Disclaimer : Masashi Kishimoto

Warning: AU, OOC, Yaoi

­_ Egli è Per Me­_



"Bagus, pertahankan kecepatan petikan senar gitarmu! Sepertinya kau latihan Tremolo dengan sungguh-sungguh."

Naruto tersenyum, "tentu saja, Kakashi-sensei"

Kakashi menganggukkan kepalanya, "tinggal sedikit meningkatkan kecepatan, tremolomu sudah sempurna." kata Kakashi lagi.

Tiba-tiba pintu ruang musik itu terbuka dan, "maaf, waktu les gitar sudah selesai. Sekarang waktu les biologi." pelayan rumah itu memberi tahu. "Maaf, Hatake-san, anda dipanggil oleh nyonya. Permisi," pelayan itu pamit, keluar dan kembali melakukan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi.

"Baiklah Naruto-kun, latihan sampai disini, permisi…" Kakashi segera keluar ruangan itu dan menuju ruang kerja Uzumaki Kuchina—tempat biasa mereka berdiskusi.

-oOo-

Naruto mengambil handuknya bergegas untuk mandi, tetapi ternyata sabunnya habis. Dengan terpaksa, ia keluar untuk mengambil sabun yang mengharuskan ia melewati ruangan yang biasanya digunakan untuk les biologi.

Sudah terlihat disana, pemuda tampan berambut hitam dengan model pantat bebek, kulit putih pucat dan warna bola mata seperti langit malam—sangat kontras dengan kulitnya, Uchiha Sasuke.

"Haa…? Teme~? Kok datangnya cepet banget sih? Aku baru mau mandi nih," kata Naruto ketika melihat sosok yang sudah disebutkan tadi dari celah pintu yang masih terbuka selebar kira-kira dua jengkal.

Melihat Sasuke yang hanya diam dan memperhatikan dirinya dari ujung rambut sampai ujung kuku jempol kaki, Naruto menggembungkan pipinya kesal.

'Uuuh… mengapa anak ini manis sekali sih?' batin Sasuke. Entah mengapa, otak mesumnya yang baru off sejak beberapa minggu lalu kini menyala kembali, "jangan mandi dulu, nanti juga pasti langsung kotor."

Naruto menaikkan sebelah alisnya tak mengerti, "Hah…? Apa maksudmu? Emang mau ngapain? Ada praktek ya? Praktek apa?" tanya Naruto bertubi-tubi sambil membayangkan dirinya memakai jas putih panjang, memakai sarung tangan dan masker, sedang dua gelas kaca laboratorium dan meneteskan cairan berwarna hijau menyala yang ada di tangan kanannya ke cartan biru di tangan sebelahnya. Tapi begitu kedua cairan itu menyatu, mengepullah asap hitam dan membuat wajahnya seperti gosong terkena sengatan listrik.

"BANGUN WOY!" teriakan Sasuke berhasil menyadarkan Naruto yang baru saja berada di alam bawah sadarnya.

Mata Naruto terbelalak menunjukkan rasa terkejutnya, "Aaa… apa sih, Teme?" Naruto cemberut lagi menatap pemudah yang menjadi guru biologinya, yang hanya berumur lima tahun lebih tua darinya.

Sasuke menghela napas, "tak ada apa-apa. Yasudahlah, bisa kita mulai sekarang?" Sasuke meminta pendapat. Naruto menganggukkan kepalanya. Lalu Sasuke mengeluarkan buku dari tasnya, "sudah sampai mana?"

Naruto mendekati meja dan dan membolak-balik bukunya yang memang sudah tersedia di atas meja ruangan itu. Kemudian dia menjatuhkan dirinya ke kursi yang lumayan empuk itu. Akhirnya tangan Naruto berhenti, "sekarang BAB baru, Teme… ehm, 'Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia'." jawab Naruto langsung.

"Hem… oke, kita langsung mulai saja." Sasuke menutup bukunya dan buku milik Naruto dan mendapat tatapan protes dari Naruto. "Ini adalah pelajaran paling menarik. Kurasa kau akan cepat mengerti kalau yang ini, Naruto." jelas Sasuke.

"Oh, yasudah, lanjut…!"

"Organ reproduksi pria adalah… benda yang menggantung diantara kedua kakimu itu." kata Sasuke memberi pelajaran sekaligus menggoda Naruto.

"E-eeh…?" wajah Naruto memerah sambil melihat ke selangkangannya dan kemudian menutupinya dengan kedua tangan mungilnya.

"Ahahaha…" Sasuke tertawa renyah, namun kemudian normal kembali dan melanjutkan penjelasannya.

"Maaf, Naruto, aku permisi sebentar." Sasuke keluar dari ruangan yang lumayan luas itu.

"Naruto, kau tak boleh mengikutiku!" kembali kepala Sasuke terlihat dari balik pintu dan Sasukepun mengedipkan matanya sebelum melenggang pergi ke toilet yang menjadi tujuan utama dari alasan permisinya ia tadi.

Mata Naruto membelalak lebar, "APAAN SIH? AKU TAK ADA NIAT SEDIKITPUN KOK!..." dan Naruto masih tetap ngomel meski sudah tak terlihat lagi, walau hanya ujung rambut Sasuke,

Di lorong tersebut, sangatlah sepi. Sasuke hanya dapat mendengar deru napasnya sebelum akhirnya dia melangkah sepuluh langkah lagi. Samar-samar, terdengar suara debat dua orang yang menyebut-nyebut nama 'Naruto'. Karena penasaran, Ssasuke mendekati pintu—asal suara itu, dan menempelkan telinganya.

Suara terdengar jelas. Suara wanita itu Sasuke sudah tahu. Uzumaki Kushina, ibu Naruto tentu saja. Tapi siapa yang seorang lagi? Laki-laki. Setahu Sasuke, ayah Naruto sedang pergi ke luar negeri. 'Guru les gitarnya 'kah?' Sasuke menebak-nebak.

Kurang dari satu menit dia menguping di sana, Sasuke terperanjat kaget mendengar apa yang baru saja dikatakan Kushina kepada lelaki lawan bicaranya.

Jantungnya berdegup kencang, matanya terbelalak, pikirannya kacau dan hatinya berintak berusaha menyangkal pernyataan seorang wanita yang tertangkap oleh telinganya yang kini memerah.

To Be Contiued

Pendek? Gak apa ya. Chap besok panjang kok, tenang aja… oh, ya, maap kalo sangat gak penting soalnya baru mo masuk cerita di akhirnya, yang Sasuke kaget setengah matek diatas in loh XD yah, jadi ini semacam prolog gitu deh... fict ini kubuat di buku corat-coretku. Setelah dibaca Rhacika (code name), dia minta kasi petunjuk n maksa lanjutin ceritanya. Tapi dia langsung nyerang… ngeri aku… brrr… XDD *gampared by Chika*

Udah ah, mulut udah berbuih nih, kebanyakan berkicau XD aku nunggu review semua yang baca—yang baca gak review jodohnya datang setahun lebih lambat loh!!! Gak terlalu kejam 'kan? *dicampakkan orang sekampung* oh, ya, ada yang mau ngasi ide genre? *pusing kalo masalah genre*

Review/Flame please~

Vi-chan ^^v