New Year's Preparation
"Lusa sudah tahun baru yah?"
Sophie menggandeng tangan kakak kembarnya Sophia saat mereka memasuki gerbang Sanctuary Gakuen. Hari itu dingin karena salju masih turun. Salju menyelimuti lapangan sekolah yang kelewat luas itu.
Sanctuary Gakuen. Ini adalah sekolah terbesar yang ada di Jepang. Gedungnya bertingkat dua puluh karena bangunan ini juga, selain memuat kelas para murid, lab, ruang guru dan ruangan lainnya yang umumnya terdapat di sekolah-sekolah pada umumnya, memuat asrama-asrama yang menampung para siswa yang kelewat banyak ini. Sekolah ini juga mempunyai asrama khusus para guru-guru yang terlalu malas untuk mempunyai rumah sendiri. Atau mungkin mereka terlalu perhitungan seperti Direktur Sekolah ini.
"Iya..." Kata Sophia dengan wajah memerah.
Sophitia Nephilim Eremiah dan Sophiana Cherubiel Eremiah adalah dua orang siswa yang bersekolah di sekolah yang bisa dikatakan aneh ini. Pelajaran-pelajaran di sekolah ini juga jauh di luar apa yang disebut normal – ayolah, jaman sekarang mana ada sekolah yang mengajarkan strategi dalam berperang? – tapi sepasang kembar ini menikmati hari-hari mereka di sekolah itu.
"Umm.. ku-kudengar Direktur sekolah kita akan mengadakan event..." Kata Sophia. Sophie langsung membeku di tempat.
"Bisa ulangi?" Tanya Sophie dengan nada yang menandakan ia memohon apa yang dia dengar tidak seperti apa yang ia pikirkan.
"Umm... a-aku tidak begitu yakin... tap-tapi kudengar Saori-san akan mengadakan suatu event..."
Sophie menelan ludah. Kalau wanita gila itu merencanakan suatu event maka habislah mereka semua. Event yang direncanakan oleh wanita itu tidak pernah normal! Bahkan saat natal kemarin—Sophie merinding. Ia tidak mau mengingat event itu lagi... Event natal kemarin benar-benar membawa mimpi buruk pada semua guru dan siswa.
.
.
.
"We wish you a Merry Christmas and a Happy New Year~" Suara nyanyian Saori menggema di ruang guru. Gadis muda berambut ungu itu tengah menikmati ocha buatan Manigoldo, sang guru Olah raga. Di sampingnya, seorang wanita berambut merah terang dengan mata heterochromia merah-biru duduk dan menikmati ocha-nya.
"Natal sudah lewat Saori-sama, Tahun baru masih dua hari lagi." Kata Sieglinde dengan nada tenang.
"Tak ada salahnya menikmati sebelum hari raya besarnya kan?" Tanya Saori dengan nada kelewat senang.
"Hmmhmm~" Gumam seorang wanita berambut biru Aqua yang meminum ocha-nya lalu menghembuskan napas. "Aku minta tambah." Katanya dengan nada bosan. "Mou, Manigoldo-sensei tidak punya sake? Atau minuman yang lebih kuat?"
Manigoldo, yang sedaritadi sudah kesal dengan tiga wanita yang merupakan musuh bebuyutannya – engg, bukan juga sih tapi berhubung ketiga orang ini sering membuatnya naik pitam... – berbalik, hendak menjawab sebelum Sieglinde memotongnya. "Maa, Nephilim-chan, Mani-Chan sangat menyukai ocha kau tahu?" Kata Sieglinde.
Mendengar nama panggilan konyol yang dilontarkan Sieglinde, sebuah perempatan muncul di kepalanya. "KEMBALILAH KE KANTOR KALIAN SENDIRI!" Raungnya kesal.
Sieglinde melambaikan tangannya, pertanda ia tak menggubris raungan Manigoldo.
"Omong-omong Saori-sama, apakah event yang kita rencanakan akan segera dilaksanakan?" Tanya Sieglinde.
Sekejap, tangan Manigoldo yang akan menyentuh tombol dispenser untuk menyalakannya berhenti di udara.
Oh tidak... Tolong jangan katakan...
"Tentu saja!" Kata Saori dengan semangat. "Aku akan mengungumkannya pada apel pagi hari ini, oh aku jadi tidak sabar!"
Manigoldo berbalik, bermaksud menghentikan Saori untuk membuat event apapun ini. Event apapun yang direncanakannya dengan dua orang tak waras ini tak pernah berakhir baik! Namun, niatnya terhenti saat melihat Sieglinde tersenyum padanya dengan senyuman manis namun aura-aura gelap yang melebihi Hades, sang dewa neraka sendiri dapat terlihat jelas di sekelilingnya.
"Mani -chan, jika kau berani protes akan kujahit mulutmu dan kuikat kedua tangan dan kakimu lalu akan kumasukkan kau dalam karung dan menenggelamkanmu di teluk Tokyo."
Manigoldo tentu saja, masih sayang pada nyawanya, menutup mulutnya rapat-rapat dan melanjutkan membuat ocha-nya... Saking takutnya ia tak merasakan apa-apa saat air panas meluap dari gelasnya karena ia terlalu takut akan sang Guru sejarah yang masih mengeluarkan aura seramnya di belakangnya.
.
.
.
Seiya menguap lebar saat Pak Saga, guru Astronomi mereka, mengumpulkan mereka pagi itu di lapangan untuk apel pagi. Entah berkat keajaiban apa dia tidak terlambat pagi itu, mungkin karena Seika tidak mau datang terlambat dan tidak ingin adiknya juga terlambat –untuk yang kesekian kalinya – ia membangunkan Seiya pagi-pagi buta.
"Seiya, setidaknya tutup mulutmu saat menguap."
Seiya mengucek matanya dan menatap saalah satu sahabatnya, Hyoga. Hyoga adalah seorang pemuda berambut pirang dengan mata biru cerah dan kulit yang agak gelap. Hyoga adalah tipikal cowok yang akan dikejar perempuan manapun di dunia, tentu saja kalau dia masih single, tapi sekarang ia sudah punya pacar.
"Iya, iya. Memangnya kau ini ibuku?" Gumam Seiya.
"Seiya? Tumben datangnya pagi." Seiya menoleh ke sebelah kirinya untuk mendapati sepupunya, Tenma. Tenma adalah pria muda dengan rambut cokelat dan mata merah, ia berumur 15 tahun.
"Kakakku membangunkanku pagi-pagi buta." Kata Seiya dengan nada mengantuk. "Omong-omong, apa sih gunanya apel pagi-pagi begini?" Tanyanya.
"Entahlah." Jawab Shiryu. "Omong-omong... Tumben Reinhart belum datang."
.
.
.
"Shit! Kira bakal telat!" Teriak Reinhart sambil menggigit sepotong roti bakar seraya berlari.
"Kamu bangun kesiangan sih." Kata Maria sambil berlari.
Maria dan Reinhart adalah sepasang kekasih dan juga teman masa kecil yang tinggal bersebelahan. Karena mereka pacaran tiap pagi mereka akan berangkat sekolah bersama. Namun, tidak biasanya mereka telat dan kalau mau jujur, pagi ini adalah kali pertama mereka terlambat.
"Well I couldn't help it!" Teriak Rein. "Aku nggak bisa menemukan save point kemarin! Agh! Mana kemarin sudah lawan boss terakhir."
"Eh? Kamu bermain game sampai larut malam lagi!?" Teriak Maria.
Sebelum Rein sempat menjawab mereka telah mendengar bel sekolah mereka berdentang dari kejauhan.
"Crap! Kita bakalan telat!" Teriak Rein. Ia lalu mengulurkan tangannya pada Maria. "Kita lari!"
"I-iya!" Maria menggenggam tangan Rein dan berusaha menahan rona merah yang mulai muncul di pipinya. Mereka terus berlari hingga akhirnya mereka dapat melihat gerbang sekolah yang masih terbuka lebar.
"Alright! Goal!" Teriak Rein senang, hanya untuk mendapatkan dirinya bertabrakan dengan sesuatu yang keras.
"Buh!" Rein lantas jatuh terduduk dan mengusap hidungnya.
"R-Rein, kau baik-baik saja?" Tanya Maria khawatir.
"Kalian terlambat."
Mereka menengadah untuk melihat Ingvalt sang ketua OSIS bersama dengan Shura, guru Tata Boga dan pelatih Kendo mereka yang bertugas mengawasi gerbang hari itu.
Rein menelan ludah. Dia bisa menghadapi Albafica tentu saja, Rein tak kenal takut sama guru Tata Boga penyuka Kambing satu itu, tapi lain cerita dengan Ingvalt... Karena ketua OSISnya yang satu ini turunan dari Guru Sejarahnya yang kelewat menakutkan.
"Ohayou Ingvalt-senpai, Albafica-sensei." Katanya.
"Kalian terlambat tiga detik." Kata Ingvalt.
Maria dan Rein menatapnya dengan pandangan tak percaya "TIGA DETIK?!" Teriak mereka.
"Oh! Ayolah!" Kata Rein sambil tersenyum sarkastik yang diarahkan pada Shura. "Kan Hanya tiga detik."
"Peraturan sekolah ini harus ditaati. Aku hanya melakukan tugasku sebagai ketua OSIS" Jawab Ingvalt dengan nada datar.
"Yah, pura-pura tidak lihat saja kan?" Kata Rein dengan senyum sarkastik.
"Kami menolak." Kata Shura tegas.
"Kalau begitu Pak Guru kubunuh yah?" Kata Rein.
"Itu kalimatku." Jawab Shura dengan nada tajam, menantang murid yang sudah berada di black list-nya selama ini.
"I'll spread out your embarrasing secrets, teach." Tantang Rein.
"Try me." Jawab Shura masih menatap murid satu itu sampai-sampai kau bisa melihat listrik beradu di antara mereka dengan background gelap dan suara petir.
"U-umm... Mu-mungkin sebaiknya kita..." Maria memulai tapi suara seseorang memotongnya.
"Oi, bocah-bocah! Kalian telat lagi yah!?" Maria dan Rein berbalik untuk mendapati salah satu Guru Olah Raga mereka, DeathMask menghampiri mereka dengan wajah bosan dengan puntung rokok di ujung mulutnya. Ia memakai bau kemeja biru dan celana hitam juga dengan dasi yang diikat asal-asalan.
"Dasar kalian ini. Emang peraturan sekolah itu ada untuk apa, hah!?" Kata DeathMask, menceramahi kedua anak malang itu.
"Tap-Tapi DeathMask-sensei... anda juga—"
Perkataan Maria dipotong dengan suara berdebum keras. Mereka berbalik dan melihat Ingvalt dan Shura telah menutup pagar sekolah dengan wajah datar dan Shura tersenyum penuh kemenangan pada Rein.
"DeathMask-sensei. Anda terlambat." Kata Ingvalt.
DeathMask menatap kedua orang itu dengan tatapan tak percaya dan mulutnya menganga. Rein mengambil kesempatan itu untuk memotret momen langka itu.
.
.
.
"...JANGAN KETAWA!" Teriak Rein, menatap Seiya dan yang lainnya yang sedang menahan tawanya. Untunglah tadi Shaka menyelamatkannya dari hukuman karena terlambat, tetapi sekarang ia berharap lebih baik tidak boleh masuk sekolah saja ketimbang...
Duduk bersimpuh di tengah panas terik matahari dan di tengah para murid dengan mengenakan...ROK!
"BUAHAHAHA!" Tawa Seiya meledak. "Maaf Rein, tapi masalahnya sekarang aku tak bisa membedakan apakah kamu cewek atau cowok... BUAHAHAH!"
Rein baru akan membalas ejekannya saat Pak Sage, kepala sekolah mereka berdiri di atas Podium megah di tengah halaman sekolah.
Ia mengambil napas dalam-dalam sebelum berteriak di depan mike. "HARI INIPUN JANGAN LUPA BELAJAR DAN BERTARUNG SEBAIK-BAIKNYA DEMI MASA DEPAN!"
NGIIING!
Semua murid menutup telinga mereka.
"Pak! Kalau sudah ada mike ngapain teriak keras-keras?! Bikin tuli tauk!" Teriak Jabu kesal.
"Ah maafkan saya. *ahem* untuk hari ini, Direktur Sekolah kita, Kido Saori-sama akan menyampaikan event untuk tahun baru."
Hening.
Masing-masing siswa menenggak ludah mereka... bersiap menerima event gila yang akan dilaksanakan oleh Direktur mereka.
Gadis muda berambut ungu panjang itu naik ke atas podium, menggantikan kepala sekolah mereka. Senyumannya yang kelewat manis itu sudah cukup untuk membuat mereka menebak rencana kali ini bakal lebih gila dibandingkan dengan rencana natal kemarin.
"Halo~ Selamat pagi semua~" Kata Saori dengan nada riang.
"Se-Selamat pagi nona." Jawab para murid dengan nada takut.
"Baiklah aku tak akan basa-basi lagi, event untuk tahun baru nanti adalah... Shoujiki Shogi!" Teriaknya.
"HAH!?"
Siapa yang tidak tahu Shoujiki Shogi? Itu adalah games terkenal yang selalu muncul di acara AKBINGO! Acara variety show girlband terkenal AKB48. Dan games itu... amat sangat menyeramkan jika pertanyaan-pertanyaan tak senonoh dilontarkan.
Permainan itu adalah permainan shogi biasa, namun pion shogi digunakan sebagai nomor untuk mewakili nomor pertanyaan yang ditanyakan, dan peserta tak bisa bohong karena akan dipasangi alat pendeteksi kebohongan.
"Er... No-nona, apa itu artinya kita akan dipasangi..." Hyoga tak melanjutkan kata-katanya, terlalu takut untuk mendengar jawabannya.
"Tentu saja! Kalian akan dipasangi alat pendeteksi kebohongan~"
"HAH!?" Teriakan para murid menggema. Mereka mulai menyuarakan protes tapi saat Sieglinde maju ke podium, mereka semua membisu.
"Yang menolak akan menjadi bahan eksperimenku selanjutnya." Katanya riang. "Hmm... Mungkin kue berbentuk manusia? Aku ingin tahu apa jadinya jika manusia masuk ke dalam oven. Bagaimana? Hmm~?"
Tak ada yang berani bersuara, apalagi menatap guru sejarah mereka yang sudah tersenyum dengan aura gelap melebihi setan manapun.
"Ah! Kalian manis sekali, mau menyetujui event menyenangkan ini. Persiapkan diri kalian untuk besok yah~ Anjing-anjing manisku~"
Dan tentu saja tak ada lagi yang berani menolak event ini.
How they wish that their History Teacher is not as crazy as their School Director.
To be Continued
Muahahaa~ saatnya menistai para saint dan OC~
All OC and Saint: AMPUNI KAMI!
*Cuek* erm baiklah... jadi, ini hanya fic selingan, mungkin nggak akan sering-sering update dan bakal banyak Ocs juga, NO FLAME. DON'T LIKE DON'T READ!
Sampai jumpa di chapter depan~
