Hi every HunKai shipper!
Im comeback with other HunKai FF!
Karena akhir-akhir ini sering hujan tiba-tiba, aku jadi kepikiran bikin ni FF, always HunKai tentunya.. hehe
Dan ini settingannya HunKai masih SHS, gak tau kenapa, FF HunKai yang romantic itu bagusnya pas mereka masih belasan tahun (karena kayak lagi mencari tahu makna cinta gitu..)
Oke, aku gak akan ngabisin waktu kalian buat baca ni FF, so.. this is!
JRENG,, JREENG..
..
}{
'''''
.
!HunKai!
;;
;
There is No Umbrella with Us
1: I See You First
Sore ini cuaca sangat mendung. Padahal jam waterproof ditangan namja itu masih menunjukkan pukul 4 sore, namun langit seolah menggambarkan keadaan jam 8 malam.
Namja itu berlari cepat meraih tas selempangnya yang ia taruh dipinggir lapangan basket. Dimasukkannya bola basket yang digunakannya tadi kembali ke kotak gudang bola dipojok lapangan. Sudah tidak ada waktu baginya untuk mengganti seragam basketnya dengan seragam sekolah yang ia masukkan asal di tasnya itu. Kakinya yang lumayan panjang berlari cepat keluar dari gerbang sekolahnya.
Gerbang itu bertuliskan HalverDragon Senior High School. Sekolah paling elit yang hanya diisi oleh anak berkeluarga bangsawan dan pejabat Negara dengan tingkat IQ tinggi.
Langkah kaki namja itu semakin cepat seiring bunyi gemuruh guntur dan kilatan petir yang mengerikan. Ini seperti kiamat. Padahal jamnya berfungsi normal. Ia juga dapat melihat jelas Jam Kota menunjukkan pukul 4 sore, tapi ini seperti pukul 8 malam.
Langkah kakinya terhenti setelah memijak lantai halte yang lumayan besar itu. Tidak lelah, hanya lima menit ia berlari dari sekolahnya untuk sampai di halte bus tersebut.
Menunggu bus yang tak kunjung datang, ia mendudukkan tubuhnya di deretan kedua barisan bangku halte. Beberapa menit berlalu dan halte yang lumayan besar itu mulai dipenuhi oleh para pegawai kantor sesuai jam pulang mereka. Ini halte utama dan berada di pusat kota, tak heran jika halte ini lebih mewah dari tempat tunggu di terminal bus.
Zzzzrrrrrsssssshhhh….
Akhirnya langit menurunkan air yang telah lama dibendungnya. Tetesan air itu terlalu deras seolah awan sangat ingin menghilangkan warna pekat yang seperti malam itu.
Namja yang mengenakan seragam basket itu mengamati dengan tatapan kosong air hujan yang membentuk erosi percik pada lantai halte sehingga membentuk kubangan jernih.
Dari kejauhan terlihat seorang namja berseragam SHS bersurai silver berlari kencang menerobos derasnya hujan sore itu. Mungkin ini lebih baik disebut badai.
Splash!
Kaki seorang namja bersurai silver itu tidak sengaja menginjak kubangan air tadi. Tidak apa-apa, toh seluruh bajunya sudah amat basah seperti habis direndam, air hujan saja sudah membuat rambut putihnya itu menempel di dahinya. Tubuhnya sudah sangat basah.
Beberapa kerumunan orang di halte termasuk namja yang memakai seragam basket itu mengamatinya, bukan karena merasa kasihan, tapi namja itu mempunyai daya tarik tersendiri yang mampu membuat semua sejenak terhanyut dalam pesonanya. Tak berselang lama kerumunan orang disana mulai sadar dan teralihkan dengan kesibukan mereka masing-masing. Namja yang sudah amat basah itu mengetuk-ngetukkan sepatunya sekedar mengeluarkan air yang ada didalam sepatunya setelahnya ia mencari tempat duduk.
Puk!
Bahu namja yang memakai seragam basket itu terasa dingin dan basah. Seseorang menepuk ujung bahunya yang terbuka. Kalian tahu kan? Seragam basket itu tanpa lengan.
"Permisi, bolehkah aku duduk disebelahmu? Kurasa hanya itu kursi yang tersisa" suara dari orang yang menyentuh bahunya itu terdengar. Suara namja yang sedikit serak namun juga berkesan halus dan something that make your heart beat more faster.. and faster..
"Tentu" namja yang memakai seragam basket itu segera mengambil tas selempangnya yang ada di bangku kosong sebelahnya itu.
Puk!
Entah apa, beruntung atau kebetulan. Namja yang duduk disampingnya ternyata adalah namja yang kehujanan tadi. Dilihat dari jauhpun tadi, namja itu amat manis membuat sebagian orang di halte itu mengamati sejenak betapa manis dirinya.
"Eum, gomawo" namja itu berterimakasih lalu melanjutkan kegiatannya mengeringkan rambut dan memeras pakaiannya yang amat basah itu.
Hening kembali menyelimuti keduanya. Hanya suara orang-orang kantor itu yang saling sibuk dan beberapa ajuma yang menelfon keadaan dirumah. Dan keduanya masih diam.
Sekarang masih pukul 04.30 sore dan bus menuju rumah namja bersurai putih itu datang pukul 04.55.
Itulah sebabnya ia lebih memilih menerobos derasnya hujan daripada tidak dapat pulang sama sekali. Meneduh dipinggir toko menunggu hujan reda cukup memakan waktunya untuk sampai ke halte.
Hujan masih deras dan kini terlihat seperti badai. Angin bertiup kencang menyebabkan beberapa koran bekas yang berserakan dilantai halte atau sekedar ditinggal di sandaran bangku mulai beterbangan dan berakhir di kubangan.
"Hachim!" bersin sepertinya tak dapat dihindari oleh namja bersurai putih itu. Bukankah maklum? Ia sudah mandi hujan untuk berlari sampai ke halte ini, dan kini ia diterpa angin badai yang amat dingin. Sungguh, bahkan tubuhnya sudah menggigil.
Dirapatkannya blazer almamaternya meski itu sudah amat banyak menampung air hujan. Jika diperas mungkin bisa mengisi tiga gelas.
"Kau kedinginan?" namja yang memakai seragam basket itu tentu tak tega melihat namja manis disampingnya menggigil.
"Ha-hanya b-bersin k-kok" namja bersurai putih itu memaksakan senyumannya seolah berkata 'aku tidak apa-apa' padahal suaranya bergetar menandakan jelas ia menggigil.
"Jangan berbohong, ini" namja yang memakai seragam olah raga itu mengeluarkan handuk kecil yang belum dipakainya. Biasanya ia menggunakan itu untuk menghapus keringatnya seusai latihan basket, tapi hari ini angin berhembus terlalu sering membuat keringatnya menguap terbawa.
"G-gomawo Sehun-sii.." namja manis itu menerima handuk biru muda itu lalu menggunakannya untuk mengeringkan rambut silver, wajah, tangan, dan tengkuknya yang masih saja dialiri air dari rambut basanya.
"Darimana kau tahu namaku?" namja yang berpakaian seragam basket itu heran.
"Kita kan satu sekolah dan satu angkatan, lagipula kau ulzzang dan cucu pemilik perusahaan otomotif sekaligus pemilik sekolah" namja manis itu menatap dengan wajah polosnya.
"O-oh, begitu ya. Tapi kenapa kau langsung bisa mengetahuiku?" Sehun masih sedikit heran. Orang di seluruh penjuru halte ini tidak mengetahui keberadaannya, kau tahu? Sehun menggunakan masker hitam untuk menutupi setengah wajahnya hingga hanya matanya yang terlihat. Terlalu berbahaya jika orang sepertinya berkeliaran tanpa bodyguard. Ini daerah bebas bagi para paparazzi yang selalu mengejarnya, mencari berita mengenai Oh Sehun yang merupakan ulzzang sekaligus penerus perusahaan otomotif yang paling terkemuka di dunia.
"Itu, seragam basketmu.. Tertulis besar namamu dipunggung" namja manis itu menunjuk seragam basket Sehun. Sehun hanya dapat menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan tersenyum lebar meski tak terlihat karena masker hitam yang dikenakannya.
"Lepas blazermu, itu basah. Pakailah blazerku" Sehun mengeluarkan blazernya yang tersimpan dengan lipatan asal di tasnya.
Karena Sehun memaksa, akhirnya namja manis bersurai silver itu menurut juga.
Sehun menelan liurnya susah payah ketika namja manis itu menanggalkan blazernya meninggalkan selembar kemeja putih yang basah dan menempel ketat pada tubuh itu. Sehun bisa akui, ini pertama kalinya ia melihat tubuh yang menurutnya sempurna. Kulit tan yang terlihat halus dan mulus.. Lebih indah dari tubuh molek yeoja yang ada pada majalah XXX yang selalu dibelinya.
Tunggu, ini wajar, ia sudah SHS, berlangganan yang seperti itu adalah hal wajar.
Yang tidak wajar adalah debar jantungnya yang berubah didepan namja manis itu. Tidak wajar.. jantungnya berbelok pada namja manis itu. Pada namja.. bukan yeoja.
Segera namja itu mengenakan blazer Sehun begitu beberapa pasang mata menatap lapar padanya.
Grep!
Entah refleks atau faktor lain, kedua tangan Sehun melingkar di pinggang ramping namja itu.
"Se-Sehun-sii?" namja itu kaget dan berusaha melepaskan pelukan Sehun.
"Tenang, aku hanya ingin menghangatkanmu" Sehun mengeratkan pelukannya membuat tubuh mereka makin mendekat dan makin hangat.
Semua mata lapar itu kemudian berhenti memandang namja manis itu. Namja manis itu tahu, Sehun hanya ingin menyelamatkannya. Dengan pelukan Sehun, semua akan beranggapan bahwa Sehun adalah kekasihnya.
"Apa sudah hangat?" Sehun bertanya lirih.
"Ya" namja manis itu balas memeluk leher Sehun. Kini semua terasa hangat, dan Sehun makin mengeratkan pelukannya pada tubuh yang terasa pas dalam rengkuhannya. Sejauh ini Sehun senang dan lega karena namja itu sudah tidak menggigil lagi.
Zrrssh..
Suara ban bus yang berhenti dengan genangan air yang dibawanya.
Kai melepaskan pelukan di leher Sehun.
Setitik rasa kecewa itu terasa amat besar bagi sehun untuk melepaskan si manis itu.
"Mian Sehun-sii bus ku sudah sampai" namja manis itu melepas paksa pelukan Sehun di pinggangnya, meraih tasnya lalu berlari menuju bus yang mulai sesak oleh penumpang.
"Hei! Aku belum tahu namamu!" Sehun sedikit berteriak namun suara riuh penumpang di halte itu seakan menelan suaranya.
"Haish.. dia sudah tidak terlihat" Sehun mendudukkan tubuhnya di bangku semula. Sehun merutuki waktu yang berjalan begitu cepat, membuatnya tak dapat berlama-lama dengan namja manis itu.
Bus yang dinaiki namja manis itu mulai menjauh, dan tertutup oleh tebalnya kabut. Tak berselang lama hujan pun berhenti dengan menyisakan tetesan dari dahan-dahan pohon disepanjang trotoar jalan kota.
Namun kini Sehun merutuki betapa lama waktu karena kini masih pukul 5, sedangkan bus yang mengantarnya kerumah datang pukul 05.15 sore.
Sehun mengalihkan pandangannya pada bangku yang diduduki namja manis tadi dan ia menemukan blazer almamater basah milik namja tadi. Sepertinya tertinggal. Sehun meraih blazer itu, mencoba mencari nametag yang biasa tersemat disana. Namun nihil.
"Siapa namanya? Kenapa atribut seragamnya tidak lengkap?" Sehun membolak-balik blazer yang sama dengannya itu, tapi tidak ada nametag dan lencana kelas dibagian dada kiri blazer itu.
Sehun masih menunggu di halte hingga pukul 05.15 dan begitu bus menuju rumahnya tiba di halte, Sehun beranjak dari bangkunya dengan tas selempang yang sudah dikenakannya. Ditangannya ada sesuatu yang special. Ya, itu adalah blazer milik namja manis tadi. Sehun melipatnya dengan sebaik mungkin tadi.
Blazer itu menemani perjalanan Sehun pulang menuju mansion mewahnya.
-TBC-
Hai!
Ini masih prolog soalnya, jadi kayak gitu FFnya, mian Emm..
Kalian pasti udah tahu siapa namja manis bersurai silver itu kan? Yap! Uri cute Jonginnie! Yey!
Tenang, pokoknya HunKai bakal ketemu lagi kok
Review ya! Wait to 10+ review, Thanks all!
