Triangle Love

Prolog – surpassed the bond

Sejalan ketika ketukan pintu terdengar, dadanya mengembang naik. Ia mempercepat langkahnya ke arah pintu, dan membukakannya hanya untuk melihat seorang pria tampan yang tersenyum padanya, membawa sebuket bunga mawar merah di tangannya.

"ayo, masuk dulu…" bisik wanita itu dengan sopannya, mengajak sang pria masuk ke dalam apartemennya yang kecil, indah dan teratur rapih. Kedatangan si pria disambut oleh gong-gongan anjing kecil yang melompat kesenangan melihatnya. Enggan melihat dasi kupu-kupu yang terpancang di tuxedonya, yang ia buat memakan waktu setengah jam itu rusak, ia menghindar dari lompatan si anjing yang seakan ingin menyerangnya dengan jilatan-jilatan yang berarti tuan ! lama tak bertemu !

sang wanita tersenyum. Duh, anggunnya. Bibirnya yang kecil mungil itu tanpa lipstick, berwarna merah muda sedikit tua. Ia mengenakan dress selutut merah tua tanpa lengan dengan alur bunga dan renda di bagian bawahnya. Rambutnya terurai bebas di pundaknya, memantulkan warna kuning emas gemilau dibawah terpaan cahaya lampu yang sedikit remang itu.

"ayo… kita akan pergi dinner, kan ?"

lelaki itu tersenyum, berjalan mendekat ke arahnya dan memeluknya. "bagaimana dengan extra-extra lainnya ?" bisiknya, sambil mengecup wanita itu berkali-kali. "mumpung aku sudah di sini dan kita hanya berdua ?"

Wanita itu hanya tersenyum, melepaskan diri dari pria itu. "hey… jadi itukah alasanmu mau menjemputku ke sini ?"

Sang pria memainkan sengirannya di ujung bibirnya, terlihat puas seakan wanita itu dapat mengetahui pikirannya. "kalau tidak begitu, apa lagi ?"

"kau memang seorang player, roy…"

wanita itu berjalan ke kamarnya, duduk di atas ranjang sambil mengenakan stocking hitam panjangnya. Roy ikut masuk ke sana, melihat kekasihnya yang sedang bersiap-siap untuk pergi ke pesta bersamanya.

"ayolah Riza.…" keluh Roy perlahan.

"apa ?"

Pertanyaan itu tidak dijawab secara verbal, namun dengan gerakan dorongan ke arah ranjang, dan mengunci bibir mereka berdua. Riza mengalungkan kedua tangannya dibelakang leher Roy, sambil pria itu terus memaksa masuk mengeksploitasi mulutnya.

"kau memang datang ke sini untuk ini, kan ?"

Roy tersenyum nakal lagi padanya, sambil membuka jas hitamnya yang dianggap mengganggu itu, termasuk dasi kupu-kupu yang ia buat dengan susah payah tadi. "jadi… rahasiaku terbongkar, begitu ?"

"nakal" ia mencubit pipi Roy, lalu membantunya melepaskan kancing kemeja putihnya. "aku tahu betul sifat aslimu tahu…"

"terpaksa… kencan malam ini batal" riza sedikit menyesal, namun didorong ke ranjang kembali oleh Roy sambil memberinya kecupan lagi.

"aku tidak akan membatalkan kencan sia-sia…. Kita akan melakukan hal yang jauh lebih menyenangkan daripada makan malam di hotel… percaya."

Riza menutup matanya, tersenyum pada colonelnya. "roy… aku sayang kamu…."desahnya pelan sambil terengah-engah oleh pekerjaan yang dilakukan pasangannya.

"ya…. Aku juga, riza…. Amat sayang…."

TBC

a/n : duh ! lemon lagi ! apa sih yang ada di otakku ini ? namun tidak kuterusin karena aku pasang rating T. sorri bagi yang berharap banyak….(tapi kupikir orang di sini tidak separah di luar….)