Latcho Drom
Aku masih mencintai seorang namja yang dua tahun lalu menikah dengan orang lain
Byun Baekhyun
Park Chanyeol
Kim Jongin
Do Kyungsoo
Menjadi seorang lajang diusia 25 tahun bukanlah hal yang menyenangkan. Jika saja memiliki pendamping yang dalam proses untuk menikah itu pengecualian. Itulah yang dirasakan salah satu makhluk imut dan mempesona yang bernama Byun Baekhyun. Dia memang mempesona tapi masih belum memiliki pendamping.
"Kau itu sudah 25 tahun, Baek-ah. Tapi kenapa sampai sekarang kau belum membawa pasanganmu kerumah? Mau sampai kapan kau menunda keinginanku untuk menimang cucu?"
Bla bla bla
Bla bla bla
Itu adalah salah satu ocehan ibunya, Kim Heechul, orang tua tunggal Baekhyun -orang tuanya bercerai ketika Baekhyun berusia 15 tahun dan ayahnya menikah lagi dengan orang Cina yang Baekhyun tak peduli pada ibu tirinya itu- kadang ocehannya benar-benar membuat Baekhyun jengah.
"Kau itu pilih-pilih makanya sampai sekarang kau belum juga menikah."
Bla bla bla
Baekhyun sama sekali tak pilih-pilih, ia sama sekali tak memiliki kriteria dalam memilih pasangan. Baginya yang penting hanya satu, orang yang bukan hanya mencintainya tapi juga mencintai ibunya. Baginya, ibunya satu-satunya yang berharga bagi Baekhyun. Sangat sederhana bukan? Ia tak seperti teman-temannya yang kebanyakan menetapkan kriteria pasangan idaman yang harus ini dan itu. Tapi herannya, teman-temannya itu cepat sekali dapat pasangan. Sedangkan ia yang tak menetapkan kriteria khusus justru masih menjomblo hingga sekarang.
"Padahal kau mapan, kau salah satu staf dosen tetap di Kyunghee jurusan musik dan seni tapi kenapa kau masih sendiri sampai sekarang? Kenapa? Ya Tuhan..."
Dan sekali lagi,
Bla bla bla
Baekhyun hanya diam sambil menjerit dalam hati. Ibunya seharusnya menyemangatinya untuk tetap bersabar menanti jodoh bukannya membuatnya makin down seperti ini. Ingin sekali Baekhyun menyumpal mulut Heechul tapi ia masih ingat dosa.
Baekhyun masih diam dan menulikan telinganya agar tak mendengar ocehan ibunya lagi. Yang ia dengar hanya satu kata yaitu cucu. Heechul memang sangat menyukai anak kecil dan ingin menimang cucu agar tak sendirian bila tak ada Baekhyun dirumah.
Baekhyun jadi ingat beberapa hari lalu Heechul mengatakan jika ia memiliki anak nanti, anaknya harus bersama Heechul. Baekhyun boleh tak tinggal disini tapi anaknya harus tinggal disini. Baekhyun hanya tersenyum masam saat itu.
Sebenarnya Baekhyun sangat ingin menikah. Kadang ia iri melihat teman-temannya yang sudah menggendong bayi. Dia juga ingin begitu, bukan hanya Heechul. Sambil menghela nafas, Baekhyun menggenggam tangan ibunya membuat ibunya terdiam.
"Aku pasti akan menikah, bu. Aku juga tengah berusaha saat ini. Aku ingin menikah dan memiliki anak. Apa yang bisa kulakukan jika Tuhan belum mempertemukanku dengan jodohku? Tiap kali aku pendekatan dengan seseorang pasti tak sesuai harapan. Mereka perlahan menjauhiku dan aku tak tahu kenapa. Aku harap ibu bersabar dan tetap mendoakanku."
Heechul tersenyum lalu mengelus pipi Baekhyun. Ada rasa penyesalan dimata indahnya.
"Sepertinya ocehanku mulai berlebihan ya?"
Baekhyun hanya menggeleng sambil tersenyum manis. Ia memaklumi jika Heechul khawatir.
"Tidak, bu. Kau seorang ibu jadi itu wajar."
"Sebenarnya ada yang ingin kutanyakan sejak dulu padamu, Baek-ah."
"Tanya apa, bu?"
"Kau selalu gagal dalam pendekatan dengan seseorang. Aku curiga jangan-jangan kau tak membuka hatimu. Perasaan seseorang tak bisa dibohongi, nak."
"Aku membuka hatiku untuk siapapun yang berniat serius denganku. Aku tak pilih-pilih, bu."
"Baiklah, mungkin memang belum jodoh."
"Jika memang jodohku orang itu pasti akan kembali padaku."
Heechul mulai menatap Baekhyun curiga dan ia mulai tak suka itu. Ibunya itu cukup sensitif dan bisa menebak apapun yang ada dikepalanya.
"Apa kau pernah patah hati, Baek-ah?"
Deg...
Baekhyun tak bisa menahan ekspresi terkejutnya. Dan itu semakin menguatkan kecurigaan Heechul selama ini.
"Aku tahu kau tak pernah terbuka dengan perasaanmu padaku. Aku merasa kau tak bisa mempercayaiku soal cinta karena perceraian orang tuamu. Tapi percayalah, Baekhyun-ah, aku bisa memahami apa yang terjadi padamu. Kau selalu mengatakan tak cocok dengan siapapun. Kau pernah patah hati sebelumnya kan?"
Baekhyun tertawa terbahak mendengar opini Heechul. Dia menggumam 'Sok tahu sekali' berkali-kali tapi Heechul tahu Baekhyun memang menyembunyikan satu hal.
"Baiklah terserah kau saja. Kita sudahi percakapan kita. Tapi lain kali akan kupastikan kalau kau akan menceritakan semuanya yang kau sembunyikan dariku selama ini." Heechul mengalah karena ia bukan tipe pemaksa apalagi dengan putranya sendiri.
Baekhyun masih tertawa meski tak sekeras sebelumnya. Ia menyempatkan mencium pipi Heechul lalu masuk kedalam kamarnya. Baekhyun masih tertawa bahkan saat mengunci pintu kamarnya dan berganti pakaian.
Tapi ada yang aneh dengan suara tawanya. Baekhyun memang tertawa tapi ada sesuatu yang menetes keluar dari dua mata indahnya. Baekhyun menangis?
Baekhyun membuka laci meja dan mengeluarkan sebuah kertas tebal berwarna merah yang berhiaskan pita. Dia menatap kertas tebal itu yang tampak seperti sebuah undangan? Cairan bening itu kembali menetes bahkan semakin deras. Tatapan Baekhyun juga berubah dari yang ceria menjadi tatapan pilu.
Undangan Pernikahan
Park Chanyeol
Do Kyungsoo
Tangis Baekhyun semakin pecah. Berusaha menahan isak tangisnya dengan menggigit bibir tipisnya. Heechul benar. Meski Baekhyun berusaha menutupi perasaannya, tapi ternyata Heechul akhirnya berhasil menebak permasalahan hatinya yang ikut mempengaruhi kenapa Baekhyun masih sendiri hingga sekarang.
Ya, Baekhyun patah hati.
Baekhyun masih mencintai seorang namja yang dua tahun lalu menikah dengan orang lain.
Park Chanyeol.
Sebuah nama yang tak pernah bisa Baekhyun hapus dari hatinya.
Park Chanyeol.
Seorang pemuda tampan dan tinggi yang menjadi cinta pertamanya saat masih dibangku sekolah menengah atas.
Heechul tak pernah tahu karena Heechul melarang Baekhyun berkencan sebelum bekerja. Baekhyun tak memberi tahu siapapun tentang hubungannya dengan Park Chanyeol kecuali Kim Jongin, sahabatnya.
Baekhyun segera tersadar lalu menghapus air matanya. Dia memasukkan kembali undangan pernikahan Chanyeol itu kedalam laci meja. Ia telah berjanji pada dirinya sendiri kalau ia tak akan menangisi Chanyeol lagi karena untuk apa ia memikirkan orang yang tak memikirkannya sama sekali. Dan parahnya lagi, pria itu adalah suami orang. Menjijikkan.
"Tenangkan dirimu, Byun. Besok aku harus ke gereja lagi dan banyak-banyak berdoa agar aku bertemu jodohku tahun ini." Tekad Baekhyun lalu setengah melompat ketempat tidurnya.
"Tak ada lagi Baekhyun yang memikirkan Chanyeol. Kau sudah 25 tahun jadi jangan terpaku pada masa lalu. Tidak boleh." Omel Baekhyun pada dirinya sendiri.
Setengah mati ia berusaha untuk tidur.
.
Hari ini Baekhyun tak ada jadwal mengajar jadi dia memutuskan untuk ke gereja saja lalu bertemu dengan Jongin dicafe miliknya.
"Kau mau kemana? Bukannya kau tak ada jadwal mengajar hari ini?" Tanya Heechul sambil memberikan selembar roti tawar pada Baekhyun.
Baekhyun menerima roti pemberian Heechul lalu mengolesi rotinya dengan selai stroberi kesukaannya.
"Aku memang libur tapi aku berencana ke gereja hari ini. Aku ingin banyak-banyak berdoa supaya aku bisa menikah tahun ini."
Heechul tersenyum senang mendengarnya.
"Itu bagus. Bisa saja kau bertemu dengan pangeran berkuda putih disana. Seperti di drama-drama, sangat romantis." Khayal Heechul membayangkan salah satu adegan drama kesukaannya yang rajin ia tonton seminggu sekali.
Baekhyun mencibir sambil melahap rotinya. Pikiran Heechul benar-benar sudah terkontaminasi dengan drama yang kadang terkesan tak masuk akal.
"Iya semoga saja. Aku berangkat dulu."
"Kenapa buru-buru? Makanmu sedikit sekali."
"Setelah dari gereja aku berencana ke cafe Jongin. Kalau perutku kenyang, aku yang rugi tak bisa makan makanan mewah gratis."
Heechul mencibir kelakuan manis Baekhyun. Dia tak menyalahkan Baekhyun yang sangat menyukai gratisan karena ia sendiri juga begitu. Sifat buruknya itu menurun pada Baekhyun rupanya.
"Jangan mempermalukan dirimu sendiri. Sekali-kali jual mahal sedikit."
"Memiliki teman yang sukses seperti Jongin harus dimanfaatkan, bu. Saat masih sekolah dulu aku banyak berjasa untuknya saat ujian."
Heechul geleng-geleng kepala. Baekhyun suka sekali bicara seenaknya dan terdengar menyebalkan. Sekali lagi, sifat itu menurun darinya.
"Baiklah, jangan lupa membawa pulang makanan untukku juga. Dan sampaikan salamku pada Taeoh. Jika Soojung tak bisa merawat Taeoh atau Jongin terlalu sibuk, aku bersedia menjaga Taeoh."
Baekhyun mengangguk lalu mengecup pipi Heechul.
"Akan kusampaikan. Aku berangkat."
"Hati-hati dijalan."
Baekhyun memutuskan untuk jalan kaki saja menuju gereja yang sering dikunjunginya. Gereja itu baru dibangun. Meski tak seberapa besar tapi sangat nyaman baginya. Sesekali ia bersenandung menyanyikan lagu-lagu Justin Bieber yang akhir-akhir ini sering ia putar diplaylistnya. Sambil sesekali membalas sapaan tetangga dan mengumbar senyum manis yang membuatnya benar-benar menawan. Siapapun tak akan percaya jika Baekhyun tak memiliki kekasih.
Tak sengaja Baekhyun melihat sebuah gang didekat sungai kecil. Baekhyun termenung karena gang itu pernah jadi saksi bisu dimana Chanyeol menunggu Baekhyun untuk berkencan.
-Flashback-
"Kau dimana, Baek-ie?" Tanya Chanyeol diseberang. Suara beratnya membuat telinga Baekhyun geli dari balik ponselnya.
"Aku masih dirumah, sebentar lagi aku keluar." Jawab Baekhyun sambil berbisik, takut Heechul mendengar percakapannya dengan Chanyeol padahal saat itu Baekhyun masih didalam kamar.
"Jangan lama-lama, Baek."
"Iya, iya. Sabarlah sedikit."
"Aku tak sabar bertemu denganmu. Aku merindukanmu."
Baekhyun merona. Tanpa sadar ia menutup wajahnya dengan satu tangan.
"Jangan merayuku. Aku segera datang. Kututup telponnya."
Tanpa menunggu persetujuan Chanyeol, Baekhyun langsung menutup telponnya sepihak. Baekhyun menghela nafas panjang efek debaran jantungnya yang menggila.
"Hanya begitu saja sudah berdebar seperti orang jantungan begini. Dasar payah." Omel Baekhyun pada dirinya sendiri.
Baekhyun merapikan penampilannya lagi lalu memakai tas ranselnya. Ia keluar kamar dan melihat Heechul tak ada diruang tamu.
"Mungkin ibu sedang didapur." Senang Baekhyun.
"IBU, AKU ADA TUGAS KELOMPOK DIRUMAH JONGIN. AKU PULANGNYA SEDIKIT SORE YA!"
Kemudian Baekhyun berlari keluar rumah tak mempedulikan teriakan Heechul yang memanggilnya. Baekhyun terus berlari kemudian berhenti didepan gang didekat sungai kecil tempat ia dan Chanyeol janjian bertemu.
Baekhyun masuk kedalam gang. Baekhyun menunduk mengatur nafasnya yang memburu karena ia mengerahkan seluruh kecepatan larinya. Kemudian setengah mengintip ia memastikan keadaan diluar aman, setidaknya tak ada ibu atau tetangganya yang melihatnya masuk kegang ini. Baekhyun bernafas lega saat tak melihat ibu ataupun orang yang mengenalnya disekitar luar gang.
Baekhyun merasa ada yang mencolek pinggangnya dari belakang. Baekhyun menoleh dan melihat namja tinggi bermata bulat menatapnya bingung. (Bayangin aja penampilan Ceye dimv growl yg didalem gedung itu lho. Pokoknya mv growl-lah -_- saking lamanya jadi aeri sampe lupa lagu lama -_- ini gak ngeles kok beneran -_-v)
"Kau sedang apa, Baek?" Bingung namja itu, Chanyeol.
Baekhyun nyengir, merasa malu karena melakukan hal konyol didepan Chanyeol.
"Aku memastikan kalau keadaan diluar baik-baik saja."
"Kita mau pergi kencan bukan mau berperang, Baek."
"Aku ingin kencan kita lancar tanpa ada yang menganggu. Jadi harus dipastikan kalau semuanya aman."
Chanyeol terkekeh melihat tingkah menggemaskan Baekhyun. Ia merasa semakin menggilai manusia bermarga Byun ini.
"Baiklah, terserah kau saja. Tapi kau berkeringat dan rambutmu jadi berantakan. Sini, kubantu rapikan."
Baekhyun terdiam saat Chanyeol merapikan rambutnya yang tak serapi sebelumnya. Chanyeol juga mengusap peluh didahi dan lehernya. Sentuhan Chanyeol dikulitnya membuatnya merinding tapi terasa menyenangkan.
"Selesai."
Baekhyun tersenyum malu dan terlihat rona merah muda dikedua pipi mulusnya. Chanyeol jadi ingin sekali mencium pipi Baekhyun tapi Chanyeol menahan keinginannya itu. Ia tak mau dianggap namja mesum oleh Baekhyun.
"Ayo berangkat."
Chanyeol menggenggam lembut tangan Baekhyun. Mereka keluar dari gang dengan senyuman terukir diwajah keduanya.
-Flashback End-
Baekhyun tersenyum sendu teringat kenangan itu. Tanpa ia sadari matanya mulai berkaca-kaca. Baekhyun mengipasi matanya agar tak ada air mata yang keluar. Baekhyun mencoba menghela nafas panjang karena dadanya mulai terasa sesak. Ia merasa kalau pasokan oksigen disekitarnya mulai berkurang.
Tak lama kemudian Baekhyun sampai dihalaman depan gereja. Dengan mantap Baekhyun masuk kedalam gereja yang masih terlihat sepi. Hari ini memang bukan jadwal doa bersama jadi tak heran hanya ada beberapa orang saja yang kesini.
Baekhyun duduk dibangku paling depan. Menggerakkan tangannya sepenuh hati lalu menangkup kedua tangan. Ia memejamkan mata mengeluarkan semua keluh kesahnya pada Yang Esa.
"Tuhan, aku tak berharap Chanyeol kembali padaku tapi aku ingin Kau memberikan pengganti Chanyeol. Aku yakin siapapun yang Kau takdirkan untukku adalah yang terbaik."
Baekhyun membuka mata dan seperti biasa hati Baekhyun sedikit berontak. Ia masih menginginkan Chanyeol hingga saat ini. Kepala Baekhyun tertunduk, merasa lelah dengan perasaan ini. Ingin sekali ia melupakan Chanyeol.
Tes...
Satu lelehan air dari mata indah Baekhyun berhasil lolos keluar. Ia pejamkan lagi matanya dan kembali menyuarakan isi hatinya.
"Aku memang masih menginginkan Chanyeol. Tak ada yang bisa membohongiMu. Bahkan akupun tak bisa membohongi diriku sendiri. Tuhan, hilangkanlah perasaanku ini. Buatlah aku jatuh cinta lagi setelah 8 tahun aku tak merasakannya lagi. Aku lemah, Tuhan, jangan Kau uji aku dengan perasaan ini. Aku sungguh lelah."
Air mata Baekhyun makin deras keluar. Matanya yang terpejam semakin basah dan siapapun yang melihat wajahnya saat ini pastilah takkan tega. Salah satu alasan kenapa Baekhyun selalu duduuk dibangku depan adalah ini, ia tak mau dilihat siapapun ketika pertahanannya runtuh.
Baekhyun menggerakkan tangannya lalu menghapus wajahnya yang basah. Sekarang ia sudah cukup tenang.
"Kau berdoa lama sekali, Baekhyun-ah."
Baekhyun reflek menoleh kebelakang. Ia sedikit terkejut melihat sahabatnya, Jongin datang ke gereja sepagi ini.
"Jongin?"
"Tak usah kaget begitu. Kau membuatku tersinggung." Kesal Jongin sadar diri.
Baekhyun menahan tawa, ia masih di gereja tak mungkin dia tertawa keras dirumah Tuhan ini. Baekhyun segera menarik tangan Jongin mengajaknya keluar dari gereja.
"Tumben kau ke gereja? Biasanya jam segini kau masih tidur dengan Taeoh."
Jongin melirik malas Baekhyun sambil memasukkan kedua tangannya disaku celana.
"Aku kan juga ingin berdoa. Memangnya salah?"
"Sejak bercerai dengan Soojung, kau sedikit berubah ya. Lebih religius." Ejek Baekhyun sambil menyikut pelan lengan sahabatnya itu.
Jongin sudah menikah dengan sahabat masa kecilnya, Jung Soojung. Mereka sudah dikaruniai seorang anak yang diberi nama Kim Taeoh. Taeoh sangat mirip dengan Jongin, hanya mata bulatnya yang mirip Soojung. Tapi sejak dua bulan lalu Jongin dan Soojung memutuskan bercerai karena Jongin difitnah oleh mertuanya sendiri. Jongin dijebak seolah-olah telah memperkosa sepupu Soojung. Sayangnya, Soojung percaya begitu saja tanpa mau mendengar penjelasan Jongin. Mereka bercerai setelah 3 tahun hidup bersama.
"Aku berdoa agar cafeku berjalan lancar dan sahabatku yang bernama Byun Baekhyun segera menemukan orang yang tepat untuk dinikahi."
Baekhyun cemberut. Jongin memang pandai membalas sindiran Baekhyun. Namja bermarga Kim itu hanya menyeringai melihat ekspresi Baekhyun. Seringainya itu justru membuatnya terlihat semakin tampan.
"Kurang ajar." Gumam Baekhyun pelan.
"Kita impas. Hahaha..." senang Jongin sambil merangkul pundak Baekhyun. Baekhyun tak suka dirangkul seperti ini karena membuatnya terlihat pendek. Kadang dia menyesal kenapa tak mewarisi gen tinggi dari ayahnya.
Tak lama kemudian mereka sampai di cafe Jongin. Cafe yang tak terlalu besar tapi didesain rapi dan modern khas anak muda masa kini. Selera Jongin memang bagus dalam mendekorasi cafenya ini.
Mereka duduk dimeja dengan dua kursi berhadapan yang terletak dipojok ruangan. Baekhyun mengamati beberapa pelanggan yang menikmati sarapan mereka disini.
"Kau sudah sarapan, Baek-ah?"
"Aku sudah sarapan roti tadi. Tapi aku masih lapar. Kalau kau menawariku sarapan maka aku akan menerimanya dengan senang hati." Celoteh Baekhyun dengan suara imut dibuat-buat.
Jongin tertawa pelan. Baekhyun dari dulu sama saja, tak ada yang berubah darinya.
"Kau ini sama sekali tak berubah. Dewasalah sedikit, umurmu sudah 25 tahun."
"Aku ingat dengan umurku jadi jangan diingatkan lagi." Kesal Baekhyun.
"Jadi, bagaimana kemajuan pendekatanmu dengan Sehun? Apa ada kemajuan?"
Baekhyun mendesah malas kalau harus membahas ini. Memang dua minggu yang lalu Jongin mengenalkan Baekhyun dengan seorang namja tampan bermata tajam bernama Oh Sehun. Ia seorang pengusaha bubble tea yang cukup terkenal di Seoul dan memiliki beberapa cabang dikota-kota besar Korea Selatan.
"Aku tidak tahu."
Jongin mulai pasrah dengan sahabatnya ini. Jongin sudah mengenalkan belasan namja pada Baekhyun tapi tak satupun dari mereka yang cocok baginya.
"Kau ini mencari namja yang bagaimana? Semua namja yang kukenalkan padamu semuanya tak cocok. Apa tak ada satupun yang cocok denganmu?" Kesal Jongin menatap Baekhyun.
"Sehun terlalu pendiam dan kaku. Aku canggung kalau bersamanya. Aku menyukai namja yang banyak bicara dan memiliki selera humor yang bagus."
"Sehun memang pendiam. Aku akui itu. Kalau memang kau menyukai namja yang sama berisiknya denganmu kenapa tak menerima Kris Wu?"
"Kris Wu terlalu berlebihan. Dia selalu menganggap dia orang paling keren sedunia. Padahal dia biasa saja." Kesal Baekhyun mengingat namja tinggi keturunan Cina yang ia akui cukup tampan tapi sifatnya menyebalkan.
Jongin terdiam menatap Baekhyun intens. Dia seperti menyelidiki sesuatu. Baekhyun jadi salah tingkah ditatap seperti itu oleh Jongin. Tatapannya seperti menelanjanginya.
"Wae?"
"Cobalah buka hatimu untuk orang lain, Baekhyun-ah."
Baekhyun tertawa yang membuat Jongin bingung. Dia merasa tak ada yang lucu dari ucapannya.
"Ucapanmu seperti ibuku kemarin, Jongin-ah. Lucu sekali, kenapa bisa sama seperti itu? Jangan-jangan ibu curhat padamu ya?"
Jongin merasa tawa Baekhyun terkesan dipaksakan. Bisa Jongin anggap kalau Baekhyun tengah menertawai dirinya sendiri.
Setelah tawa Baekhyun berhenti, ia menatap Baekhyun serius.
"Aku serius. Cobalah membuka hatimu untuk orang lain. Aku merasa kau belum bisa melupakan Chanyeol hingga saat ini. Aku benar kan?"
Baekhyun diam dan pandangannya tiba-tiba kosong. Melihat reaksi tubuh Baekhyun membuat Jongin yakin kalau Baekhyun belum bisa melupakan Chanyeol.
"Astaga. Jadi aku benar ya? Kau masih mencintai Chanyeol, Baek-ah?"
Baekhyun hanya menunduk. Sebenarnya ingin sekali ia mengelak tapi hatinya sudah lelah untuk berpura-pura. Jongin sahabatnya, jadi dia tak perlu pura-pura lagi kan?
"Mungkin iya." Jawab Baekhyun lirih.
Jongin merasa tak terlalu terkejut dengan fakta itu. Dari awal dia berpikir kalau Baekhyun belum bisa melupakan Chanyeol.
"Kau aneh."
"Aku memang aneh karena masih menyimpan rasa untuk orang yang sudah beristri. Kau mau mengataiku? Silahkan saja. Aku juga merasa jijik dengan diriku sendiri." Baekhyun mulai emosi dan tanpa sadar meremas dada kirinya yang tiba-tiba berdenyut sakit.
Jongin menatap Baekhyun iba. Chanyeol sudah menikah tapi Baekhyun masih mencintai namja itu. Sebagai sahabat ia ikut merasa sakit.
"Aku tak berpikir kau menjijikkan. Yang membuatku heran adalah kenapa kau meninggalkannya kalau kau mencintainya?"
"Aku tak pernah meninggalkannya. Dia yang meninggalkanku."
"Malam itu dia menangis didepanku dan menceritakan semuanya. Kau menggantungkan perasaannya. Kau memberinya harapan palsu. Kau memintanya untuk menunggu sampai kalian lulus kuliah tapi kau bersama namja lain."
Baekhyun menatap Jongin tak mengerti. Selama ini Baekhyun tak pernah menjalin hubungan dengan siapapun kecuali Chanyeol. Meski Chanyeol bukan kekasihnya tapi hubungan mereka seperti sepasang kekasih.
"Aku tak pernah memberinya harapan palsu. Aku juga tak pernah menjalin hubungan dengan siapapun."
Baekhyun tak kuasa menahan air matanya. Luka itu kembali membuka. Kenangan tentang Chanyeol yang tiba-tiba meninggalkannya dan hilang bak ditelan bumi.
-Flashback-
"Aku mencintaimu, Baekhyun-ie. Jadilah kekasihku."
Ini pernyataan cinta Chanyeol entah yang keberapa kalinya untuk Baekhyun. Baekhyun kasihan pada Chanyeol tapi dia tak memiliki pilihan.
"Aku tak boleh berpacaran sebelum lulus kuliah, Chanyeol-ah. Aku juga mencintaimu, bisakah kita berpacaran saat telah lulus kuliah?"
"Universitas kita berjauhan, Baekhyun-ie. Aku takut kau diambil orang lain."
Baekhyun terkekeh. Chanyeol sangat manis tapi ia sudah terlanjur mencintai Chanyeol jadi tak mungkin dia mudah pindah kelain hati.
Sambil mengelus pipi Chanyeol, Baekhyun mendekatkan bibirnya kepipi Chanyeol.
"Aku mencintaimu. Aku hanya akan berpacaran denganmu nanti, percayalah."
Chanyeol tak sanggup menjawab lagi. Dengan sepenuh hatinya ia mencium bibir Baekhyun. Tak ada lumatan. Tapi itu cukup menyalurkan perasaannya yang dalam untuk Baekhyun.
"Aku akan menunggumu, Baekhyun-ie. Empat tahun lagi kau akan menjadi milikku seorang."
Baekhyun mengangguk. "Maafkan aku membuatmu menunggu. Tapi aku tak ingin mengecewakan ibuku."
Chanyeol memeluk Baekhyun erat seolah tak ingin kehilangannya. Baekhyun balas memeluk Chanyeol tak kalah erat. Ia ingin sekali waktu berlalu dengan cepat agar ia bisa bersama Chanyeol tanpa ada rasa bersalah pada ibunya.
.
Menjadi mahasiswa ternyata tak seindah pikiran Baekhyun. Enak bulan ia menjadi mahasiswa dan setiap harinya ia hanya dihadapkan dengan tugas. Baekhyun lupa kapan terakhir kali ia bermain dengan teman-temannya. Bahkan ajakan Jongin sebulan yang lalu mengajaknya ke karaoke atau menonton bioskop selalu ia tolak. Bukan hanya ajakan Jongin, sms atau telpon dari Chanyeol sering Baekhyun abaikan. Bukannya mengabaikan, Baekhyun terlalu lelah untuk sekedar mengecek ponsel. Setelah belajar kadang ia langsung tidur tanpa mengecek ponselnya.
Saat Baekhyun mulai terlelap, ponselnya berdering berkali-kali membuatnya mengumpat kasar. Bersyukurlah ia karena tinggal diasrama karena jika Heechul mendengar umpatannya, ia pasti akan dihajar habis-habisan.
Baekhyun melihat nama Jongdae dilayar ponselnya yang berkedip-kedip.
"Kau mengganggu tidurku, Jongdae-ah. Besok aku ada kelas pagi. Sialan kau." Maki Baekhyun tanpa jeda.
"Xiumin memutuskanku, Baek-ah. Huaaaa..." tangis Jongdae pecah membuat emosi Baekhyun langsung lenyap.
Kim Jongdae adalah teman seperjuangannya karena banyak mengambil kelas yang sama. Dia dan Jongdae dekat berawal dari masa ospek. Dan Baekhyun juga tahu tentang percintaannya dengan salah senior yang bernama Xiumin.
"Ceritanya besok saja, oke? Tenangkan dirimu dan jangan menangis. Telpon Xiumin dan bicarakan baik-baik dengannya."
"Aku sudah tak ada harapan lagi. Dia menuduhku selingkuh dengan adik tingkat. Dia membenciku sekarang. Lebih baik aku mati saja."
"Ya! Bicara apa kau ini hah! Aku kekamarmu sekarang dan jangan kemana-mana!" Maki Baekhyun.
"Aku sekarang didepan gerbang. Aku sedang menunggu kendaraan yang melintas untuk membantu proses bunuh diriku."
Pip...
Baekhyun melongo. Jongdae memutuskan telpon sepihak dan dia sedang menantang maut. Baekhyun sekali lagi mengumpat lalu berganti pakaian. Setengah berlari dia menuju gerbang kampus yang jaraknya tak terlalu jauh dari asramanya.
Siluet Jongdae terlihat dikegelepan. Baekhyun mempercepat larinya lalu menjambak rambut Jongdae dari belakang sampai-sampai Jongdae mundur beberapa langkah.
"Ya! Sakit tau! Apa yang kau lakukan!" Maki Jongdae sambil melepaskan tangan Baekhyun dari rambutnya. Kepalanya sampai berdenyut sakit karena kuatnya jambakan Baekhyun.
"Jangan bunuh diri, bodoh! Kau pikir dengan bunuh diri Xiumin kasihan padamu? Bunuh diri justru membuatmu terlihat semakin bodoh!" Maki Baekhyun disela-sela nafasnya yang tersengal.
Jongdae menangis, meski gelap Baekhyun bisa melihat temannya itu menangis. Baekhyun bingung harus bagaimana menenangkan Jongdae.
Tanpa pikir panjang ia peluk Jongdae. Dari adegan pada drama kesukaan ibunya, pelukan bisa mengurangi kesedihan seseorang. Tangis Jongdae makin menjadi dan membalas pelukan Baekhyun sangat erat. Baekhyun yang bingung hanya mengusap punggung Jongdae agar tenang.
Jongdae masih menangis dan Baekhyun tak berniat melepaskan pelukannya. Baekhyun pikir inilah yang dibutuhkan Jongdae. Seseorang yang bisa menemaninya saat sedih seperti ini. Tapi Baekhyun merasa ada seseorang yang mengawasi mereka tapi Baekhyun pikir itu hanya perasaannya saja. Mana mungkin ada orang bersembunyi disemak-semak malam-malam begini.
Jongdae melepaskan pelukannya setelah merasa sedikit tenang.
"Bagaimana perasaanmu?"
"Sedikit lebih baik."
Jongdae mengusap wajahnya yang basah. Baekhyun tersenyum simpati lalu menepuk pundaknya pelan.
"Sekarang kita istirahat saja. Aku akan menemanimu menjelaskan semuanya pada Xiumin besok. Bagaimana?"
"Kau yang terbaik, Baekhyun-ah."
Baekhyun tersenyum manis lalu menuntun Jongdae kembali keasrama. Setelah memastikan Jongdae masuk kedalam kamarnya dan tak mencoba bunuh diri lagi, Baekhyun kembali kekamarnya. Ia merasa sangat lelah.
"Aku tak melihat ponselku sama sekali hari ini. Barangkali ibu mengirim sms untukku."
Baekhyun mengambil ponselnya dan benar ada 5 pesan yang belum dibaca. Dua dari ibunya dan tiga lagi dari Chanyeol.
Astaga Chanyeol, pikir Baekhyun. Ia sering mengabaikan Chanyeol akhir-akhir ini karena banyaknya tugas. Ia merasa menyesal. Ia membuka pesan Chanyeol lebih dulu.
From: My Chanyeol
Jika tak sibuk bisakah kau menelponku? Aku sangat merindukanmu
Kau sangat sibuk ya sampai mengabaikan smsku?
Sekarang aku tahu kenapa kau mengabaikanku. Maafkan aku, aku tak bisa menunggumu lagi. Aku lelah dan terluka. Lebih baik kita berteman saja. Jaga dirimu baik-baik
Baekhyun membaca pesan Chanyeol berulang kali, takut jika salah baca. Tapi semakin tidak yakin dengan isi pesan Chanyeol, semakin deras air mata yang keluar dari mata indahnya. Dia sangat terkejut. Kenapa Chanyeol seperti ini? Chanyeol mempermainkannya.
Baekhyun mengusap kasar air matanya lalu menelpon Chanyeol tapi nomor Chanyeol tak bisa dihubungi. Tangis Baekhyun semakin menjadi, dia coba menelpon Jongin tapi sama. Nomor Jongin tak bisa dihubungi.
"Ada apa ini? Sebenarnya apa yang terjadi?" Isak Baekhyun lalu membaca ulang sms Chanyeol.
"Dia mempermainkanku." Gumam Baekhyun dengan hati terluka.
-Flashback End-
"Dia yang mempermainkanku. Dia yang memberiku harapan palsu."
Baekhyun segera mengusap air matanya yang tanpa ijin Baekhyun menetes dengan seenaknya. Jongin menatap Baekhyun iba dan menggenggam tangannya.
"Dia yang berjanji tapi dia juga yang mengingkari. Setelah dia mengirimiku sms itu aku setiap hari menghubunginya berharap nomornya kembali aktif karena aku tak tahu harus bertanya pada siapa tentang keberadaan Chanyeol. Jika saja aku tahu rumahnya maka aku akan kesana tapi aku tak tahu apa-apa tentang Chanyeol."
Jongin ikut merasa bersalah karena sempat mengganti nomor ponselnya tanpa memberitahu Baekhyun.
"Aku mencintainya. Selalu. Bahkan sampai aku wisuda, aku berharap dia menghubungiku dan menepati janjinya. Tapi dia tak pernah datang sampai akhirnya ada sebuah undangan dengan ukiran namanya dengan orang lain. Aku merasa bodoh selama ini karena menunggunya." Isak Baekhyun sampai suaranya terdengar bergetar.
"Baek..."
Baekhyun dengan cepat menarik tangannya dari genggaman Jongin. Dengan kasar ia mengusap kembali air matanya.
"Jangan kasihani aku. Aku tak butuh itu. Aku tidak apa-apa."
"Kau harus melupakannya."
"Kau pikir aku tak berusaha melupakannya hah? Setiap hari aku berdoa agar dia hilang dari hati dan pikiranku. Sampai aku ingin amnesia agar aku bisa melupakannya."
"Dia sudah menikah dengan orang lain, Baek-ah. Itu sudah cukup jadi alasan kuat bagimu untuk melupakannya."
Tangis Baekhyun pecah lagi. Ia sampai lupa bukan hanya ia dan Jongin dicafe ini.
"Aku masih mencintainya."
Jongin mengusap wajahnya kasar. Ia frustasi. Kenapa masalah sahabatnya serumit ini? Keadaan tak akan membaik setelah ini.
"Aku ingin memberitahumu sesuatu tapi aku tak tahu ini baik atau tidak bagimu."
Baekhyun tak menjawab, ia masih berusaha mengendalikan dirinya.
"Chanyeol selama ini tinggal di Jepang. Dia naik jabatan diperusahaan tempatnya bekerja. Dia dipercaya memegang cabang perusahaan di Seoul."
Baekhyun tetap diam. Sepertinya ia tak mengerti maksud perkataan Jongin. Dengan sabar, Jongin menggenggam tangan Baekhyun lagi dan mengusap punggung tangannya.
"Chanyeol ada di Seoul sekarang, Baek-ah."
"Mwo?" Bingung Baekhyun.
"Chanyeol dipindah tugas. Selama ini dia tinggal di Jepang, dia dipercaya memegang cabang perusahaan di Seoul. Chanyeol akan tinggal di Seoul."
Mata Baekhyun terbelalak. Ia terkejut sampai ternganga.
"Aku bertemu dengannya kemarin. Dia tahu kalau cafe ini milikku. Dia ada di Seoul sejak kemarin. Dan kami janjian bertemu disini."
Baekhyun kelagapan. Dia seperti orang linglung. Baekhyun terlihat sangat syok sekali.
"Apa dia kesini bersama istrinya?" Tanya Baekhyun takut.
Dengan berat hati Jongin mengangguk. Baekhyun bangkit dari kursinya dan menyambar jaketnya. Dia sampai tersandung kaki meja saking linglungnya. Jongin mendekati Baekhyun dan menenangkannya.
"Baek-ah, maafkan aku. Aku tak tahu kalau kau masih mencintainya. Selama ini aku memang berfikir kau masih mencintai Chanyeol tapi aku tak menyangka dugaanku benar. Jika kau menceritakan ini sejak dulu maka aku tak berniat mempertemukan kalian lagi."
"Kau berencana mempertemukanku dengan Chanyeol?"
"Bagaimanapun juga aku yang mengenalkanmu pada Chanyeol. Aku pikir kita bisa jadi teman baik."
Baekhyun tertawa pilu lalu berusaha melewati Jongin didepannya. Memang tak mudah karena Jongin lebih besar darinya.
"Aku mau pulang. Tolong minggir."
"Baek..."
Dengan usaha yang tak mudah Baekhyun berhasil melewati Jongin. Dengan setengah berlari ia keluar dari cafe mengabaikan teriakan Jongin. Baekhyun menarik gagang besi cafe dan terkejut saat hampir menabrak seseorang.
Baekhyun terpaku. Seorang namja dewasa bermata bulat dan jangkung. Wajah rupawan itu tak akan pernah Baekhyun lupakan. Wajah rupawan yang selalu hadir dalam mimpinya.
"Chanyeol..." guman Baekhyun.
Namja itu, Chanyeol tersenyum manis pada Baekhyun.
"Baekhyun ya? Hai."
Betapa Baekhyun merindukan namja ini. Begitu merindukan suaranya, senyumnya, wangi tubuhnya. Baekhyun sangat merindukan namja ini.
"Baek, tunggu jang..."
Jongin mengejar Baekhyun dan tak kalah terkejut dari Baekhyun saat Chanyeol berdiri tepat didepan Baekhyun.
"Jongin-ah, maaf ya aku terlambat."
Chanyeol tak berubah, dia masih sama seperti saat terakhir Baekhyun melihatnya.
"Ya ampun... Berat sekali."
Suara lembut dari belakang Chanyeol mengalihkan perhatian Baekhyun. Seorang namja mungil yang ukuran tubuhnya sama seperti dirinya tengah membawa dua kantong plastik besar yang entah apa isinya. Namja itu imut dan manis. Mata bulatnya membuatnya terlihat menarik.
"Berat ya?"goda Chanyeol pada namja itu yang dibalas dengusan kesal namja itu. Baekhyun mulai takut untuk menerka siapa namja itu.
"Oh iya, kenalkan ini istriku. Do Kyungsoo. Kyung-ie, kenalkan ini Jongin yang kuceritakan kemarin."
Namja itu, Kyungsoo tersenyum pada Jongin yang dibalas serupa oleh Jongin.
"Halo, Jongin-ssi. Do Kyungsoo imnida. Senang bertemu denganmu."
"Senang bertemu denganmu juga, Kyungsoo-ssi. Kim Jongin imnida."
"Ini Byun Baekhyun. Dia juga temanku di sekolah menengah atas."
"Do Kyungsoo imnida. Senang bertemu denganmu Baekhyun-ssi."
Kyungsoo tersenyum lebar pada Baekhyun. Sepertinya Kyungsoo menyukai Baekhyun. Tapi Baekhyun tak sempat memikirkan itu karena dipikirannya saat ini hanyalah kenangan saat Chanyeol mengatakan bahwa ia lebih dari sekedar teman baginya. Tapi sekarang Chanyeol mengingatnya hanya sebagai teman lama saat sekolah menengah atas.
Kenangan itu membuat luka lama dihatinya semakin parah.
TBC/END
Haluuuuu
Udah lama gak bikin ff chanbaek 😂
Kangen banget sama dunia perfanfican
Ini ff pertamaku yang alurnya maju mundur syantik/?
Aku minta saran dari readernim karna sebenernya gak pede post ff ini haha
Saran dan kritikan aku terima ya soalnya ngerasa kaku banget nih pas bikin ff serasa kayak awal dulu jadi author 😂
Kalo ada typo maafkan yak namanya juga manusia /asek
Sama sekalian kenalan sama aku sini kalo bisa kontek2an pengen nambah temen author terutama sesama cbhs 😘
