TEMAN PERTAMA

Shingeki no Kyojin - Hajime Isayama

Warnings : Drabble. Maybe OOC.

A/N : Menceritakan pertemuan pertama Eren dengan Armin menurut imajinasi saya.


"Ayah, aku mau main keluar, boleh?" pinta seorang anak kecil berambut coklat dengan mata hijau-kebiruan yang berkilat riang. Ia terlihat tidak sabar, di tangan kanannya ada sebuah mainan kayu. Seorang pria bernama Grisha mengangguk–tanda menyetujui permintaan anaknya.

"Boleh. Asalkan Eren hati-hati, ya?" anak kecil berumur delapan tahun itu tersenyum dan bergumam senang.

"Iya!"

Beberapa menit setelah Eren meninggalkan rumah. Teriakan anak kecil mencapai pendengaran Clara. Sang ibu yang sedang menyanyikan lagu lembut, hampir saja melemparkan panci yang ia pegang. Tanpa menaruhnya terlebih dahulu, ia berlari ke asal suara.

Jantungnya berdegup kencang. Takut-takut terjadi hal yang terburuk. Tubuhnya mengejang saat melihat Eren terduduk di hadapan seorang anak kecil berambut pirang cerah. Mainanan kayu miliknya tergeletak begitu saja di tanah. Isak tangis kecil lolos dari bibir mungilnya. Eren bandelnya mendorong anak kecil itu sampai terjatuh. Lengan kanannya lecet.

Clara buru-buru menghampiri anaknya. Bersiap-siap menjewer telinga Eren sebelum ia bangkit dan mengacuhkan anak kecil itu dengan berlari ke dalam rumah. Ia memegang panji di tangannya erat-erat. Kalau perlu, ia akan memukul Eren dengan panci ini. Baru saja Clara akan memanggil Eren, anak berambut coklat itu berlari kecil keluar rumah.

"Hei," Eren berjongkok dan membersihkan luka anak itu. Kemudian memasangkan plester luka dengan lembut. Anak berambut pirang itu menghentikan tangisnya.

Eren mengulurkan tangan, "namaku Eren Jaeger," tersenyum cerah, "siapa namamu?"

Dalam nada pelan, si anak pirang mengucapkan, "na-namaku A-Armin Arlert," ia meraih tangan Eren.

"Oke, Armin, kamu mau nggak jadi temanku?" tanya Eren, bermaksud mengajak anak di hadapannya ini bermain.

"Eh?" Armin mengerjapkan matanya. "Tentu…" sambungnya lagi.

Eren tertawa renyah, kemudian menarik Armin. Sambil mengucapkan sesuatu panjang lebar pada Armin, ia menyerahkan mainan kayunya ke anak pirang itu.

Clara menghela napas panjang seraya melonggarkan genggaman panci di tangannya. Ia berjalan kembali ke dapur sambil menyanyikan lagu. Mengambil beberapa macam sayur dan daging dari dalam lemari. Clara tersenyum senang–ia akan memasak makan siang untuk Eren dan teman barunya.