Disclaimer : Fujimaki owns Kurobasu.
Skenario ada di Meiji period, tapi fleksibel /ditimpuk sendal.
Pairing utama adalah Kagakise tapi side pairingnya banyak /dilempar bom.
Wakizashi: Pisau/Pedang kecil
Author udah lama ga buat story jadi kalau ada salah kata atau pengucapan atau typo atau sesuatu yang ga jelas mohon diberitahu supaya bisa author koreksi, terima kasih sebelumnya dan terakhir, Enjoy!
.
.
.
Ucapkan matahariku, puisi tentang hidupku
Tentangku yang tak mampu menaklukkan waktu.
~Matahariku by Agnes Monica~
.
.
.
Sebilah mata pisau yang tajam dan terasah berada tepat di depan lehernya, dari bola matanya yang jernih berwarna merah maroon tercermin sesosok orang yang memiliki paras cantik serta senyuman yang menawan yang berada dalam pelukannya. Dengan cepat, pria bermata merah itu menghunuskan pedang samurai dari sarung yang berada pada ikat pinggangnya dan menebaskan pedang samurai itu. Dia berhasil menghalau pria berambut keemasan yang masih menggengam wakizashi itu sampai keluar ruangan.
Nafas pria berambut merah dengan tubuh yang atletis itu terhenti seketika saat melihat pemadangan di depannya, separuh kimono pria cantik di depannya itu jatuh terkulai pada lengannya, memperlihatkan leher, bahu, dan lengan yang sempurna berwarna putih pucat yang diterpa oleh sinar rembulan. Pemandangan itu hampir menyerupai sebuah lukisan yang teramat indah.
Bilah pisau dan pedang mereka masing - masing terarah pada tubuh yang lainnya. Pria berambut merah itu menyeringai seperti sangat menikmati hal ini. Laki - laki yang berada di depannya ini membuatnya tertantang dan bergairah. Darah di dalam pembuluhnya terasa mendidih, sudah lama sekali dia tidak mendapatkan lawan yang seimbang semenjak dia datang ke kerajaan Seirin. Seperti seekor harimau buas, pria berambut merah yang tampan itu mengayunkan pedangnya sekuat tenaga ke arah musuhnya, sementara pria itu berusaha menangkis sembari menghindar dari serangannya.
Ketika pria dengan paras yang elok itu ganti menyerang, dia menyerang dengan gerakan yang persis sama dengannya. Seringai pria dengan mata berwarna merah yang tajam itu semakin lebar, dia sangat menikmati pertarungan ini.
"Hei, pria cantik, siapa namamu?" Tanyanya sambil membalikkan keadaan,
"Berbicara ketika bertarung... Kau punya nyali yang hebat!" Balas sang rupawan sambil tersenyum sewaktu menahan serangan pria berambut merah yang menghantam pisau kecilnya berkali - kali itu. Di halaman yang sepi itu hanya terdengar bunyi besi yang beradu, mereka bertarung dengan sangat seru sampai lupa waktu. Akhirnya pedang pria berambut merah itu terhempas dari tangannya karena keringat.
Pada saat itu juga terdengar suara yang diteriakkan dari kejauhan,
"Kagami kun!"
Sebilah pedang samurai dilemparkan ke arahnya, dia langsung menghunuskan pedang itu dan membalikkan keadaan. Bagian belakang tubuh pria berparas cantik itu menyentuh tanah yang dingin saat pria bernama 'Kagami' itu tiba - tiba mendorong dan menjatuhkan tubuhnya ke tanah sementara tangannya berada tepat di sebelah kiri leher pria beambut keemasan itu, tangannya yang lain memegang pedang yang menancap di sebelah kanan pipi pria cantik itu. Posisi Kagami saat itu berada tepat diatasnya, dia menutup segala jalan keluar yang ada.
"Bunuh aku." Ucapnya sambil menatap tajam pada Kagami,
"Bodoh, aku hanya ingin mengalahkanmu, bukan membunuhmu." Kagami beranjak berdiri, dia melepaskan selembar yukata yang dia pakai sebagai penghangat dan melemparkannya kepada pria yang masih terbaring itu,
"Kagami!" Terdengar sebuah teriakan dari kejauhan,
"Pelatih?"
"Kita harus cepat pergi dari sini! Pasukan dari kerajaan Touo sedang mengarah kemari!" Sesosok gadis muda yang manis dengan rambut cokelat yang pendek mulai tampak,
"Apa?!"
"Kita masih belum kuat untuk melawan mereka, dan Kiyoshi masih terluka. Mundur adalah satu - satunya pilihan!"
"Tsk. Hei, kau juga..." Saat Kagami menoleh kesamping, pria yang sampai tadi terbaring di situ sudah menghilang. Kagami membungkuk dan mengambil yukatanya yang terabaikan di tanah, saat itu angin berhembus dengan halus. Aroma manis dari tubuh pria itu masih dapat tercium dari pakaiannya. Dia bahkan tidak tahu siapa namanya.
.
.
.
Gelapnya malam menyelimuti tempat itu. Penerangan yang minim membuat prajurit kerajaan Touo bergerak dengan hati - hati dengan pemimpin mereka di depan.
"Sudah lama ya, Aominecchi."
Dari dalam kegelapan muncul seseorang yang berambut pirang dan bermata emas, parasnya sangat mencolok. Bentuk wajahnya yang oval dan feminim ditambah dengan bulu matanya yang lentik dan panjang hampir membuat mereka menyangka kalau dia itu perempuan. Hanya saja, tubuhnya yang atletis dan setengah kimono yang terbuka memperjelas bahwa dia adalah laki - laki. Para prajurit kerajaan Touo terperangah dan sebagian dari mereka meneguk ludah mereka sendiri saat melihat kecantikan yang dimiliki pria itu, bagaimana tidak? Gadis - gadis pasti rela berbuat apa saja untuk mendapatkan kulit yang terlihat putih seperti mutiara nan mulus itu.
"Kiseeee!" Dengan seringai khas tirannya, pemimpin mereka yang berkulit cokelat itu terlihat sangat bersemangat dan berbahaya. Rambutnya yang cepak berwarna biru tua dan wajahnya sangat menyerupai wajah seorang tiran.
Dengan kecepatan yang hampir tak terlihat mata, dia menyerang pria yang dia panggil 'Kise' itu seakan dia sedang haus darah. Pedang samurai miliknya bertemu dengan wakizashi milik Kise dan mereka saling berhadap - hadapan,
"Ah? Kemana pedangmu yang biasanya, Kise? Menyedihkan sekali kau berpergian dengan pedang macam ini."
"...Bukan...Urusanmu…!" Kise memantulkan pedang milik Aomine dan menyerangnya balik, Aomine menghindari serangannya dan menebaskan pedang miliknya ke arah leher Kise. Dia berhenti tepat beberapa mili di samping lehernya,
"Lemah."
"Belum!" Kise membalas serangannya dan meloncat kebelakang, dia bergerak cepat untuk mentackle kaki pemuda berkulit cokelat di depannya, Aomine hampir saja terjatuh kalau saja refleksnya tidak sebagus itu. Saat Aomine lengah karena terfokus pada kakinya, Kise balas menebaskan wakizashi miliknya ke arah Aomine dan dia berhasil membuat seorang Aomine Daiki, petarung terkuat dari kerajaan Touo terluka.
"Aku sudah bukan aku yang mengagumimu." Ujarnya dengan wajah yang sedih dan kecewa, Aomine membelalakkan matanya melihat ekspresi kekecewaan Kise dan rasa marah yang luar biasa mulai muncul dari dalam dirinya. Dia mulai menyerang Kise dengan seluruh tenaganya, pertarungan yang sangat sengit tidak terelakkan dengan Aomine yang melayangkan serangannya pada Kise dan Kise yang membalas dengan serangan yang sama persis, akan tetapi akhirnya Aomine melancarkan serangan yang berhasil mematahkan wakizashi milik Kise.
"Kau kalah kali ini karena selalu mengandalkan orang lain untuk mempersiapkan perlengkapanmu."
Kise membalasnya dengan senyuman sinis,
"Jangan memaksakan kehendakmu padaku, kekalahanku kali ini adalah karena aku masih belum cukup kuat."
Pria itu menyarungkan pedangnya dan berkata pada prajuritnya,
"Bawa dia. Dia hasil jarahan kita kali ini."
Prajurit Touo bersorak sorai, mereka memikirkan apa saja yang akan mereka lakukan kepada pria cantik itu akan tetapi tatapan dan aura pembunuh yang dikeluarkan pemimpin mereka membuat mereka diam seketika,
"Dengar baik - baik. Apabila ada yang menyentuhnya seujung jaripun… Dia akan mati di tanganku."
"Tunggu!" Di hadapan para prajurit Touo muncul pasukan lain, dengan mengenakan pakaian militer berwarna biru laut. Bendera mereka bertuliskan 'Kaijou'.
"T-tuan, m-mereka adalah pasukan elit Kerajaan Kaijou d-dan di belakang mereka ada para prajurit legendaris dari Kerajaan Shutoku!"
"Tsk." Decak Aomine, dia tidak suka para pasukan itu, selain kuat, mereka adalah sekutu dari kerajaan Seirin.
"Tinggalkan tempat ini dengan segera!" Teriak seorang pria berambut hitam yang merupakan pemimpin pasukan Kaijou,
"Hahh..." Aomine menghela nafas, dia bosan, lagipula kalau dikeroyok begini, dia tidak mungkin bisa menang. Pria berkulit gelap itu menyuruh para prajuritnya untuk meninggalkan harta benda mereka sambil berlalu.
"Oi!" Seseorang menghentikan mereka ketika mereka beranjak pergi. Seorang pria berambut merah berdiri dengan menghalangi jalur mereka, Kise mengenal pria itu, dia adalah-
"Serahkan dia juga."
"Hah? Dia tidak ada hubungannya denganmu, lagipula kenapa aku harus menuruti kata - katamu?" Jawabnya dengan ketus sambil memegang lengan Kise,
"Dia sudah berusaha untuk membunuhku."
"Lalu?"
"Aku ingin tahu alasannya."
Aomine hanya tertawa mendengarnya, setelah itu dia tersenyum sinis,
"Biar kuberitahu, dulu terdapat enam prajurit yang merupakan orang - orang terkuat dan terhebat dari seluruh kerajaan. Mereka mendirikan satu kerajaan yang bernama kerajaan Teiko, meskipun sekarang kerajaan itu sudah terpecah. Akashi Seijuuro dari Rakuzan, Kuroko Tetsuya dari Seirin, Midorima Shintaro dari Shutoku, Murasakibara Atsushi dari Yosen dan aku sendiri, yang terakhir adalah… Kise Ryouta. Hanya orang ini yang masih terikat pada Teiko. Aku yakin pekerjaannya kali inipun berasal dari sang penguasa Teiko dulu, Akashi Seijuuro."
"Kise kun..." Seorang pemuda berambut biru muda maju ke depan, "Aomine kun, aku juga ingin kau melepaskannya."
"Melepaskan orang yang hampir membunuh perwira terbaik Seirin, Tetsu? Hah!" Aomine mendengus ketika dia mendengar permintaan mantan partnernya,
"Lepaskan dia, kami yang akan bertanggung jawab atasnya." Tegas pemimpin Kaijou,
"Kasamatsu, apa kau yakin?" Ujar salah satu temannya yang berambut cokelat,
"Ya." Jawabnya lagi tanpa keraguan sedikitpun.
"Oi, oi, yang benar saja." Genggaman pria berkulit gelap itu pada pemuda di sampingnya semakin kencang sampai pria berambut pirang itu meringis kesakitan.
"Lepaskan dia, Aomine, kau tidak punya pilihan lain kali ini." Ucap seorang pria berambut hijau dari Shutoku.
"Cih..." Aomine mendorong Kise jatuh ke dalam pelukan Kagami, matanya menyorot pria berambut merah itu dengan marah,
"Suatu saat aku akan mengambilnya kembali, camkan itu."
.
.
.
Kagami sudah mendengar penjelasan mengenai Kise dari Kuroko juga alasan Kuroko memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan kerajaan Teiko. Kuroko tidak menyangka kalau Kise masih disana dan mengharapkan dia dan temannya yang lain akan kembali. Kagami menatap wajah polos Kise yang sedang tertidur karena kelelahan, dokter mengatakan kalau ternyata beberapa tulang rusuknya retak dan dia butuh istirahat total selama beberapa bulan. Pemimpin kerajaan Kaijou sudah memutuskan untuk memasukkan dan mendidik Kise di bawah pimpinannya, dia bersedia untuk bertanggung jawab penuh atas Kise setelah dia sadar. Kagami tidak tahu pasti apa yang membuatnya meminta agar Kise dilepaskan saat itu tapi jujur saja pria berambut pirang yang terbaring di depannya ini menarik perhatiannya. Dia ingin mengenalnya lebih jauh lagipula kemampuannya juga pasti akan memberikan kontribusi yang baik untuk Kaijou dan Seirin. Kagami meletakkan tangannya di kepala Kise, rambutnya terasa halus dan lembut, Kagami tersenyum,
"Cepat bangun, ikemen kun"
.
.
.
Perlahan Kise mulai membuka matanya, di depannya samar - samar tampak seorang pria berambut merah yang tangannya berada di sela - sela rambutnya. Dengan sigap dia segera menepis tangannya dan bergerak cepat untuk mengalahkan siapapun itu. Bagian rusuknya sakit bukan main saat dia memegang leher orang itu dan menjatuhkannya ke atas tatami, akibatnya genggamannya melemah akan tetapi orang itu tetap diam dan tidak melawan. Setelah pandangannya mulai terfokus, dia sadar bahwa dia kenal dengan pria di bawahnya ini,
"Kau..."
"Kembali ke kasur, kau masih belum boleh bangun." Ucapnya dengan santai dan lembut, dia tahu kalau dia melawan pasti Kise akan tambah melawan dan itu berarti dia akan semakin banyak bergerak yang akan mengakibatkan tulangnya semakin retak atau bahkan bisa sampai patah.
"Kise kun, turuti kata - katanya, itu yang terbaik untukmu." Suara yang halus dan lembut tedengar dari luar pintu yang terbuka, tampak sosok seorang pemuda berambut biru muda dengan mata yang jernih seperti langit yang cerah,
"Kurokocchi... Aku... harus kembali..." Kise berusaha berdiri meskipun untuk bernafaspun baginya sudah sangat sulit, tangannya menggenggam kain kimono di dadanya yang terasa sangat sakit.
"Kemana kau akan kembali?" Suara yang tegas kembali terdengar dari pria itu,
"Teiko..." Kagami terus memperhatikan arah pembicaraan mereka berdua,
"Teiko sudah hancur setahun lalu." Ucapnya dengan nada yang sedikit tinggi meskipun wajahnya masih tanpa ekspresi,
"Masih belum!" Tangan Kise mencengkram kain kimononya dengan kencang,
"Sadarlah, Kise kun kerajaan Teiko tidak akan pernah ada lagi."
Tanpa dia sadari, Kise menggigit bagian dalam bibirnya,
"Dan Akashi kun sekarang adalah Raja dari Rakuzan, dia bukan lagi orang yang sama seperti Akashi kun yang dulu memimpin Teiko. Kita sudah berubah, Kise kun, aku yakin kau sendiri sebenarnya sudah mengetahui hal itu. Era keemasan Teiko sudah berakhir."
Perlahan, butiran air mata mulai berjatuhan dari pipi Kise, jatuh membasahi tatami. Tubuhnya memang sakit, tapi rasa sakit dan sedih pada dadanya membuatnya tidak bisa berpikir lagi. Teiko, kerajaan pertama yang menyambutnya dengan baik, kerajaan yang membutuhkan kemampuannya, kerajaan dimana teman - teman yang ia sayangi berada, sudah hancur. Dia sudah lama tahu itu, saat Kuroko dan yang lain perlahan menjauh darinya sampai akhirnya mereka meninggalkan kerajaan itu dan dirinya. Tapi...
"Oi." Suara yang dilayangkan oleh Kagami yang beranjak berdiri sambil memegang tengkuknya memecah keheningan pada ruangan itu. Dia berjalan ke arah Kise dan mengangkatnya dengan mudah dan perlahan, kemudian dia meletakkan tubuhnya pada pundaknya seperti barang bawaan,
"Aku tidak tahu menahu tentang Teiko atau apalah itu tapi..." Dia meletakkan pria berambut pirang itu pada kasurnya,
"Toh kau masih bisa bertemu dengan mereka." Pria itu menatap Kise yang terbaring dengan tajam, entah kenapa kata - kata itu seperti membuat Kise sadar akan sesuatu, matanya yang basah terlihat terkejut.
"Benar, Kise kun, bukankah kita masih bisa berbicara seperti ini?" Kuroko tersenyum simpul, senyumnya benar - benar kecil sampai hampir tidak terlihat.
"Kurokocchi..."
"Lagipula Kaijou sudah memutuskan untuk menerimamu." Kagami meletakkan dagunya pada telapak tangan kanannya,
Dengan suara yang lirih, Kise bertanya padanya,
"...Siapa..."
"Ha?"
"...Namamu."
"Taiga, Kagami Taiga."
"Kagamicchi."
Kise melingkarkan tangannya pada tengkuk milik Kagami dan menariknya sampai bibir merahnya bersentuhan dengan pipi milik Kagami. Kagami terlihat kaget dan pikirannya langsung kosong dalam seketika, matanya melebar dan mulutnya sedikit terbuka. Ketika pegangannya dilepas, dia melihat wajah Kise yang memerah,
"P-permintaan maaf d-dan terima kasih..." Kise mengalihkan pandangannya dan berusaha menutupi bibirnya dengan punggung tangan kanannya, sementara wajahnya berwarna merah semerah - merahnya. Saking manisnya, Kagami hampir mengadukan kepalanya dengan lantai supaya pikirannya tidak lari ke mana - mana dan untungnya, aura membunuh eh gelap datang dari arah Kuroko yang saat itu matanya terlihat menyeramkan meskipun tanpa ekspresi.
" Kagami. kun..."
.
.
.
FIN?
TBC?
.
.
.
A/N : Dari gelap ke terang itu rasanya... Ah sudahlah... Author tiba - tiba didatengin si ilham untuk buat cerita macam ini dan seperti biasa di akhir cerita author masih ga tau apakah ini bakal dilanjutin atau ga /dilempar pake 3 fic yang masih gantung.
Mohon reviewnya dari suhu - suhu sekalian...
Dan terakhir, terima kasih sudah bersedia membaca fic ini~ m(^ ^)m
