Kala itu hanya sebuah Blazer sebagai pengikat kita..
Jika aku tak bisa memilikimu, maka memiliki blazer mu sudah cukup untukku.
.
Sungguh.
.
.
.
.
"Sunbaenim.." Suara rendah namun sedikit cempreng seorang namja, sontak mengusik pandangan seorang namja bermata teduh yang kini tengah mengalihkan pandangannya kearah sumber suara.
Ia menatap penuh tanya sosok namja bersurai coklat kemerahan yang baru saja memanggilnya tadi. Ia tak tahu siapa namja ini.
"Siapa?" Tanya namja bermata teduh itu kepada namja yang sepertinya adalah hubaenya itu.
Namja bersurai cokelat itu memutar bola matanya kesamping, enggan untuk balik menatap namja dihadapannya ini. Ia sedikit menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Hm… Sunbae tak perlu tahu… A, aku hanya ada perlu sebentar denganmu.. Bo, boleh?" Ucap namja bersurai coklat kemerahan itu dengan sedikit terbata. Ya, memang benar. Dia gugup sekarang ini.
DonghaeㅡSunbae yang bermata teduh itu, hanya menautkan kedua alisnya tak mengerti. Ada perlu apa? Kenal saja tidak?! gumamnya dalam hati.
"Ada perlu apa?" Sahut Donghae seraya memberikan senyuman angelicnya kepada namja yang kelihatan manis itu.
"A, a… Ah! Bi, bisakah kita bertukaran blazer sekolah sunbaenim?! I, ini adalah hari kelulusan sunbae disekolah ini kan? Ma, maka dari itu.. Bo, bolehkah?" Namja manis itu dengan keberanian yang muncul secara tiba-tiba, segera mendongakkan wajahnya dan menatap penuh tekad sosok namja bermata teduh dihadapannya.
Donghae hanya mampu melebarkan kedua bola matanya kaget. Hah? Seragam blazer? Yang benar saja? Bertukaran?
"Eoh, bertukaran? Dengan blazermu yang sempit itu? Lalu dengan blazerku yanh besar ini?" Tanya Donghae lagi memastikan. EunhyukㅡNamja manis itu, segera menganggukkan kepalanya cepat. Mengiyakan semua perkataan Donghae kepadanya.
Kini giliran Donghae yang hanya mampu menggaruk belakang kepalanya yang memang sedikit gatal itu. Memang dia tak akan mungkin lagi mengenakan seragam SMPnya itu, tapikan namja dihadapannya masih mengenakan seragam itu, masa dia akan mengenakan seragamnya yang akan terlihat kebesaran pada tubuh namja manis ini?!
"Untuk apa?" Tanya Donghae lagi. Membuat namja manis itu melebarkan kedua mata bulatnya. Ia segera menunduk, menautkan kedua tangannya dan meremasnya kuat.
"Ji, jika… Jika suatu saat kita bertemu lagi, ma… Maka aku akan mengembalikannya lagi padamu… Jika aku sudah menyerah, aku akan kembalikan…" Jawab Eunhyuk tanpa menatap mata teduh milik Donghae. Ia takut sunbaenya yang memang terkenal populer, enggan untuk memberikan blazernya karena ketidak normalan dirinya akan perasaannya yang sudah dua tahun ini terpendam dihatinya.
Donghae jelas tidak bodoh, ia tahu apa maksud dari namja manis ini katakan. Ia tahu, tapi bagaimanapun juga.. Ia tak kenal dengan namja bersurai coklat kemerahan ini.
"Hah, baiklah." Donghae berujar singkat. Membuka perlahan blazer yang masih melekat ditubuhnya. Eunhyuk yang mendengarnya, kembali mendongakkan wajahnya kearah Donghae dengan mata lugunya.
"Tapi ada satu syarat." Lanjut Donghae.
"A, apa?" Tanya Eunhyuk gugup.
"Kembalikan balzer ini, saat musim kelulusan tahun depan.. Ketika kau bisa melupakanku, dan mampu melanjutkan keSMA yang sama denganku." Jelas Donghae santai. Ia mengarahkan blazer yang kini telah berada ditangannya kehadapan Eunhyuk. Eunhyuk terdiam dengan mimik wajahnya yang terdapat guratan tak percaya akan perkataan yang keluar dari bibir Donghae.
"Jika bertukaran, maka aku harus memiliki blazermu jugakan? Jika kita bertemu lagi, tanda bahwa aku tak menyukaimu adalah…. Membakar blazermu dihadapanmu juga.." Donghae tersenyum miring. Yah, sedikit bersenang-senang tak masalahkan? Toh pasti dia tak akan bertemu dengan namja manis ini lagi.
Eunhyuk menggigit bibir bawahnya kuat. Kenapa rasanya sesakit ini? Jelas sekali bahwa perkataan Donghae adalah sebuah penolakan dari perasaannya yang belum sempat ia perjuangkan.
Dengan perlahan Eunhyuk membuka blazer yang ia kenakan, memperlihatkan tubuh mungilnya yang dibalut seragam putih sebagai bahan dalam blazer tersebut. Donghae sedikit membulatkan matanya kala mata teduhnya melihat betapa sempit dan terasa berat sekali bahu namja manis itu. Bahkan tubuh lelah itu begitu terlihat jelas terasa beban yang sedang dipikul namja manis bersuari coklat kemerahan dihadapannya ini.
"I, ini… Trima kasih." Ia meraih blazer milik Donghae dan menyerahkan blazernya kepada Donghae.
"Aku akan memanfaatkan kesempatan ini dengan baik, ji.. Jika aku tak mengembalikannya kepadamu… A, apakahㅡ"
"Tidak, kau harus tetap mengembalikannya lagi padaku." Ucap Donghae segera, sebelum Eunhyuk menyelesaikan perkataannya. Donghae meletakkan blazer milik Eunhyuk keatas bahunya, dan menatap Eunhyuk sejenak.
"Sekali lagi aku bertanya padamu, siapa namamu?" Titah Donghae tegas. Eunhyuk menelan ludahnya kelu, mau tak mau ia harus menyebutkan namanya.
"E, Eunhyuk… Lee.." Sahut Eunhyuk gemetar. Donghae tersenyum. Tanpa seijin Eunhyuk, Donghae menarik pundak Eunhyuk dan menarahkan bibirnya pada telinga Eunhyuk.
"Akan ku ingat itu… Dan satu hal yang harus kau terima…."
"Aku tak suka sesama pria… Maaf…"
.
.
2Tahun kemudian..
"Eunhyuk-ah! Hei jangan bengong disaat kerja! Aish, nanti mie dinginnya bisa tumpah kemana-mana! Cepat antarkan kepada pelanggan yang berada di apartement dekat kedai kita!" Pekik seseorang membuat namja bernama Eunhyuk itu, kembali tersadar dari lamunannya. Ia sedikit terlonjak, kala yang menegurnya adalah bibi bos pemilik kedai mie dingin khas korea itu.
"Ah, bibi Oh! Mengagetkanku saja! Kalau mie pesanan pelanggan ini tumpah bagaimana? Aku kan tak mampu menggantinya!" Eunhyuk tersenyum kepada sang pemilik kedai, senyum gusi khas miliknya yang selalu menjadi nilai plus dari dalam dirinya. Ya, membuat siapa saja menjadi tak tega jika harus memarahi anak yang dengan berat hati terpaksa harus bekerja di sela jam blajarnya yang tertunda itu.
"Ya! Tadi bibi yang seharusnya bicara sepertu itu padamu! Sudah sana cepat pergi!" Bibi Oh segera mendorong tubuh Eunhyuk keluar dari kedai, menunjuk sebuah motor vespa yang kerap kali digunakan untuk mengantarkan mie dingin kepada para pelanggan.
Eunhyuk hanya mampu tertawa kecil menanggapi perkataan sang bibi yang terdengar lucu itu, dan juga tingkah bibi itu yang mendorongnya keluar kedai. Benar-benar seperti diusir nyonya pemilik flat miliknya enam bulan yang lalu.
"Yah, waktunya bekerja! Hwaiting!" Tekad Eunhyuk untuk menyemangati dirinya sendiri. Ia segera berjalan menuju vespa yang terparkir disamping halaman kedai, menaruh semangkuk mie dingin kedalam bagasi berbentuk kotak yang berada di bangku belakang vespa tersebut.
"Pakai helm, dan let's go!" Gumam Eunhyuk ceria, seraya melajukan vespanya menuju apartement sederhana yang tak jauh dari kedainya.
Ia bersenandung merdu, seraya menyapa beberapa pejalan kaki yang ia ketahui adalah pelanggan setia kedai milik bibi Oh itu, dan beberapa pemilik toko lain yang memang berdekatan dengan kedai dimana ia bekerja.
"Slamat siang paman Jung!" Sapa Eunhyuk dengan melambaikan tangan kanannya keatas, kebiasaan manusia kalau sedang bertemu seseorang dari kejauhan.
Ya, dan itu juga adalah salah satu akibat fatal dari sebuah kecelakaan kan? Benar saja! Tiba-tiba dari arah pertigaan jalan, sebuah motor melaju dengan kecepatan sedang dan tanpa sengaja menyenggol body belakang motor vespa Eunhyuk. Hingga akhirnya Eunhyuk tak mampu mengendalikan laju motornya lagi.
BRAAKK!
Habis sudah! Eunhyuk terjatuh, dan yang lebih parahnya lagi adalah mie dingin yang akan dia antar berhamburan kemana-mana. Eunhyuk segera berdiri dari keterjatuhannya, memposisikan vespanya kembali yang sempat terjatuh juga. Ia diam, menghembuskan nafasnya lelah, saat ia menatap hasil dari kesalahannya sendiri.
"Semuanya berantakan, hah… Bagaimana aku harus mengatakannya pada bibi Oh? Aish jinjja!" Eunhyuk memukul kepalanya yang terlindungi sebuah helm mungil, hingga ia merasakan bahwa tangannya terasa sakit juga.
"Ya! Mianhae, kau baik-baik saja?"
"Tidak! Ini tidak baik-baik saja!" Eunhyuk menoleh kearah suara seseorang yang sepertinya mengkhawatirkannya.
Eh?
Eunhyuk tercekat, matanya yang bulat itu terbelalak… Tidak, ia sedang tak melihat monster..
Hanya seseorang… Seseorang yang saat ini ia wajib hindari..
.
.
Si pemilik blazer..
.
.
.
.
.
Eunhyuk hanya mampu diam membatu saat retina matanya menatap tak percaya sosok lelaki dihadapannya yang baru saja menyebabkan mie dingin pesanan pelanggan yang akan ia antarkan, tumpah mengotori jalan raya yang cukup sepi itu.
Sosok lelaki itu mengerutkan keningnya ketika menyadari bahwa seseorang yang telah ia tabrak belakang motornya adalah seseorang yang ia kenal, membuatnya termangu tanpa enggan mengalihkan pandangannya kearah lain.
Eunhyuk yang merasa tak nyaman, sontak menutup kaca helmnya yang sempat terbuka dan bergegas menghampiri vespa tuanya untuk segera meninggalkan pria itu sendirian.
"Eunhyuk, kaukah itu?" Suara baritone yang terdengar santai itu, sontak menghentikan pergerakan jemari Eunhyuk yang berniat menyalakan mesin vespa tua milik bibi Oh. Matanya terbelalak dan sekujur tubuhnya terasa membeku ketika untuk pertama kalinya ia mendengar bahwa namanya telah disebut oleh seseorang yang paling ia rindukan selama hampir 2tahun ini.
Ingin rasanya ia membalikan tubuhnya untuk sekedar mengatakan 'iya' kepada sosok itu, namun ia tidak bisa. Eunhyuk benar-benar tidak bisa untuk sekedar bertegur sapa kepada orang itu seakan mereka berdua adalah kawan lama yang sudah lama tidak bertemu. Dirinya hanyalah seseorang yang telah menyimpan begitu banyak makna kepada orang itu dan kejadian buruk saat itu membuat Eunhyuk berharap bahwa ia tak akan lagi bertemu dengan orang yang telah menolaknya mentah-mentah saat smp dulu.
Ia bukannya malu, hanya saja… Ia tidak bisa, bukan… Ia tidak mau mengembalikan blazer yang saat itu ia tukarkan dengan blazer miliknya kepada orang yang selalu dirinya ingat sebagai seorang Lee Donghae, sunbae di sekolahnya dahulu.
Karena dirinya benar-benar tidak bisa melupakan Lee Donghae.
"A, ah… Maaf sepertinya saya harus kembali ke kedai. Hm… Ka, kalau begitu saya permisi." Sahut Eunhyuk tergagap setelah beberapa menit yang lalu terdiam cukup lama, ia sedikit melirik Donghae yang masih tidak bergeming dari tempatnya berdiri. Tanpa menunggu respon dari Donghae, ia segera menyalakan vespanya. Namun sebelum ia melakukannya, Donghae telah mencabut kunci vespanya tanpa bisa ia cegah.
"Lee Eunhyuk, benarkan?" Ujar Donghae penuh keyakinan, ia sedikit memiringkan wajahnya untuk dapat melihat wajah Eunhyuk yang tertunduk dengan helm putih yang membingkai kepalanya dan juga kaca helm yang begitu menganggu penglihatannya.
"Nu, nuguya? Hm… Se, sepertinya anda salah orang." Jawab Eunhyuk panik. Ia mengalihkan pandangannya kearah lain, enggan untuk membalas tatapan Donghae terhadap dirinya.
Donghae terdiam, ia menghela nafas panjang sebelum mengembalikan kunci motor Eunhyuk ke dalam kontak kunci.
"Kau… Bekerja?" Tanya Donghae pelan, melirik belakang vespa Eunhyuk yang terdapat kotak besar yang sepertinya digunakan untuk menyimpan pesanan agar tidak tumpah ataupun jatuh dan tertera nama toko yang menghiasi kotak tersebut.
Eunhyuk menelan ludahnya gugup, bagaimanapun juga perasaannya masih sama seperti dahulu. Kau akan merasa jantungmu berdegub kencang hanya karena berdekatan seperti ini dengan orang yang kau sukai, demikian dengan yang Eunhyuk rasakan sekarang ini. Ingin sekali ia segera pergi dari tempat ini, namun Donghae seakan menghalangi jalannya untuk pergi.
"Pe, permisi. Saya harus pergi sebelum boss saya marah." Ucap Eunhyuk sesopan mungkin, setidaknya ia harus terlihat sopan didepan sunbaenya waktu SMP dulu. Donghae yang masih mengenakan blazer SMA miliknya segera mengeluarkan ponsel pintarnya dari dalam saku.
"Berapa nomer ponselmu? Aku akan mengganti rugi mie dingin itu dan juga belakang vespamu yang rusak." titah Donghae santai, ia mendongakkan wajahnya setelah memusatkan perhatiannya pada ponsel canggih miliknya dan menatap wajah Eunhyuk yang terhalang oleh kaca helm yang cukup gelap itu.
Eunhyuk tergagap ketika menerima tatapan teduh Donghae yang tepat menabrak retina matanya, ia kembali salah tingkah dibuatnya.
"M… Mwo… Mwoya?" Tanya Eunhyuk tak mengerti.
"Aku bilang berikan nomer ponselmu." Jelas Donghae tajam. Membuat Eunhyuk kembali terkejut, ia segera merogoh saku celananya dan mencari nomer kontak ponselnya yang sedang ia genggam. Lebih tepatnya ponsel bibi Oh.
"A, aku tidak mempunya ponsel. Jadi aku memberikan nomer ponsel bossku saja jika, ji… Jika kau mau membayar ganti ruginya…" Kata Eunhyuk pelan. Ia menatap Donghae takut, seraya menyerahkan ponselnya pada Donghae untuk menyimpan nomer bibi Oh pada ponsel Donghae.
Donghae menghela nafas dan kemudian meraih ponsel flip berwarna cerah itu untuk mencatat nomer yang tertera dilayar ponsel.
"Aku akan segera menghubungi bossmu." Donghae kembali menyerahkan ponsel flip itu kepada Eunhyuk, dan kembali menatap Eunhyuk dengan tatapan yang tidak Eunhyuk mengerti.
"Senang bertemu denganmu. Kka! Pergilah." Kali ini rasanya Eunhyuk benar-benar ingin sekali terbang kelapisan langit ketujuh ketika untuk pertama kalinya juga, sosok tampan dihadapannya tersenyum begitu rupawan kepada dirinya. Membuat Eunhyuk terperangah akan pemandangan yang luar biasa itu.
Sadar bahwa dirinya sempat terpaku menatap Donghae, Eunhyuk segera berdeham pelan sebelum ia kembali menyalakan mesin vespanya.
"A, aku pergi… Hm… Su, sunbae… A, annyeong…" Ujar Eunhyuk terbata. Ia membalikan arah motornya dan bergegas meninggalkan Donghae dalam keheningan.
Hingga semilir angin membelai lembut surai hitam sosok pria yang masih diam mengamati sosok Eunhyuk yang perlahan mulai menghilang dari pandangan mata tajamnya.
Ia menghela nafas pelan, sebelum dirinya mendongakkan wajahnya keatas untuk menikmati terpaan angin yang membelai wajah rupawannya.
"Aku kira ini hanya mimpi. Tapi ternyata… Aku benar-benar menemukannya…" Gumamnya pelan, seraya menatap teduh langit biru diatasnya.
.
.
.
.
.
.
Eunhyuk menatap sendu blazer biru gelap yang ia gantungkan di sebuah gantungan pakaian yang ia letakkan tepat disamping pintu kamar mandi. Ia perlahan mendekatkan dirinya kepada benda yang dulu pernah dikenakan oleh Sunbae yang telah menjerat hatinya selama ini, dan menyentuhnya dengan lembut seakan ia tengah menyentuh lengan Sunbaenya yang sangat ia rindukan.
"Sunbae…" Bisiknya lirih. Ia menghela nafas panjang sebelum pening mulai melanda kepalanya, ingin rasanya ia menangis tapi entah mengapa semua terasa semakin sulit saat ia merasa bahwa airmata tidak dapat menyelesaikan masalahnya selama ini.
"Aku bertemu denganmu, setelah sekian lama aku tidak melihatmu." Ucapnya pelan. Seakan dengan ia berbicara pada blazer milik Donghae, sosok rupawan itu dapat mendengar apa yang sedang Eunhyuk katakan padanya. Eunhyuk tertawa pelan, ketika ia mengingat saat pertama kali ia berbicara pada Sunbaenya itu. Yah, saat dimana ia mengutarakan isi hatinya kepada pria populer semasa di SMP dulu, dan untuk yang terakhir kalinya juga ia bertemu dengan pria itu. Namun entah ini sebuah keberuntungan ataukah malapetaka, sosok itu kembali ia temui tanpa ia duga selama ini.
Eunhyuk tersenyum sendu sebelum ia menjauhkan tubuhnya pada blazer yang telah menggantung cukup lama disana, tepat dimana ketika ia bangun dari tidurnya, hal pertama yang ia lihat adalah blazer itu, ketika ia keluar dari kamar mandi, hal pertama yang ia lihat adalah blazer itu saat ia akan menggantungkan handuknya disana.
Semua hal yang terlihat sederhana itu, menjadi sesuatu yang paling istimewa dalam hidupnya yang sepi. Entah apa yang akan terjadi jika saja blazer itu tidak ada lagi dalam jangkauannya. Cintanya telah tumbuh terlalu dalam hingga menjadi akar yang kokoh dan tak tergoyahkan. Lantas janji-janji dahulu yang pernah disepakati keduanya, apakah Eunhyuk bisa menerimanya? Blazer itu harus segera dikembalikan, jika ia telah benar-benar melupakan perasaan mengerikan itu terhadap Donghae.
Eunhyuk memundurkan tubuhnya hingga kakinya terkantuk pada ranjang kecil miliknya, sampai membuat tubuhnya terhempas ke ranjang yang telah ia beli dari hasil jerih payahnya selama ini. Menatap sendu langit-langit flatnya yang kecil dan pengap itu, menghantarkan pikirannya kepada sesuatu yang ia duga akan terjadi setelah pertemuan ini.
"Aku tidak bisa melupakanmu Sundae." Ucapnya lirih. Ia memejamkan kedua matanya, menikmati setetes air mata yang tidak bisa ia bendung lagi.
"Bisakah, blazermu tetap ada bersamaku? Jika, jika aku tidak bisa memilikimu… Aku tak apa hanya dengan blazermu saja."
"Sungguh, aku tak akan apa-apa."
"Karena aku takut, ketika aku bertemu denganmu lagi… Hal yang akan kau pertanyakan adalah perasaanku dan juga blazermu.."
"Dan saat kau akan membakar blazerku.."
"Itu membuatku semakin takut menerimanya.."
"Bahwa kau tidak mencintaiku.."
"Su, sunbae.."
.
.
.
.
.
"Hati-hati, jangan sampai celaka lagi. Antarkan pesanan ini kepada paman Jung, pelan-pelan saja mengendarai vespanya." Ujar Bibi Oh seraya memasukan pesanan mie dingin kedalam kotak besar yang diletakkan dibelakang jok vespa tua yang akan Eunhyuk antar siang hari ini. Ia baru saja pulang dari sekolahnya yang berada dipinggir sungai dekat dengan pemukiman Bibi Oh dan juga flat kecilnya, sekolahnya tidak begitu terkenal dan mewah. Hanya sekolah pemerintahan yang setidaknya bisa membuatnya pintar meski dengan status tidak mampu seperti dirinya dan juga teman-temannya yang lain. Dulu ia ingin sekali bisa melanjutkan SMA di tempat Donghae menimbah ilmu, namun sayangnya ia tidak mampu menggapainya. Karena statusnya yang berbeda, membuatnya harus menelan bulat-bulat pil pahit hidupnya didunia ini dan merelakan Donghae pergi dalam hidupnya.
Namun sepertinya adahal yang memang harus diselesaikan, hingga ia harus dipertemukan kembali dengan pria itu.
"Aku pergi Bibi Oh!" Ucapnya penuh semangat. Ia segera mengendarai vespa tuanya dengan kecepatan sedang, menyapa beberapa orang yang ia kenal dan tersenyum lembut kepada mereka yang mengenalinya juga. Hari ini cuaca sangat panas, meskipun tampak awan atas sana, tidak mengurangi kekuatan matahari yang mengeluarkan cahayanya tanpa belas kasihan.
Sebentar lagi ia akan sampai pada sebuah pertigaan yang kemarin ia lewati, dan disanalah kecelakaan yang tak terduga terjadi. Dimana tanpa ia duga, seseorang yang telah menabraknya adalah sosok Sunbaenya yang sangat berharga dalam hidupnya.
Ia tersenyum kecut saat pikirannya membayangkan sosok itu berdiri tegap disamping trotoar dekat dengan pertigaan itu, ia mengenakan helm berwarna cream dengan motor yang sama ketika menabraknya kemarin. Tatapan sosok itu mengarah tepat kepadanya dengan kedua tangan yang ia lipat diatas dada, dan jangan lupakan tas ransel yang melekat sempurna dipunggungnya. Bahkan ia masih ingat blazer SMA yang digunakan Sunbaenya kemarin.
"Oh, hai!" Dan saat Eunhyuk semakin dekat dengan bayangan dikepalanya, tiba-tiba saja sosok itu menyapanya dan membuat Eunhyuk terkejut bukan main. Ia dengan sigap menghentikan laju motor vespanya dan menatap tak percaya sosok yang kini berdiri dihadapannya.
"Kau mau kemana? Bisa, kita bicara?" Tanya pria itu setelah ia memandangi sekitar Eunhyuk yang sepertinya akan mengantar pesanan pelanggan dimana Eunhyuk bekerja. Yah setidaknya semalam ia sempat menelfon sang pemilik kedai dimana Eunhyuk bekerja dan sedikit berbasa basi sekedar ingin mengetahui seluk beluk Eunhyuk selama ini.
Eunhyuk yang tetap tidak percaya akan penglihatannya, sontak menggelengkan kepalanya untuk dapat menyadarkan dirinya dari ketidak percayaan ini, bahwa sosok yang baru saja ia bayangkan adalah nyata adanya. Hingga membuat jantungnya kembali berdetak dengan sangat kencang.
"Ha, hah? Sun, sunbae?" Tanya Eunhyuk memastikan. Membuat sosok dihadapannya mengalihkan pandangan matanya dari belakang vespa Eunhyuk yang masih rusak karenanya, dan menatap Eunhyuk dengan senyum miring yang menghiasi wajahnya.
"Kau pikir siapa aku? Segera kau antarkan mie dingin itu kepada pelangganmu, aku akan menunggumu disini Eunhyuk-ah." Jawabnya santai. Ia mengibaskan tangannya seakan mengusir Eunhyuk dan menyuruhnya untuk segera pergi. Eunhyuk yang tak mengerti hanya menurut saja, dan kembali melanjutkan tugasnya untuk mengantarkan pesanan mie dingin kepada paman Jung.
Membiarkan Donghae yang tersenyum simpul memandang kepergian Eunhyuk dari kejauhan. Ia kembali melipat kedua tangannya diatas dada, dan menyandarkan tubuhnya pada body motor besar kesayangannya itu.
"Sekarang lihat apa yang kau perbuat padaku selama ini Eunhyuk-ah… Bukankah ini luar biasa?"
.
.
.
.
.
.
TBC
Kalau di wp ada 2 chapter tapi aku jadiin satu supaya keliatan panjang :D maaf yaa ff repostingannya pd pendek2 soalnya ga biasa nulis panjang2, terima kasih banyak udah mampirr buat bacaa :)
