannya.

Aku tahu, aku bersalah. Aku pun tidak ingin ini terjadi. Aku menyesal. Terdesak. Namun kupikir aku pasti akan bisa melupakannya dengan cepat. Aku bukan tipe pria yang mudah tenggelam dalam suasana. Tapi aku khawatir dengannya. Sakura. Dia harus terbiasa kembali hidup tanpa memilikiku.

"Sayang, aku ke kelasku dulu ya..," suara itu membangunkan lamunanku. Suara Ino, kekasih baruku.
"Hn."

-Sakura's POV-

Mataku terus tertuju padanya, yang saat ini aku sedang berada di satu kelas yang sama. Ia sangat memperhatikan sekali pada guru yang sedang mengajar, namun tidak denganku. Ia terlihat seperti tidak terbebani apapun, namun-sekali lagi-tidak denganku.

Aku yang duduk di tempat yang terletak lebih belakang dari tempat duduknya dapat dengan mudah mencuri pandang untuk memperhatikannya. Apakah ia sadar bahwa sejak satu jam yang lalu aku terus memperhatikannya? Kurasa-semoga-tidak.

Bahkan hingga bel pulang dibunyikan, aku tetap masih memandanginya...

"Sakura, aku pulang duluan ya..," ujar Tenten yang juga duduk sebangku denganku.

"Hati-hati ya," balasku dengan suara pelan.

Lalu Tenten keluar kelas bersama Hinata untuk pulang. Aku memamg biasa pulang sendiri karena teman-temanku-Tenten dan Hinata-tidak searah denganku.

Aku melihat Sasuke berjalan ke luar kelas, sepertinya ia akan pulang. Namun ternyata dugaanku salah. Di depan kelas sudah ada Ino yang sedang menunggunya. Diam-diam aku-yang duduk di samping jendela-mengintip mereka dari balik tirai transparan yang terpasang.

Kulihat Sasuke merangkul Ino dengan selipan senyuman manis yang ia juga pernah lemparkan kepadaku. Lalu mereka berdua duduk di kursi yang terletak di depan kelasku dan menghadap ke pintu kelasku juga. Mereka berdua tampak bahagia, terutama Ino. Namun apakah mereka tidak mengerti bahwa ada seseorang yang sedang menahan sakit di sekitar mereka?

Aku sudah tidak tahan lagi melihat kemesraan mereka. Di balik tirai, aku menangis. Tanpa suara, namun air mata ini deras terjatuh ke kain baju merahku. Untuk menahan sakitnya aku meremas ujung kain bajuku dengan kuat. Dan untuk mengurangi ingatanku akan kemesraan itu, aku memejamkan mata.

Ketika semuanya-kuanggap-sudah berkurang, aku membuka mata kembali. Dan kulihat tiba-tiba ada seseorang yang menyodorkan sapu tangan padaku. Guru terbaikku. Kakashi. Lalu aku menerimanya dan mengusapkan sapu tangan itu pada air mataku.

"Masalah cinta, ya?," ujar Kakashi dingin. Ia berdiri tegak di samping mejaku.

"Umurmu masih terlalu kecil untuk menangisi hal seperti itu," tambahnya. Lalu ia menepuk-nepuk kepalaku pelan, dan kurasa dibalik penutup wajahnya ia tersenyum.

Dan aku akhirnya mendapat sedikit pencerahan. "Aku pulang dulu, ya?," sahutku pada guru Kakashi.

"Hati-hati," balasnya-seperti biasa-dengan pose yang dingin.

* * *
Dengan tubuh yang masih lemas-bekas tekanan tadi-aku berjalan ke luar kelas. Melewati Sasuke dan Ino yang sedang mengobrol-dan Sasuke yang terus merangkul juga mengelus-elus rambut gadis pirang di sebelahnya itu-menuju gerbang depan sekolah dan pulang ke rumah untuk meninggalkan penyakit batin itu.

Aku berbaring di ranjang kamar tidurku sambil merenungkan semua yang telah terjadi padaku-pada hatiku-ini. Kuharap malam ini adalah malam terakhirku untuk mengingatnya.

-FLASHBACK-

"Kenapa..kau..mengajakku kesini?," heranku. "Bagaimana kau tahu kalau aku senang sekali berada di puncak bukit?"

"Karena hatiku selalu mendampingi hatimu," jawab Sasuke dingin yang wajahnya menatap ke arah pemandangan yang terlihat dari puncak bukit. "Jadi aku tahu apa saja hal-hal kesukaanmu."

Tapi apa maksudnya berkata seperti, aku tidak mengerti. "Maksudmu?," tanyaku.

"Kau akan menjaganya, bukan?," sahut Sasuke yang berbalik ke arahku. "Hatiku..pasti akan aman..di tanganmu."

Lalu ia menggenggam kedua tanganku dan membuat pipiku berubah warna menjadi kemerahan. "A..aku..tidak mengerti," kataku gugup.

Sasuke meletakkan tangan kananku tetap di dadanya dan kemudian berkata,"Kuharap kau bisa merasakannya." Ia tersenyum, Sasuke tersenyum padaku. Aku hampir tidak percaya ini. Baru kali ini ia melontarkan senyuman manis padaku, sebelum-sebelumnya ia hanya bisa tersenyum berperangai di hadapanku.

"Aku mencintaimu," ucapnya. Dan aku terkejut setengah mati.

"A..apa?," kagetku.

"Aku ingin menjadi kekasihmu," tambahnya. "Kau menerimanya?"

Hatiku ini sangat bahagia sekali. Tidak pernah terpikirkan olehku bahwa ia bisa membalas perasaanku yang dalam ini. Dan tidak sungkan ku jawab pertanyaannya,"Iya..aku mau. Aku mau menerimanya." Lalu aku memeluknya dengan sangat erat, ia tidak menolaknya. Ya, Tuhan! Aku merasa bahwa aku menjadi gadis terbahagia di pelukannya.

-FLASHBACK ENDS-

"Itu dulu..," pikirku. Dua bulan yang lalu. Kenapa aku harus mengingatnya? Tidak pantas aku melamuni hal yang menyakitkan seperti itu. Itu menyakitkan. Manisnya hanya pada saat itu saja.

-Sasuke's POV-

1 message
received

-Ino-
Sayang, lagi apa?
Miss you.

Jam 23.00 malam. Untuk apa Ino mengirim sms larut malam begini. Aku tidak mengharapkannya. Aku pun sama sekali tidak ingin membalasnya. Aku berharap gadis berambut pink itulah yang mengirim sms kepadaku.

-FLASHBACK-

"Kenapa kau tidak memberitahu mereka tentang hubungan kita?," tanya Sakura dengan wajah yang-kutahu itu-sedih.

Kami berdua-sepulang sekolah-berjalan bersama menuju rumah kami masing-masing yang memang kebetulan searah. Aku mungkin telah membuatnya sedih. Tadi di sekolah teman-teman sekelas kami mulai curiga dengan kedekatanku dan Sakura. Namun, aku tidak mengakui bahwa aku memiliki status dengannya. Aku takut. Teman-teman kami pasti akan berbuat hal yang memalukan.

Lalu aku menjawab dengan tenang,"Aku khawatir kau akan dikucilkan."

Sakura menatapku dengan pandangan yang lebih lebar. "Kenapa bisa begitu? Kurasa itu tidak akan terjadi," sahutnya.

"Ino saja menjauhimu karena ia tahu bahwa kau menyukaiku," kataku. Kudengar, Sakura dan Ino yang pada awalnya mereka sangat dekat menjadi musuh hanya karena aku. Demi mendapatkan aku mereka menjadi seperti itu. "Kalau sudah saatnya, aku pasti akan memberitahu mereka," tambahku.

Sakura tidak terima. "Tapi.."

"Aku belum siap untuk melihatmu dikucilkan," potongku.

Sakura terdiam. Menunduk. Mungkin ia sedang merenungi perkataanku barusan. Selama beberapa saat kami berjalan dalam kesunyian. Dan kemudian akhirnya ia berbicara juga. "Baiklah..," sahutnya sambil tersenyum manis kepadaku. "Aku mengerti bagaimana keadaannya. Sasuke adalah murid terkenal di sekolah, sedangkan Sakura..hanyalah seorang siswi yang segelintir orang saja yang mengenalnya. Prestasi Sakura pun sama sekali tidak ada. Tidak seperti Sasuke. Maka dari itu, banyak siswi yang menaksir Sasuke. Dan kalau orang-orang mengetahui bahwa Sakura adalah pacar Sasuke, para penggemar Sasuke pasti akan membenci Sakura. Begitu 'kan maksudmu?"

Aku merasa tidak enak. Aku tidak membalas perkataannya yang panjang lebar itu. Aku hanya merangkulnya saja. Sepanjang perjalanan.

-FLASHBACK ENDS-

Aku yang sedang duduk sambil menunduk terus memikirkannya. Gadis berambut pink itu, kucintai. Tanganku mengepal. Hatiku rasanya panas untuk mengenang pelukan itu.

-Sakura's POV-

Rasanya aku tidak bisa tidur. Bukan tidak bisa sebenarnya, tapi tidak mau. Aku takut untuk menghadapi hari esok. Takut. Aku tidak kuasa untuk melihat Sasuke bersama kekasih barunya itu.

-FLASHBACK-

"Waaah..," gerutuku yang sedang memandangi gaun malam yang terpajang di muka butik mall tempatku berada. "Gaunnya indah sekali."

"Kau suka?," sahut Sasuke yang sedang berjalan-jalan denganku.

Aku mengangguk semangat. Rasanya aku tidak ingin beranjak dari depan butik. Gaun satin Tafeta berwarna pink itu unik sekali. Banyak tertempel hiasan bunga sakura di sekeliling dadanya. Gaun yang roknya menutupi keseluruhan kaki itu..sangat kuinginkan.

Tiba-tiba Sasuke merangkulku sambil berkata,"Suatu hari nanti kau pasti bisa mendapatkannya, Sakura."

"Harganya pasti mahal sekali," balasku pesimis. Kutatap wajah Sasuke, ia sedang tersenyum.

Lalu Sasuke mengajakku ke toko boneka. Untuk apa dia masuk ke tempat seperti itu? Aku kira pria sejenisnya ini tidak sudi untuk melangkah ke toko boneka.

Saat aku sedang melihat-lihat boneka yang dipajang, tiba-tiba Sasuke meninggalkanku ke bagian toko yang lain. Dan beberapa menit kemudian, ia kembali menghampiriku.

"Aku punya sesuatu..untukmu," ujarnya sambil menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya.

Aku penasaran dengan 'sesuatu' itu. "Apa yang kau bawa?," tanyaku ingin tahu. Lalu ia memperlihatkannya padaku. Ia memberiku boneka babi besar berwarna pink yang dibungkus kado plastik bening dan diikat oleh pita berwarna pink.

Jelas saja aku tercengang. Ketika aku menerimanya, tanganku gemetaran. "I..ini..untukku?," ujarku. "Besar sekali."

"Untuk menemanimu tidur. Simpan di ranjang tempat tidurmu, ya," balasnya. "Aku tidak mungkin menemanimu tidur, jadi biar boneka ini saja yang mewakiliku."

Aku senang sekali ia perhatian padaku. "Terima kasih ya, Sasuke.."

-FLASHBACK ENDS-

Pada posisi tidur aku menengok ke sebelah kiriku. Boneka itu..masih kusimpan di ranjang tempat tidurku. Boneka itu..masih selalu menemani tidurku setiap malam, mewakilkannya. Namun kesetiaan boneka ini tidak sebanding dengan pemberinya. Lalu kuambil bonekanya dan kupeluk erat.


-TBC-

Thanks for read.
Can you guys give me a review, please? :)

xoxo