Disclaimer: Tite Kubo
"Spring Becomes The Wings of My Tears"
Chapter 1: Prolog
Tokyo, 15 Maret 2008
Langit yang sejak tadi mendung akhirnya menghasilkan hujan yang cukup deras dan mengguyur kota Tokyo.
Seorang pemuda mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Kaca helm yang dikenakannya agak buram karena derasnya hujan. Itu cukup mengganggu penglihatannya. Samar-samar dia melihat seorang laki-laki menyebrang jalan.
TIIN…TIIN…
Ditekannya klakson mobil berulang-ulang. Namun laki-laki itu tidak mendengar dan terus melangkah. Jalanan yang licin dan kecepatan motor yang tinggi membuatnya lebih sulit untuk mengerem dan menghentikan motor.
CIIT….BRAKK…
Tabrakan pun tak dapat dihindari. Tubuh pemuda itu bergetar. Nafasnya memburu. Raut mukanya ketakutan. Terpikir olehnya untuk melarikan diri. Namun sedetik kemudian dia mengurungkan niatnya. Dihampirinya tubuh laki-laki yang tergeletak dijalan. Darah segar mengalir dari tubuh laki-laki itu. Lukanya cukup parah.
Perlahan laki-laki itu membuka matanya. Menampakkan bola mata berwarna hijau yang indah. Laki-laki itu tersenyum dan mengambil sesuatu dari saku celananya. Sebuah kalung. Kalung berbandul kepingan salju putih.
.
.
.
.
.
.
.
Karakura, 5 Maret 2010
Seorang gadis berdiri di dekat halte. Payung berwarna hitam dia gunakan untuk melindungi tubuhnya dari hujan yang semakin lama semakin deras. Dia menunggu seseorang di sana sudah lebih dari tiga jam.
Bus yang ke sepuluh berhenti dan menurunkan penumpangnya di halte, gadis itu mencari sosok orang yang ditunggunya. Kekecewaan nampak jelas terlihat diwajahnya, begitu orang yang dicarinya tidak ada.
Yah, sudah dua tahun gadis itu menunggu. Namun orang itu tak pernah datang. Memberi kabar pun tidak. Setiap musim semi tiba, gadis itu akan berdiri di dekat halte dan menunggu. Menunggu sampai orang itu datang. Walaupun dia tahu, itu hanya sia-sia.
Tsuzuku
