Rivaille x Eren – Shingeki no Kyojin fanfics

Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini . mungkin sebuah kebetulan atau takdir . tidak ada yang tahu bagaimana akhirnya.


Sinar pagi mulai masuk dari kisi-kisi jendela kamar , cukup terik sehingga Levi harus mengernyitkan matanya dan kemudian terbangun dari tidurnya lalu menarik gorden untuk menutupi cahaya yang bikin sakit mata itu.

Tidak biasanya kepala Rivaille terasa berat hari ini , entah mimpi apa dia semalam , tapi kelihatannya itu bukan mimpi yang indah untuk diingat , mungkin tentang pembasmian titan , atau mimpi yang lain ia tidak mau mengingatnya lagi.

Sembari merapikan rambutnya , ia menyentuh sesuatu , berambut cokelat brunete dan halus , dengan tubuh yang terlihat seperti kurang gizi dan tertidur dengan pulasnya tanpa pakaian dengan gaya tengkurap dengan indahnya. Seperti Mengempeng , kedua tangan Eren berada tepat di samping kepalanya.

Tch. Masih tertidur dia. Pikir Rivaille dengan entengnya , sambil tersenyum sedikit , ia kemudian mengelus rambut pria yang sangat dia cintai ini .

Masih tidak terbangun juga, Levi mengambil kesempatan ini untuk terus mengelus kepala Eren.

Eren terlihat sangat lelah , dengan banyak kissmark di seluruh badannya , cukup terlihat jelas karena semalam mereka sangat liar seperti hewan yang baru dilepas dari kandangnya.

90% ia yakin karena keintiman mereka berdua semalam. Namun bisa saja setengahnya karena Pesta Semalam.


" HOREEE ! " teriakan warga memenuhi seluruh pelosok kota.

Malam masih panjang,
Semua orang sedang berpesta-pora atas kemenangan manusia telah membasmi semua titan di muka bumi. Bir , roti , daging bakar , semua stock makanan dan minuman telah tersedia dengan rapinya di alun-alun , semua orang bernyanyi – menari , seperti merayakan pesta yang tiada akhir .

Bagaimana tidak , mereka sudah dijajah oleh bangsa Titans sampai muak , dan mereka telah membasmi Titans sampai ke akar-akarnya , keberhasilan ini bukanlah tidak mungkin terjadi apabila bukan karena prajurit terkuat manusia , Corporal Levi .

Lelaki paruh bayah yang tingginya hanya 160cm , namun fisik dan tenaganya tidak boleh di anggap remeh , semua orang mengidolakan dirinya. Termasuk kekasihnya sendiri , Eren Jaeger.

Bocah berumur 15 tahun ini sudah menjadi kan Levi sebagai idolanya semenjak ia kecil. Dan perasaan itu berubah dari admire menjadi sebuah rasa cinta yang tidak dapat tergantikan. Awalnya ia bermaksud tutup mulut dan menimbun perasaannya dalam-dalam , namun ternyata cupid berkehendak lain , justru Levi lah yang mulai menyerang duluan , setelah berbagai kejadian telah mereka lalui , akhirnya mereka jujur pada masing-masing perasaan dan terbuka.

Hanji Zoe ,

Tangan kanan Levi , dan orang yang paling berjasa dalam mencomblangi Levi dan Eren.

Tidak banyak yang dapat dijelaskan soal Hanji , tapi ia sangat baik dan membela Eren dalam masalah apapun , tidak tahu apakah itu berdasarkan keadilan atau hanya demi eksperiment ?

Saat pesta sedang ramainya dipenuhi oleh kembang api yang berisik dan terus berbunyi tiada henti , Levi dan Eren mengambil kesempatan ini untuk melewati waktu romantis berdua di pinggir sungai , jauh dari keramaian dan beruntungnya mereka mendapatkan lokasi yang sangat strategis .

Di samping aliran sungai ada pohon besar yang cukup lebat untuk menutupi mereka dari pandangan orang-orang di seberang sungai , dan kegelapan malam memberikan poin plus untuk mereka bersembunyi.

Suara kembang api masih meletus dengan kerasnya , membuat Levi harus sedikit mengeraskan suaranya agar si bocah bisa mendengarnya.
" Eren , aku harap ini tidak terlalu cepat . " dengan suara yang steady dan stoic , Levi menyentuh pipi Eren.
Eren ingin sekali membalas sentuhan kekasihnya,namun kegelapan malam menutupi wajah Levi , sehingga Eren tidak dapat melihat bagaimana ekspresi Levi yang dari suaranya terdengar begitu serius.
banyak pertanyaan yang ingin dilontarkan oleh Eren saat itu , tapi entah kenapa , semuanya tersangkut di tenggorokannya , sehingga malam itu , Eren memilih untuk bisu.

" ... aku sudah memikirkan ini sejak lama , soal tinggal bersama... bagaimana menurutmu ? "

Levi menghela nafas. Terdengar sangat grogi , ia berulangkali menggigit bibirnya.

" maksudnya ... ? " Eren membalas tidak mengerti , mungkin karena suara kembang api yang menutupi percakapan mereka , atau memang Eren yang terlalu bodoh untuk mengerti , Levi masih tidak habis pikir bagaimana cara ia harus mengungkapkan nya.

"...jadi maksudku... Maukah kamu tinggal bersamaku ? " tidak beruntung , Levi sangat grogi dalam menyatakan kalimat yang begitu mudah. Eren masih tidak bisa menangkap apa maksud Levi , mulai mengedipkan matanya mencerna apa yang sedang Levi bicarakan. "bukankah saat ini kita sudah tinggal bersama ? "

Memang , Levi dan Eren tidur di gedung yang sama , di barak yang sama , bahkan di kamar yang sama karena banyak pihak yang masih menganggap Eren berbahaya , sehingga para petinggi masih menempatkan Levi untuk memonitori Titan yang satu ini.

Levi mulai mendecak , fix , dia sangat bingung bagaimana cara mengungkapkan apa yang dimau. Bukan salah Jaeger kalau dia begitu polos dan bodoh , bahkan IDIOT di kepala Levi sekarang , inipun termasuk salah Levi karena ia memang tidak pandai dalam merangkai kata-kata , sangat tidak seperti dirinya yang biasa suka sekali TO THE POINT , kalau sudah berhubungan dengan si bocah yang satu ini , entah kenapa selalu saja berakhir tragis.

Levi mulai tidak sabar , ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya , kemudian menghela nafas yang panjang , dan memeluk Eren dengan cepat.

"EREN, maksudku ... begini , aku sudah membeli rumah jauh dari keramaian kota... dan aku ingin kita berdua tinggal bersama di rumah itu. Berdua... " masih sedikit tidak puas dengan penggunaan kalimatnya yang ia pikir sangat tidak sempurna dan bertele-tele...

Levi mencium kening Eren , menikahlah denganku . Tidak , terlalu to the point.

Jadilah Pasangan hidupku. Terlalu dramatis.

aku ingin menghabiskan waktuku selamanya bersama mu , Eren.
Ya. Kenapa tidak , itulah kalimat yang paling cocok untuk saat ini.
dengan cepat,
Levi menarik tangan Eren , erat sekali , sampai Eren sedikit merasa canggung.

" et-to.. Heichou ? "

Mata hijau jamrud Eren mulai berkilat karena kembang api malam yang berisik, masih ditemani oleh kebisingan warga kota , Levi menelan ludah , sangat kuat.

" Eren. Aku ingin menghabiskan waktuku seumur hidup bersamamu. Jadi , Maukah kamu tinggal bersamaku ? berdua ?di rumah yang hanya ada kita berdua ? "

Terpana , Eren menganga, matanya masih tidak percaya. Levi mencium kening Eren sekali lagi , kemudian turun ke mata, hidung , telinga , dan terakhir kecupan di bibir.

" aku serius . " tambah Levi. Meyakinkan Eren bahwa ini bukanlah candaan karena ia sudah menghabiskan berminggu-minggu untuk mengatakan impian untuk tinggal bersamanya ini pada Eren, sampai ia tidak bisa berkonsentrasi dalam melaksanakan misinya.

Tidak panjang lebar , Levi tidak sabar menunggu jawaban Eren , ia berkali-kali mengecup bibir Eren , perlahan , seperti ciuman dengan kucing , pikirnya. Ciuman yang entah keberapa-kalinya , membuat tubuh Eren terasa panas , ia menyandarkan tangannya ke leher Levi , dan memeluknya erat.

Levi mengambil kesempatan untuk mendekatkan dirinya semakin dekat dengan Eren , sentuhan dada jelas sudah makin dirasakan kedua pihak , Levi menarik pinggul Eren. Tidak bisa menahan diri lagi , hasrat untuk menyentuh lebih mulai naik , dan menyebar ke seluruh tubuhnya. Eren mulai susah bernafas karena kecupan Levi di seluruh wajahnya ,

" buka mulutmu " , sembari memangku Eren dan mendaratkan ciuman ringan untuk terakhir kalinya, ia mengelus kepala Eren –perlahan, ingin rasanya saat itu juga ia mendorong Eren dan melakukan adegan intim tanpa pikir panjang , namun Levi masih berusaha untuk sadar , karena tepat tidak jauh dari mereka berada , ada warga kota dan teman-teman yang sangat tidak memberikan privacy.

Eren masih seperti biasa, selalu memenuhi apapun permintaan Levi , ia membuka mulutnya dengan perlahan , tampak wajahnya begitu merah dan butiran air mata terlihat mengalir di pipinya , entah karena senang atau sedih, tapi nafasnya mulai tidak beraturan ,

Gawat. Wajahnya seksi sekali.

Levi tanpa pikir panjang langsung mengaitkan mulutnya ke bibir pasangannya , mengecupnya berkali-kali dan wow , rasa yang tiada tara mengalir ke seluruh tubuh. Mereka masih bergulat dengan bibir serta lidah masing-masing , entah siapapun yang memergoki , mereka tidak mau tahu , yang penting , saat itu , hanya ada mereka berdua di dalam pikiran mereka masing-masing.

" jadi , apa jawabanmu ? " , sempat terpikir bahwa pertanyaan ini sangatlah terlambat untuk ditanyakan setelah cukup lama mereka berciuman dan hampir saja kelewat batas , karena Levi sudah membuka baju Eren setengah , untunglah ia cepat sadar.

" apa menurutmu aku ada pilihan lain ? " senyum merekah di wajah Eren ,

Mata abu-abu Levi mulai berkedip , kemudian tersenyum geli , " sebenarnya , Tidak. "

Dan mereka kemudian berciuman lagi.


" bagaimana ? sudah kamu bilang ? "

Sembari mengernyitkan alisnya , wajah seram Levi makin terlihat seram. " apaan ? "

Hanji menyikut Levi , " tidak usah pura-pura bego ! kita semua tahu kok kalau kamu dan Eren tadi bermesraan berdua di pinggir sungai ! " teriakan Hanji cukup lantang , sehingga Levi harus mengecek keadaan sekitar nya untuk melihat apakah ada orang lain yang mendengar percakapan konyol mereka.

" Hanji , beruntunglah kamu Eren tidak ada disini sekarang . " bernafas lega , ia lanjut memelototi orang yang didepannya ini.

"pfft ! ya – ya – ya ,tahap 1 sudah dilewati ya ? dia sudah menerimanya ? " Hanji tersenyum , dan tidak bisa menahan ekspresinya yang sangat senang karena jarang sekali mendapatkan kesempatan untuk mengerjai seseorang yang disebut-sebut sebagai pahlawan dan prajurit terkuat , yang ternyata lemah plus salting kalau sudah membicarakan seorang bocah berumur 15 tahun bernama Eren Jaeger.

Levi menendang sikut Hanji , tidak menyangkal sama sekali.

" AWW ! KENAPA MENENDANG ?! " miris sekali , sepertinya tendangan Levi mengenai tulang keringnya. Selang beberapa detik , mata Hanji bersinar dengan cerah , seperti menemukan harta karun , ia melambaikan tangannya dengan kencang ke arah alun-alun.

"EREN ! KEMARI ! " Hanji berteriak keras, sampai semua orang melihat ke arahnya.

Levi langsung membalikkan badan , tidak sampai sepersekian detik , ia langsung dapat mengenali kekasihnya ada dimana , berdua dengan sahabat masa kecilnya , Mikasa dan Armin mendampingi Eren sambil membawa sepiring penuh daging dan roti di kedua tangannya.

" ah , Hanji-san ! " tersipu malu , ia sadar akan keberadaan Levi yang bersungut-sungut sambil melipat tangannya. "...Heichou." Eren membungkuk.

"selamat malam , Rivaille Heichou... " dilanjuti oleh Armin , Mikasa hanya menunduk sedikit , terlihat jelas bahwa ia tidak senang akan kedatangan si belah tengah di antara kemesraannya dengan Eren dan Armin.

Armin masih celingak-celinguk , bingung apa yang harus dibicarakan , ia melirik ke arah Eren , dan kemudian perlahan mundur untuk mengambil minuman sambil menarik Mikasa yang mulai memelototi Levi.

Hanji masih tersenyum geli dan menyikut Levi dari belakang ,"pengganggu pergi dulu ya ." wajah Hanji sangat sumringah , ia lalu melesat pergi meninggalkan Levi dan Eren berdua ,

Mereka tidak bisa bermesraan layaknya sepasang kekasih , karena disekitar mereka masih banyak orang yang berpesta di alun-alun. Suara kembang api mulai tidak terdengar lagi , pasti sudah kehabisan. Tapi bisingnya digantikan dengan suara musik dan tarian .

Mulai bingung topik apa yang harus dibicarakan, Levi mendecak , "Sudah makan ? "

Tersipu malu , karena baru saja tidak berselang 2 jam yang lalu mereka sedang berciuman mesra di pinggir sungai , dan sekarang mereka harus bermain drama bak artis papan atas sebagai atasan dan bawahan. Eren menanggapi sambil memegang kepalanya dengan malu , " uhh..eh.. sudah. ".

"hm... baguslah. "

" kalau Heichou ? "

"sudah. "

Kemudian pembicaraan mereka berhenti ,

Sial. Apa lagi yang harus kubicarakan ?

Padahal baru saja mereka melewati waktu mesra berdua , membicarakan banyak hal tanpa henti , namun kenapa saat ini malah terlihat seperti pasangan kencan pertama yang sama-sama malu?

Tidak habis pikir , Levi masih memutar kepala untuk mencari topik pembicaraan , Eren terlihat santai dan tidak memikirkan apapun kecuali mengambil buah yang saat itu berada tepat disampingnya. Baru saja Eren mau menawarkan makanannya pada Levi , tiba-tiba Hanji menarik tangan Eren.

" Eren , ada yang mau kubicarakan ... " ia melirik ke arah Levi sedikit seperti mencari kesempatan , kemudian fokus ke Eren lagi , "berdua saja. "

"kamu bisa bicarakan disini. " Levi memotong , tidak mau ada pembicaraan yang tidak ia ketahui , apapun yang menyangkut Eren.

Hanji menggigit bibirnya, " masalah pribadi , Levi . "

" Se-Pribadi apakah masalah itu sampai aku tidak boleh ikut mendengarnya ? " Levi tidak mau kalah.

Eren menyela , menahan Heichou dengan tangan kanannya, berusaha menenangkan situasi yang mulai terasa berat.

" umm... Heichou, sebentar saja , ya ? " menambahkan senyum agar Levi tidak khawatir, walau sebenarnya di dalam hati Eren , ia tidak tenang. Karena tidak biasanya Hanji-san seserius ini.

Levi menegaskan, " 10 menit , lebih dari itu , aku akan menjemputmu. "

Eren tersenyum sembari mengangguk pelan , kemudian ia keluar dari kerumunan orang-orang menuju balik pondok rumah, " ada apa , Hanji-san ? " mulai merasa aneh karena mereka pergi cukup jauh dari lokasi awal.

Sangat tidak biasanya,
wajah Hanji sangat serius , ia tidak sempat menjelaskan apa yang terjadi , dan senyumannya yang selalu merekah tadi saat mereka mengobrol mendadak hilang , seperti orang yang berbeda, ia hanya terus menarik tangan Eren dan membawanya keluar dari alun-alun menuju sebuah tenda barak di pinggir kota.

Waktu perjalanan mereka berlari cukup lama , Eren tidak sempat memikirkan berapa lama ia harus berlari , karena kecepatan lari mereka cukup membuatnya tidak sempat menarik nafas dan bertanya , sehingga Eren hanya bisa fokus berlari.

Rasa penasaran menghantui Eren , apalagi saat ia melihat ada sebarisan Military police yang berjaga di samping kereta kuda. Ia mulai menghentikan kakinya.

"Hanji-san... ? "

" maaf Eren , aku tidak bisa menjelaskan banyak sekarang ... tap-"

" EREN! " baru saja Hanji hendak menyelesaikan kalimatnya , Levi sudah terlihat mengejar mereka , Hanji langsung menarik tangan Eren dengan cepat.

Tentu saja Levi yang sudah berhasil mengejar langsung menanyakan apa yang terjadi , namun entah kenapa Hanji memilih untuk tutup mulut , dan terus membawa Eren pergi dengan dikawal oleh 2 orang yang seingat Levi adalah prajurit Military Police.

" HANJI ! JELASKAN PADAKU APA YANG TERJADI !" Levi berhasil menarik tangan Eren , tidak memberikan kesempatan pada Hanji untuk membawa Eren apabila ia tidak memberikan penjelasan terlebih dahulu. Eren masih tidak berkata apapun , tepatnya ia masih tidak mengerti apa yang terjadi.

Hanji masih menolak untuk menjelaskan , ia masih memilih untuk menutup mulutnya. Ada yang aneh disini.

Tidak biasanya Hanji yang suka sekali membuka mulutnya memilih untuk diam , dan tanpa alasan membawa Eren yang jelas-jelas saat itu berada disampingnya.

Genggaman Levi makin keras, sehingga Eren merintih kesakitan. " He-heichou ! Sakit !"

Refleks , Levi melepaskan genggaman tangannya. Dalam seperkian detik itulah , Military police dan Hanji mengambil kesempatan untuk menarik Eren , dan kemudian menahan Levi untuk bertindak lebih jauh lagi. Hanji menaikkan Eren ke kereta kuda yang sudah disiapkan di depan gerbang kota.

" EREN ! " sembari berusaha mengejar , Levi memukul salah seorang prajurit yang menahannya, dan menyikutnya , namun banyaknya prajurit yang kemudian datang membantu membuat Levi tidak dapat bergerak leluasa, ia tidak berdaya melawan banyak orang , ia masih berusaha untuk melepaskan diri , namun kuncian dari salah seorang prajurit membuatnya tidak bisa bergerak, dengan sigap borgol sudah mengunci kedua tangannya di belakang.

Hanji memasang wajah yang begitu terluka, ia sangat menghormati sahabatnya , tapi kali ini , ia seperti berkhianat , kekesalan begitu terlihat jelas di wajahnya.

Semuanya sudah terlambat , kereta sudah berjalan .

Banyak pertanyaan yang ingin dilontarkan Eren , namun ia seperti tahu apa yang akan dia hadapi , Hanji berkali-kali meminta maaf walau tidak menjelaskan apa yang terjadi , tapi Eren memilih untuk diam. Kereta sudah berjalan begitu jauh meninggalkan kota , Eren menatap Hanji begitu lama , wajahnya mengatakan bahwa ia mengerti apa yang terjadi , tapi hatinya tidak bisa meninggalkan begitu saja kekasihnya yang tersungkur tidak berdaya di atas tanah , tidak tahu apa yang terjadi dan begitu mengkhawatirkan dirinya.

" sebentar saja , kumohon.. " ,

Hanji menggeleng lemah. Ia mengerti . namun perintah adalah perintah. Itu mutlak.

Saat itu , rasanya semua sudah seperti di ambang batas .


Tidak dapat melakukan apapun adalah aib bagi Levi . Ia tidak berdaya , ia sangat kesal pada dirinya sendiri. Berkali-kali menyumpah , berkali-kali juga ia berteriak memanggil nama Eren , walau tahu itu percuma.

" Levi . "

Seketika itu juga ,Levi menengok ke arah suara yang sangat ia kenal terdengar dari sampingnya.

" Irvin... ? " Levi menganga, masih tidak percaya dengan apa yang ada di dalam pikirannya, dan sosok yang didepannya ini. Dengan tangan terborgol , ia menarik kerah Atasannya .

" JELASKAN PADAKU APA YANG TERJADI. SEKARANG . " Levi begitu marah , andaikan kedua tangannya tidak terborgol dan ditahan oleh 3 orang military police , ia pasti sudah menjatuhkan Irvin dan memukulnya hingga bonyok.

"...Petinggi melaksanakan rapat. Mereka ingin Eren ada disana. "

4 jam menunggu di barak seorang diri , ditemani oleh military polices , berjaga-jaga agar Levi tidak memberontak dan melarikan diri menyelamatkan Eren atau apapun yang akan dilakukan Levi.

Dirinya sudah tidak diborgol lagi, saat ini Rivaille duduk dengan bersender di sofa ruang tamu barak , masih dengan perasaan terombang-ambing seperti ada yang membakar dada dan perutnya dari dalam, ia berusaha untuk menahan emosinya , dan mencoba mengontrol . walau sepertinya hanya tingal menunggu waktu saja bom ini meledak.

Suara kereta dari depan membuat Levi beranjak dari tempat duduknya dan terbangun menuju pintu depan , dilihatnya Hanji dan Eren yang baru turun dari kereta kuda dari jendela , dan langsung saja ia berlari keluar , menuju Eren.

" EREN ! "

" Heichou ? " Eren berlari menuju ke arah Levi , memeluknya dengan erat, berusaha menahan tangis. Levi membalas pelukan Eren , perasaan emosi yang tiada tara tadi langsung hilang seketika , seperti besi panas yang langsung disiram air dingin , menguap hilang. Perasaan Lega langsung memenuhi dirinya.

Berkali-kali ia mengelus punggung dan kepala Eren . Memastikan bahwa yang ada didepannya ini betul adalah kekasihnya , Eren Jaeger. Kembali dengan Utuh dan tidak terluka sedikitpun.

" apa yang terjadi , Hanji ? "

" Irvin tidak menjelaskannya padamu ? " Hanji mengernyitkan alis. Levi hanya terdiam , dan Hanji menganggapnya adalah IYA.

"Petinggi ingin mengasingkan Eren. " lanjut Hanji. " maaf aku tidak sempat untuk menjelaskannya , karena waktunya sempit sekali , dan hanya pada saat itulah aku bisa membantu Eren dan dirimu. "

" soal ? mengasingkan Eren ? " Levi mulai mengeraskan suaranya.

"heichou... Hanji-san tidak bermaksu-" baru mau membela Hanji , Levi menyela," Eren , aku berhak untuk marah . "

Tidak tahu apakah ia harus senang atau sedih karena kekasihnya begitu mengkhawatirkan kejadian hari ini, namun Eren tahu , semua yang dilakukan oleh Levi , pasti demi dirinya.

Melirik ke sekeliling-nya , Hanji kemudian meminta military police untuk keluar dan kembali ke barak masing-masing . ketika mereka tinggal ber-tiga , " mari kita bicarakan di dalam saja . "


DONEEEEEEE ! masih berantakan karena ini fic pertama saya , mungkin ada beberapa pilihan kata yang kurang sreg tapi mohon di maklumi , ( berasa dikit-dikit make bahasa formal lalu tambal sulam sama bahasa gaul LOL ) orz
chapter 2 masih otw , tapi nanti smua akan dibuka di chapter 2 ! :D

Thank you !