Konoha no Nichijou
Author: Lynhart Lanscard
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Rated: T
Genre: Family/Humor
Pairing: NaruHina
Chapter 1 : Ramen Battle!
Minggu pagi yang indah di desa Konohagakure, matahari bersinar dengan cerah, langit biru yang indah sepanjang mata memandang dan juga udara pagi yang segar. Benar-benar pagi yang sempurna untuk memulai hari libur yang menyenangkan. Sang Hokage ketujuh Konoha, Uzumaki Naruto, tengah tersenyum sambil melihat desa yang dipimpinnya itu. Tak ada lagi kekacauan, permusuhan ataupun perang, yang ada hanyalah kedamaian dan juga cup ramen premium miliknya yang disimpannya secara rahasia.
Kalian tentu saja bertanya-tanya kan, mengapa sang Hokage ketujuh, sang pemimpin desa Konoha harus menyembunyikan cup ramen kesukaannya. Jawabannya adalah karena sang istri, Hyuuga Hinata, atau sekarang bernama Uzumaki Hinata yang melarangnya memakan cup ramen terus-menerus. Bukannya Hinata melarang Naruto untuk memakan ramen, hanya saja dia tidak ingin sang suami makan makanan instan yang kurang baik bagi tubuhnya. Sang Hokage butuh asupan gizi yang cukup kan? Tapi memang tingkah Naruto yang sudah bebal dari sananya, nasihat Hinata pun tidak digubrisnya.
"Haha, hari ini Hinata pergi untuk pertemuan para ibu! Aku bebas memakan cup ramen premium yang telah kusembunyikan! Ah, hari ini memang hari libur terbaik dalam hidupku!" seru Naruto sambil mengeluarkan cup ramen premium yang disembunyikannya.
"Ah Otou-san curang! Kenapa makan cup ramen premium sendirian!? Aku juga mau!" teriak Uzumaki Boruto*, putra sulung dari sang Hokage ketujuh.
"Sst! Kecilkan suaramu bodoh! Bagaimana kalau nanti Himawari tahu dan melaporkannya ke Hinata?" ujar Naruto memperingatkan.
"Tapi aku juga mau ramen!"
"Iya, iya, nanti akan aku belikan!"
"Tidak mau! Aku maunya cup ramen premium seperti yang dipegang Otou-san !" rengek Boruto keras kepala.
"Ini cuma satu-satunya Boruto, lagipula dengan rasanya sama dengan ramen biasa kan?" rayu Naruto.
"Tidak mau! Lalu kenapa bukan Otou-san saja yang menukarnya dengan ramen biasa?!"
"Kau ini keras kepala!"
"Otou-san yang keras kepala!"
"Otou-san , Onii-chan, sedang apa? Kenapa berkelahi?" tanya Himawari, putri Naruto.
"Ti-Tidak ada apa-apa kok Himawari-chan! Ka-Kami sedang be-berlatih jurus baru!" jawab Naruto gugup.
"I-Iya! Bukan berebut ramen...Ups!" Boruto langsung menutup mulutnya yang ember itu.
"Eh? Ramen! Bukannya Okaa-san bilang tidak boleh makan cup ramen sembarangan? Kita hanya boleh makan seminggu sekali kan?" ujar Himawari.
"Iya, itu benar Himawari-chan! Tapi ini hari penting, jadi kita harus merayakannya dengan memakan cup ramen premium!"
"Eh ramen premium! Himawari juga mau!" seru Himawari yang perhatiannya langsung goyah begitu mendengar kata ramen.
"Sial, kenapa semuanya begitu bersemangat ketika mendengar kata ramen sih! ?" gerutu Naruto.
Konoha no Nichijou
Jadi kesimpulannya, ketiga orang yang bermarga Uzumaki ini sepakat untuk melakukan pertandingan untuk memperebutkan satu-satunya cup ramen premium yang tersisa. Mereka bertiga kemudia memutuskan untuk bermain kartu sebagai game dalam menentukan sang pemenang yang akan memakan cup ramen ini.
"Baiklah, kita mulai pertandingannya ya?" ujar Naruto sambil mengocok kartu dan membagikannya secara merata.
"Yosha! Aku akan berjuang demi cup ramen premium itu!" seru Boruto bersemangat.
"Hi-Himawari tidak akan kalah dari Onii-chan dan juga Otou-san !" ujar Himawari menunjukkan semangat juangnya.
"Huh, kalian berdua masih terlalu cepat sepuluh tahun untuk menandingiku," kata Naruto penuh percaya diri.
Pertandingan baru berjalan beberapa menit, tapi ketegangan diantara mereka mulai terasa. Beberapa tetes keringat yang jatuh karena rasa cemas yang melanda, dan juga keinginan untuk menang dari lawan, itu semua mereka rasakan dalam pertandingan ini. Bagi mereka bertiga, pertandingan ini tidak ada kompromi walaupun dengan keluarga sendiri. Tidak ada yang mau mengalah dan mereka semua ingin menang.
"Sial, kartuku jelek semua! Paling tidak aku harus melihat kartu Otou-san dan juga Himawari untuk memastikan langkahku selanjutnya!" batin Boruto.
"Byakugan!" dalam sekejap mata Boruto berubah menjadi Byakugan, kekkei genkai dari klan Hyuuga, doujutsu yang memberikan kemampuan penggunanya untuk melihat hampir 360 derajat dan mampu melihat tembus pandang. Kemampuan khusus yang didapatny dari keturunan sang ibu.
"Ah Onii-chan curang! Masa pakai Byakugan!?" ujar Himawari yang menyadari perubahan chakra kakaknya dan memfokuskannya pada daerah mata.
"Eh, apa!? Jangan curang Boruto! Masa pakai Byakugan!" sahut Naruto tak mau kalah.
"Sial ketahuan ya!"
"Tentu saja baka! Jangan berbuat curang lagi!" omel Naruto sambil menjitak kepala Boruto.
Pertandingan kembali berjalan setelah gangguan kecil dari Boruto yang berusaha curang. Kini dia tidak bisa menggunakan Byakugan miliknya lagi karena diawasi ketat oleh Naruto. Sayang baru beberapa menit berjalan, pertandingan kembali dihentikan. Alasannya karena Boruto melihat kagebunshin ayahnya yang tengah berdiri di langit-langit dan mengawasi kartu milik Himawari.
"Otou-san juga curang! Masa pakai kagebunshin!" ujar Boruto kesal.
"Iya, licik!" timpal Himawari.
"Uuh, dikatai licik oleh anak sendiri ternyata tidak enak rasanya."
"Baiklah kita buat perjanjian sekarang! Tidak ada yang boleh menggunakan satupun jurus ninja! Jika ada yang melanggar maka akan kena hukum. Hukumannya membersihkan coretan di patung Hoka..."
Jdak! Belum selesai Boruto berbicara, jitakan Naruto sudah melayang terlebih dahulu ke kepalanya.
"Itu kan tugas yang kuberikan padamu kemarin! Kau belum mengerjakannya ya!?"
"Be-Belum, a-aku lupa."
"Otou-san tidak mau tahu, pokoknya nanti kamu harus membereskan coretan di pahatan Hokage!" perintah Naruto.
"Ba-Baik!"
Akhirnya pertandingan kembali berjalan seperti biasa, namun tanpa kecurangan diantara mereka. Dan sepertinya juga pertandingan kini memasuki babak akhir, entah Naruto, Boruto, atau Himawari yang menang pada ronde ini. Penentuannya ada pada giliran Naruto sekarang. Dan akhirnya...
"Yea! Aku menang!" seru Naruto sambil menunjukkan kartunya pada kedua anaknya.
"Aduh, aku tidak beruntung," kata Boruto sambil memegangi dahinya.
"Aah padahal tinggal sedikit lagi aku menang," ujar Himawari kecewa..
"A-Aku tidak terima! Otou-san pasti curang lagi kan?" ujar Boruto tak mau kalah.
"Hee, kata-kata itu yang sering diucapkan para pecundang ketika kalah. Kalau kamu laki-laki sejati harusnya menerima kekalahan ini."
"Tidak mau! Otou-san pasti curang! Pokoknya aku tidak terima!"
"Mou, hentikan! Otou-san dan Onii-chan jangan berkelahi!" ujar Himawari menengahi.
"Himawari, kamu mendukung siapa!? Aku atau Otou-san !"
"Sudah pasti Otou-san , Himawari kan anak Otou-san , iya kan?"
"Eh, pada siapa ya? Himawari jadi bingung."
"Aah! Pokoknya aku tidak terima! Kemarikan cup ramen premiumnya!" Boruto berusaha merebut cup ramen dari tangan Naruto.
"Tidak akan kuserahkan!" sahut Naruto tak mau kalah.
Himawari hanya bisa melihat pertarungan konyol memperebutkan cup ramen premium antara ayah dan kakaknya yang kelewat kekanak-kanakan, egois dan juga bodoh itu. Lelah melihat mereka, dia langsung berlari ke pintu depan untuk membukakan pintu ketika mendengar suara salam dari depan rumahnya.
"Ini punyaku!"
"Tidak punyaku!"
Naruto dan Boruto masih saja berebut ramen dengan sengit, keduanya tak ada yang mau mengalah satu sama lain. Tentu saja Naruto diuntungkan dari tinggi badannya dan juga pengalaman dari berebut ramen. Namun Boruto kecil juga tidak mau kalah dari sang ayah, dia tetap gigih menunggu kesempatan. Dan akhirnya dari sebuah celah kecil yang dia ciptakan, dia berhasil membuat cup ramen itu terlempar dan terlapas dari tangan Naruto.
Bruk, cup ramen itu jatuh dan kemudian seorang wanita berambut indigo panjang memungutnya dengan wajah yang terlihat cemberut dan juga kesal.
"Siapa yang memakan ramen tidak pada jadwalnya?" ujar Hinata menginterograsi suami dan juga anaknya.
"Dia!" ujar Naruto dan juga Boruto saling tunjuk.
"Mereka berdua yang ingin memakannya Okaa-san" ujar Himawari jujur.
"Baik, kalau begitu. Kalau begitu Otou-san dan juga Boruto harus membersihkan kamar mandi sebagai hukumannya, kalau tidak maka tidak akan dapat jatah makan malam! Mengerti?" perintah Hinata tegas.
"Ba-Baik!" jawab mereka berdua.
"Bagus, itu hukuman karena berkelahi. Hukuman untuk melanggar janji memakan ramen adalah kalian tidak boleh memakan cup ramen selama sebulan!"
"Se-Sebulan? Itu terlalu kejam Hinata!" protes Naruto.
"Ini sebagai hukuman karena melanggar janji Naruto-kun! Kamu sebagai ayah dan pemimpin keluarga juga desa harusnya bisa memberikan contoh yang baik pada Boruto dan juga Himawari!"
"Ba-Baik," jawab Naruto lemas.
"Huh, apanya yang Hokage? Masa sama istri sendiri takut?" ejek Boruto.
"Diam kau!" sahut Naruto.
"Oh iya, cup ramen premiumnya juga Okaa-san sita! Himawari-chan, ayo makan bersama."
"Baik Okaa-san!"
"Jangan lakukan itu!" teriak Naruto dan juga Boruto bersamaan.
Chapter 1 End
Author Note
*Boruto: Pengucapan cara Jepang dari Bolt, saya memakai pengucapan versi jepang karena kurang nyaman kalau memakai Bolt.
Corner
Yaa, ketemu lagi sama saya Lynhart #readers: kemana aja sih ga keliatan!? Maaf, maaf karena lama ga nulis ff. Abis akhir-akhir ini saya sibuk melulu sih dan juga males, haha. Yah tapi pas ngeliat ending dari Naruto, semangat bikin ff langsung menggebu-gebu lagi, hehe. Waktu liat endingnya sih rasanya puas banget, tapi entah kenapa ngerasa kurang puas aja. Pengen ngeliat adegan NaruHina yang love love dan udah jadi official padahal! (T_T). Yah tapi mau gimana lagi, Kishimoto-sensei udah bikin begitu. Saya jadi penasaran sama kehidupan sehari-harinya para warga Konoha setelah Naruto menjabat menjadi Hokage, nah itu yang mendasari pembuatan ff ini. Oh iya, maunya ini dibuat one shoot atau seri aja? Terus kalau punya usul mengenai ide cerita dan siapa yang tampil di chapter depan bilang aja ya (^^) Maaf kalau ada salah kata. Sampai jumpa!
