-7 Cara Mendapatkan Cinta Ala Conan Edogawa-
Disclaimer : Aoyama Gosho
Rated : T
Genre : Friendship, Romance
Pairing : Conan & Ai
WARNING : typo, OOC, POV suka-suka Author, kadang alur gak jelas, ceritanya gak berkualitas, gak terlalu romantis menurut aku (maklum Author gak pinter soal cinta)
Summary : Conan jatuh cinta? Duh, Ran gimana tuh? Ah, jangan pikirkan Ran kita lihat saja bagaimana Conan mendapatkan cintanya. Okey?
Berseru ria "OKE!"
Conan Edogawa, laki-laki berumur -?- yang kini sedang kasmaran. Hatinya selalu dihiasi bunga-bunga cinta yang tengah berkembang. Senyum selalu terlihat menghiasi wajahnya yang makin hari makin terlihat berseri (Author aja gak tau wajah berseri kaya' gimana?). Belum lagi perubahan sifat dan sikapnya yang makin gentle –mungkin-
Ai yang menganggap ada perubahan terhadap tikus percobaannya, mulai berpikiran 'aneh'. Belum lagi saat Conan senyum-senyum gak jelas padanya. Ai yang gak mau aura cool-nya hilang hanya membalas dengan tatapan dingin dan aura pembunuh luar biasa seakan berkata 'jauhi-aku-atau-kubunuh-kau!'
Sudah sekitar 4 minggu atau sebulan atau 30 hari –kalau bukan febuari- hal itu berlangsung. Conan kadang tertawa sendiri. Kadang bicara sendiri. Kadang pula menerawang sesuatu nun jauh di sana (Conan masih waras gak sih?). Ai tak mau ambil pusing akan hal itu. Baginya mungkin Conan hanya stress karena Ran sudah jadian dengan Eisuke Hondo, teman sekelas Ran. Namun bagi orang lain Conan justru terlihat aneh. Hal itu membuat salah satu temannya bertanya.
"Conan kamu kenapa?" tanya gadis yang sedang memperhatikan Conan sambil memegang bahu Conan sehingga Conan terkejut.
"eh, Ayumi aku tak apa-apa kok" Conan menjawab sambil tersenyum
"begitukah?" Ayumi ragu. Conan mengangguk. "coba aku lihat apa yang kamu tulis" ucapnya sambil mengambil buku Conan.
"hei jangan!" teriak Conan sambil mempertahankan buku miliknya yang berusaha direbut Ayumi.
"APA-APAAN SIH KAMU?" tiba-tiba sebuah suara membuat Conan dan Ayumi berhenti saling menarik buku. Itu . . . suara Genta
"memangnya apa masalahmu?" Ai yang kelihatannya menjadi lawan Genta, bicara dengan tenang.
"Ai, kau . . . ." suara Genta terdengar geram "JANGAN SEENAKNYA KAU!"
"apa pedulimu" Ai menjawab datar.
"DIAM KAU!" Genta makin kesal dibuatnya.
"Genta! Jangan membuat kerusuhan di kelas!" ujar Mitsuhiko sambil menahan Genta untuk menghentikan pertengkaran seru yang terjadi. Genta tak bisa menahan emosinya. Ai pun hanya memandang dengan penuh ancaman pada Genta. Matanya benar-benar sinis menatap laki-laki bertubuh gemuk yang mencoba menantangnya.
Beberapa murid yang menyaksikan duel antara Genta, ketua klub sepak bola yang melawan Ai, putri SMP Teitan yang dingin jadi terbawa suasana. Rasa was was dan tegang menyelimuti kelas tersebut. Sampai akhirnya Bu Jodie datang merusak suasana.
"huh, kalian ini padahal sudah kelas 3 SMP tapi masih hobi bertengkar karena masalah sepele?" Bu Jodie kesal. Dengan nada yang makin lama makin tinggi ia menasihati Genta dan Ai yang tidak saling memandang satu sama lain semenjak pertengkaran dihentikan Bu Jodie.
"dia yang salah Bu" Genta mencoba membela diri.
"Ibu tak mau tau siapa yang salah, PULANG SEKOLAH KALIAN BERSIHKAN KELAS INI!" akhirnya Bu Jodie memberi hukuman pada tersangka, eh Ai dan Genta maksudnya.
Sepulang sekolah
"hei buku siapa ini?" Genta bertanya sambil memegang buku bersampul biru yang tidak ditulis namanya. Baru saja Genta akan membuka halaman pertama pada buku tersebut sebuah suara terdengar keras.
"akh, itu bukuku"
"oh ini bukumu Conan. Sebentar ya, aku mau baca dulu" Genta melanjutkan membuka buku tersebut namun . . . .
"jangan itu buku orang lain, kau tak boleh membacanya seenaknya" teriak Conan sambil mencoba merebut buku dari Genta yang lebih tinggi darinya. Tiba-tiba Genta tertawa. Adakah sesuatu yang lucu? Kelihatannya bagi Genta memang ada yang lucu tertulis dibuku itu dengan jelas.
"hei kalian kenapa?" Ai bertanya bingung melihat Genta yang terus tertawa cekikikan. Ditangannya ia masih memegang sebuah lap yang agak usang. Lebih tepatnya kotor.
"kau harus membaca buku ini. Isinya ada- hmmmp" Genta akan menjawab pertanyaan Ai seakan mereka sudah baikan lagi, namun Conan menutup mulut Genta.
"bukan apa-apa kok Haibara!" Conan cengengesan "kembalikan bukuku" akhirnya buku berhasil didapatkan oleh Conan. Berbisik-bisik ia pada Genta dengan wajah serius kemudian keluarlah Conan dari dalam kelas yang sedang dibersihkan Ai dan Genta yang kelihatannya sudah mulai bertengkar lagi karena sudah terdengar suara barang pecah dari kelas tersebut.
-Conan POV-
Huh, untung saja bukan Ai yang menemukan bukuku. Kalau tidak habislah aku. Kira-kira Genta akan memberitahukan hal tadi pada Ai tidak ya? Kenapa aku khawatir begini.
Tiba-tiba Mitsuhiko muncul di belakangku, membuatku terkejut dan hampir-hampir jantungan. Buku yang ku bawa pun hampir saja terjatuh karenanya. Untung saja aku cukup cekatan. Mitsuhiko hanya senyum melihat tingkahku yang semakin gaje.
"Conan, kok baru pulang? Ada kasus ya? Kok tidak mengajak kami?" Mitsuhiko bertanya bertubi-tubi padaku, membuatku bingung harus menjawab yang mana dahulu.
"tidak kok. Hanya saja tadi bukuku tertinggal di dalam kelas." Jawabku sambil menenangkan jantungku yang terus berdetak tak karuan.
"oh iya, apa itu kertasmu?" tanya Mitsuhiko sambil menunjuk sebuah kertas yang tergeletak di dekatku berdiri.
"akh, itu kertasku" jawabku panik sambil mengambil kertas yang ditunjuk Mitsuhiko. Samar namun masih bisa dibaca, tulisan di kertas itu adalah
Conan Edogawa & Ai Haibara
forever LOVE
-Normal POV-
Segera saja Mitsuhiko tertawa terkekeh-kekeh. Dipandangnya Conan yang memerah layaknya tomat baru masak. Pasti Conan benar-benar malu.
"Conan, yang benar saja masa' kamu menyukai Ai?" tanya Mitsuhiko seraya mengecilkan volume suaranya.
"sttt, jangan keras-keras nanti kedengaran olehnya"
"suaraku kan sudah cukup kecil" Mitsuhiko protes.
"iya deh, tapi jangan katakan siapa-siapa dong. aku janji aku akan mengerjakan pr-mu jika perlu." Conan mencoba menyuap (aduh, kecil-kecil udah belajar nyuap, besarnya jadi apa?)
"hah, kalau kamu malu-malu seperti ini nanti kamu gak bakal dapat hati Ai" Mitsuhiko ngomong asal. Namun direspon Conan dengan serius.
"ah, yang benar?" Conan tampak panik.
"wah, ternyata kamu memang beneran suka ya? Kok sampai panik seperti itu." Mitsuhiko mencoba menggoda Conan yang masih terlihat terkejut.
"aku serius Mitsuhiko. Berhentilah tertawa!" Conan mulai jengkel.
"oke, oke. Aku berhenti tertawa" Mitsuhiko mencoba berhenti tertawa. Namun, pipinya masih tetap menggelembung menandakan bahwa ia masih akan tertawa nantinya.
"eh, Mitsuhiko! Apa kau punya cara agar Ai bisa menyukaiku?" Conan bicara dengan nada pasrah dan tulus sambil tertunduk lesu memegangi bukunya yang berisi banyak rahasia dan beberapa catatan kecil.
"langsung katakan saja kalau kau suka dia" Mitsuhiko berseru ria
"TIDAK MUNGKIN! Ngomong saja aku susah, apalagi kalau langsung nembak?" Conan teriak perlahan. Kemudian jadi sweatdrop.
"hmm" gumam Mitsuhiko mengundang tanda tanya dibenak Conan "mungkin aku punya beberapa usul yang lain" jawabnya cepat membuat Conan kembali ceria. Matanya berbinar-binar menatap Mitsuhiko yang ada dihadapannya. Ternyata Mitsuhiko dapat diandalkan juga, pikirnya.
"kalau begitu Conan, coba kau gunakan cara yang pertama dulu, mula-mula dekati Ai"
"APA? kenapa baru mulai sudah harus didekati begitu?" Conan benar-benar terkejut dalam dirinya dia super protes. Memangnya Conan punya nyali apa buat mendekati Ai?
"kau ini niat mendapatkan Ai tidak sih?" Mitsuhiko bicara dengan gaya soknya.
"tapi kalau-"
"ah, itu dia. Semoga berhasil Conan" Mitsuhiko melmeninggalkan Conan yang berdiri terpaku sendiri. Sementara itu Conan hanya melongo melihat kepergian Mitsuhiko yang seakan mengujinya. Dari belakang terlihat Ai yang berjalan sendiri. Kelihatannya dia memang bertengkar dengan Genta. Tampak sebuah luka memerah didahi Ai. Mungkinkah ia terjatuh? Atau luka itu disebabkan oleh Genta?
"Conan, apa yang kau lakukan disini?" Ai bertanya langsung to the point tanpa basa basi atau menyapa terlebih dahulu.
"akh, Haibara aku . . . aku baru saja akan pulang kok" Conan menjawab ragu. Senyum tak jelas terlihat dibibirnya. Dilihatnya Ai berjalan mendekatinya. Dan barulah Conan melihat dahi Ai memerah.
"Haibara, kenapa dengan dahimu?" Conan bertanya cemas.
"tak apa-apa, Cuma karena bertengkar dengan Genta dan tanpa sengaja aku membentur jendela" Ai menjawab datar tanpa emosi sedikit pun.
"kalau begitu sebaiknya kau diobati dulu" Conan makin cemas. Matanya memandang dengan lesu.
"tak usah khawatir, biasanya juga besok sudah sembuh kok" Ai menjawab sambil memegangi dahinya. Sakit memang namun Ai tetap berusaha tegar. Awalnya ia ingin menangis dilorong sekolah namun ia malah bertemu Conan yang malah keluyuran sehabis sekolah.
"lebih baik kau ikut aku dulu. Ran pasti akan mengobatimu" Conan menarik tangan Ai yang terpaksa jadi mengikutinya. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Baru saja mereka keluar dari gerbang sekolah eh, ada bis berhenti. Mereka naik deh.
Ai duduk disamping Conan yang mempersilahkan Ai duduk duluan. alhasil mereka duduk sampingan. Tiba-tiba tanpa diduga dan secara tidak sengaja Conan ingat perkataan Mitsuhiko yang berbunyi (kaya' baca pasal UUD aja) 'kalau begitu Conan, coba kau gunakan cara yang pertama dulu, mula-mula dekati Ai'
Saat Conan sedang mengingat-ingat perkataan Mitsuhiko ternyata Ai tertidur di dalam bis. Ketika bis berbelok dan agak oleng terang saja kepala Ai jadi menimpa bahu Conan. Duh, duh, duh, betapa merahnya wajah Conan saat itu. Rasa-rasanya ia akan pingsan jika terus seperti itu.
Rambut Ai yang sebahu tertiup pelan oleh angin dan wajah Ai yang gimanaaaa gitu, sungguh mempesona buat Conan. Sejenak diperhatikannya wajah Ai yang tertidur lelap di bahunya, ada yang aneh. Kenapa raut wajahnya terlihat takut?
CKITTT
Bis akhirnya berhenti di sebuah halte. Rumah Conan sih hanya tinggal berjalan melalui gang yang ada di belakang halte tersebut. Tapi, rumah Ai? Karena Conan tidak tau dan tak ingin merasa bingung maka ia bangunkan Ai yang sedang 'berlayar ke pulau kapuk'.
"Ai ayo kita turun!" ucap Conan lembut sambil menggoncang-goncangkan bahu Ai. Rasanya ada yang membuat Conan jadi tertawa geli sendiri ketika ia mengatakan 'kita'
"apa kita sudah sampai?" tanya Ai sambil mengerdip-ngerdipkan matanya yang masih ogah terbuka.
"kau benar, ayo turun"
Dan mereka pun turun. Dengan langkah malas karena masih ngantuk Ai berlajan dibelakang Conan. Wajahnya terlihat masih lelah. Lagipula setelah turun dari bis kerjaan Ai Cuma nguap gak jelas. Beberapa orang memang jadi agak ilfil tapi Conan tetap memandang Ai layaknya seorang putri yang elegan.
Saat Ai akan mengucapkan selamat tinggal Conan dengan sigap mencegahnya. Ditariknya tangan Ai dan dipandangnya gadis yang ada dihadapannya dengan tatapan cemas.
"sebaiknya kamu ikut ke rumahku dulu, Haibara"
"untuk apa? mengobati lukaku?" Ai mencoba menebaknya
"i-iya sih" jawab Conan lirih.
"tak perlu. Dirumahku juga nanti aku bisa mengobatinya."
"tapi-" Conan bingung mau bicara apa, sejenak ia berpikir namun saat ia akan bicara lagi Ai sudah bicara duluan.
"sudah kubilang aku bisa mengobatinya sendiri" Ai mulai menatap sinis.
"yah, terserah kau saja" Conan akhirnya menyerah. Ia tak mampu melawan perkataan Ai yang tingkat egoisnya sangat tinggi.
Ai dan Conan pun berpisah untuk hari ini. Conan agak kecewa sebenarnya. Dalam hatinya ia amat sangat menyesal. Dipandangnya Ai yang berjalan dengan agak lesu. Mungkin Ai masih mengantuk. Meski Conan sendiri ragu tapi ia dapat melihatnya dengan jelas. Untuk hari itu ia melihat Ai tersenyum tulus.
bersambung. . . .
akh, akhirnya selesai juga. aku pusing mau nulis apa lagi.
sebagai seorang Author aku masih belum banyak pengalaman ya, (aku bodoh!) (aku ceroboH!) (oh tidak, aku stres!)
padahal besok mau ulangan geografi kok aku masih santai-santai dan buat fic gaje ini sih?
yah, penyesalan memang selalu diujung. aku mau belajar lagi (kalau gak ngantuk)
aku hanya mau bilang, bagi pembaca yang baik, pengertian, imut, cakep, semuanya deh
REVIEW PLEASE! (dengan mata berbinar-binar)
