MAIN CAST: Jeon Jungkook/Park Jimin/Kim Taehyung
OTHER: BTS members
SHIP: Jikook/Taekook
RATE: M
Warning: contain harsh words, banyak unsur 18 ke atas. Maaf dan segala maaf kalo ada kata kata yang menyinggung:'). Serius ini cuma cerita, ga bermaksud nyinggung jadi maaf banget kalo ada cast yang juga ga berkenan dihati yah:')
Happy Reading!
HAPHEBHOBIA
Haphephobia‒a phobia that involves the fear of being touched. Human touch can be overpowering and even painful. This is often associated with a fear of sexual assault. The victims of sexual abuse describes of being touched as something that "burns like fire".
•
•
•
I
"H‒Halo?".
….
"Jungkook masuk rumah sakit".
….
"Dia memperkosanya".
….
"Aku menemukan Jungkook tidak sadarkan diri di ranjang".[]
Park Jimin mencengkeram lengan baju pria yang mengikutinya dengan keringat mengucur deras. Orang berlalu lalang seperti sekerumunan semut yang mencari mangsa, mengelilingi dua orang pria yang terhimpit dengan dahi berkeringat. Jimin menegang ketika pria yang ditariknya berteriak ketakutan, teriakan itu berubah menjadi jeritan lirih.
"J‒Jungkook?!".
Jimin melebarkan bola matanya ketika menemukan pria itu tertinggal di antara lautan manusia yang saling menyebrangi jalan. Ia meringkuk sembari mecengkeram kepalanya kuat kuat, berusaha menahan rasa takut dalam kepalanya.
"Jungkook!".
Jungkook merintih sakit ketika orang orang itu berlalu lalang, merasakan kulit mereka yang bergesekan dengan miliknya. Keringat dingin mengucur deras, diikuti dengan sengalan napas pria yang nyaris menangis.
Semuanya sangat panas. Semuanya terasa terbakar.
"Permisi, permisi!", Jimin mendesak pria dan wanita yang menyalak kencang. Ia tidak dapat memedulikan hal selain mencapai Jungkook. Jimin berlari secepat yang ia mampu, tidak peduli akan bahunya yang tertabrak dari berbagai arah. "Jungkook!".
Jungkook menengadah, wajahnya terlihat sangat ketakutan. Ia terpisah dari Jimin dan berakhir terbawa massa yang menyentuhnya dari berbagai sisi. Jungkook pun bangkit, mulai berlari kearah pria yang juga menyongsongnya.
"J‒Jimin".
Jungkook mengusap air matanya ketika ia berhasil mencapai pria yang langsung‒Jimin menghentikan pelukannya di udara. Wajah Jungkook sudah pucat pasi ketika melihat tangan Jimin yang nyaris memeluknya.
Jimin menunduk, "M‒Maaf".
Haphephobia.
Phobia yang sangat jarang terjadi, phobia akan sentuhan. Jungkook sangat takut terhadap sentuhan, baik dari lawan jenis maupun sesama jenisnya. Ia orang yang pendiam dan lebih memilih untuk menghindari orang lain. Tidak banyak penderita Haphepobhia, Jungkook termasuk dalam kategori yang tidak beruntung.
Antisiosial. Mengurung diri di kamar. Sangat sulit untuk diajak berbicara.
Selama ini, Jungkook hanya memiliki tiga orang yang dapat menerimanya.
Jimin, Jimin, dan Jimin.
Park Jimin menjulurkan jemari kecilnya dan menarik ujung lengan baju Jungkook dengan hati hati. "Jangan sampai tertinggal lagi, Kook, okay?", Jimin pun membawa pria itu untuk melepaskan diri dari kerumunan massa yang seperti ribuan arus gelombang.
Jungkook menunduk diam selama Jimin membawanya pergi, Jimin bernapas bebas ketika mereka sudah terpisah dari kerumunan orang orang yang mengeroyok seperti binatang kelaparan. Jimin menyentuh ujung baju Jungkook untuk mendudukkannya di bangku panjang sebuah mall.
"Jungkook, kau baik baik saja?".
Jungkook mengangguk pelan.
"Kau bisa berjalan?".
Jungkook mengangguk lagi.
Jimin menghela napas lega, ia sangat khawatir jika Jungkook terlalu panik dan berakhir kehilangan kesadaran diri. Maka dari itu, Jimin mewanti wanti agar tidak ada yang bersentuhan dengan Jungkook. Keselamatan pria itu adalah prioritasnya.
Mereka sedang mencari baju formal untuk hari pertama magang Jungkook di perusahaan konglomerat terbesar di Korea Selatan. Jimin kurang setuju akan keputusan Jungkook untuk bekerja sendiri.
Selama ini, Jimin yang selalu merawatnya.
Bukankah itu keputusan yang buruk?, Jimin membatin, teringat serangan panik Jungkook yamg mampu timbul hanya dengan sentuhan ujung jari.
Bagaimana kalau Jungkook terpaksa bersentuhan dengan rekan kerjanya? Bagaimana kalau Jungkook tidak disukai karena sikapnya yang antisosial? Bagaimana mungkin Jimin bisa melepas Jungkook seorang diri, tanpa pengawasan?
Jimin menghela napas berat.
"Jiminie? Apa yang harus kukenakan?".
Dilihat dari pakaian Jungkook sehari hari, jawabannya tidak akan mudah.
Jungkook selalu memakai sweater putih lengan panjang, Jimin membelikan pakaian Jungkook dua ukuran lebih besar agar mudah menarik sisa lengan bajunya ketika mereka berjalan. Jungkook mengenakan celana hitam yang mencapai mata kaki, sneakers putih, dan kaus kaki kelinci pemberian Jimin.
Nyaris tidak ada sesenti kulit pun yang terekspos selain wajah, leher, dan telapak tangannya.
Jimin bergumam kepada diri sendiri, memilih di antara segelintiran baju kerja, menyuruh Jungkook duduk diam dan beristirahat. Ia tidak mau Jungkook kelalahan karena berdiri dan mengikuti Jimin yang sangat mendetail dan selektif dalam memilih.
Jimin pun terhenti ketika melihat kemeja berwarna ungu pucat, celana hitam, dan sepatu hitam bertali.
Pasti, Jungkook akan terlihat menawan di balik setelan itu.
"Jiminie?".
"Coba yang ini, Kook", Jimin menyerahkan setelan baju yang membuat Jungkook mengernyit.
"Kemejanya terlalu sesak".
Jimin bingung bagaimana cara menjelaskannya. Tidak mungkin Jungkook akan berangkat bekerja dengan kemeja yang luar biasa besar, kan? Itu akan memberinya imej yang tidak rapi. Apalagi, Kim Enterprises terkenal dengan aturan yang ketat.
Jimin tersenyum sabar, "Jungkook, itu ukuran tubuhmu. Kau harus tampil rapi untuk bekerja, ne?".
Jungkook memberikan jeda yang panjang sebelum mengambil baju pemberian Jimin dan berjalan ke fitting room. Jimin menunggu sembari mengoperasikan ponsel, terkejut bukan main ketika Jungkook melangkah keluar dengan ekspresi tidak nyaman.
Ini benar benar seperti melihat orang yang berbeda.
Jungkook berdiri dengan jemari yang bergetar hebat, berusaha mengancing bagian kemeja teratasnya yang berpotongan rendah. Jimin termangu di tempat, melihat leher Jungkook yang lebih terbuka. Ia mengerjap ketika mendengar rintihan panik Jungkook.
"T‒Tidak bisa ditutup".
"Hei, hei, biar aku saja. Kau akan merusak jahitannya, Kook", Jimin mendekati Jungkook yang diam di tempat. Ia menarik napas panjang sebelum menyentuh kancing teratas kemeja Jungkook yang terbuka. Park Jimin berkonsentrasi, kembali menarik napas. Keringat dingin mengucuri pelipisnya.
Berhati hati, Jimin. Perlahan lahan.
Jimin melebarkan bola matanya ketika jemarinya terpeleset dan menyentuh tulang selangka Jungkook yang berteriak sakit.
'Hei, Jungkook. Kemarilah!'
'Kau ingat permainan kita, kan?'
'Kemari, aku akan mengajarkanmu'
Jungkook menjerit kencang, mencengkeram kepalanya ketika Jimin memucat panik. "J‒Jungkook?! Ya Tuhan, maafkan aku!", Jimin menggoncang bahunya, pria itu menjerit lebih keras.
Sialan!, refleks Jimin justru membuat Jungkook semakin ketakutan.
'Aku sudah siap. Kau ingat peraturannya, benar?'
'Ayo, mari kita mulai!'
"J‒Jungkook?!".
Jimin menahan tangis ketika air mata Jungkook mulai mengalir. Melihatnya seperti ini sangat menyakitkan bagi Jimin. "T‒Tarik napas, Jungkook", Jimin berucap lirih ketika serangan panik membuat Jungkook gemetaran hebat.
"Kau akan baik baik saja, ne? Bertahan, ne?"
Jungkook terisak isak, sebelum Jimin berhasil menenangkannya.
Park Jimin membayar pakaian kerja Jungkook dengan gelisah, melirik kepada pria yang menunduk dalam di ujung toko. Ia kembali menghampirinya dengan raut menyesal, "Jungkook, ayo pulang".
"Ayo, jangan melepaskan bajuku, okay?".
Jungkook mengangguk, sebelum mencengkeram erat ujung baju Jimin dan mengikutinya.
Mereka pun berjalan dalam diam.[]
•
•
•
Jungkook membasuh wajahnya di dalam kamar mandi apartemen, teringat akan mimpi buruk yang menerornya bertahun tahun lamanya. Ia memejamkan mata sembari menghembuskan napas, mengusap air mata yang mulai mengering di pipinya.
'Ikuti aku, okay?'
'Kau pasti akan suka!'.
Jungkook menarik lepas sweater putih yang membungkus tubuhnya. Ia pun melepas kaus lengan panjang yang berada di baliknya dan melepas kaus putih lagi. Jemari Jungkook bergetar hebat ketika ia melucuti kaus lengan pendek sebelum menyentuh lapisan baju terakhirnya.
Napas Jungkook berat, rasa takut mulai menguasainya.
Ia memejamkan mata dalam, sebelum menariknya bajunya melewati bahu, menampakkan tubuh putihnya yang dipenuhi dengan bekas luka.
'Kita akan bermain 'binatang!'
'Kau ingat caranya, ne?'
'Ayo, lepas bajumu!'
•
•
•
"Apa aku bisa menitipkan Jungkook kepadamu?".
"Tentu saja!", Jungkook mendekap ayahnya yang hendak pergi untuk urusan bisnis. Hye Bin mengusap kepala Jungkook lembut, mendorongnya pelan ke arah paman Jungkook yang menyambutnya dengan hangat.
"Kau mempunyai anak yang manis, Hye Bin. Kemari, Jungkook".
Hye Bin mengusap pundak Jungkook yang berjalan kearah pamannya dengan menurut. "Ayah tidak akan lama. Kau jangan nakal ya?".
"Ne, Appa".
"Jangan merepotkan pamanmu ya?".
"Ne".
Jungkook memandangi kepergian ayahnya ketika Boyoung meraih telapak tangan Jungkook, sedikit meremasnya, "Tidak apa apa, Jungkook. Paman akan menemanimu".
Jungkook tersenyum.
"Paman tidak akan membiarkanmu kesepian".
•
•
•
Jungkook terdiam melihat Boyoung yang melepas dasi kerjanya, sebelum melucuti kemeja dan melemparnya ke lantai kantor. "Ah, memang hari yang melelahkan", Boyoung memijat pelipisnya, sebelum berpaling kepada Jungkook yang tengah bermain boneka kelinci.
"Jungkook. Kau sedang apa?".
"Bermain dengan temanku, Paman".
Boyoung bangkit dan mendekati lelaki kecil yang terhanyut dalam dunianya sendiri. "Jadi, kau suka permainan, Jungkook?".
"Ne", Jungkook menyahut dengan senyuman manis.
"Kau mau bermain 'binatang'?".
Boyoung mengusap puncak kepala Jungkook yang memandanginya tidk mengerti. Boyoung berjongkok di depan Jungkook, meremas pundaknya, "Ikuti Paman, ne?"
Jungkook hanya diam ketika pamannya mulai melepaskan baju dan celananya di hadapan Jungkook. Pria gempal itu pun merayap di lantai kantor, berlagak seperti binatang yang tengah mengais ngais, "Ayo, Jungkook. Lepas bajumu!".
Jungkook mengernyit.
"Binatang tidak memakai pakaian, kan?".
"Ne…".
Jungkook pun melepas bajunya.
Boyoung menyeringai lebar, kembali bertengkurap dengan geraman seperti binatang liar, "Ayo, Jungkook!'
'Ayo berbaring di bawahku'.
•
•
•
Jungkook terdiam di dalam kamar apartemen yang terasa sangat dingin, pandangan mata pria itu kosong, menusuri kembali ke dalam ingatan masa lalunya.
"Jungkook?".
Jungkook berpaling kaget ketika Jimin membuka pintu kamar. Jimin memucat ketika Jungkook menarik selimut dan menutupi tubuhnya dengan takut. Pria itu menunduk, jemarinya mulai bergetar ketika ia teringat permaian masa kecilnya.
"M‒Maaf", Jimin berbalik badan, membiarkan Jungkook berganti dengan piyama yang berlapis tiga sebelum menyelusup di balik ranjang.
"S‒Sudah".
Jimin berpaling, melihat pria yang terbaring membelakanginya, selimut tebal menutup tubuh Jungkook nyaris mencapai kepala. Park Jimin mendekat dengan perlahan, menempatkan dirinya sejauh mungkin dari Jungkook.
Decitan ranjang ketika Jimin merangkak naik membuat Jungkook terengah kaget, sebelum pria itu memejamkan mata dan menenangkan diri.
Jimin bergerak gerak gelisah, "Mm…aku tidur diluar saja, Jungkook".
"T‒Tidak", Jungkook berbalik, menatap Jimin yang memeluk lutut di ujung ranjang. "Tidak apa apa, Jim. Aku hanya…". Jungkook menggeleng. "…aku tidak apa apa".
Jimin tersenyum, hendak mendekati Jungkook ketika pria itu bangkit dan menghilangkan senyum dari bibir Jimin. "…sebaiknya aku saja yang tidur diuar".
Jungkook pun melangkah keluar dari kamar Jimin yang tercenung di tempat. Ia hanya mampu menatap punggung pria yang menutup pintu kamar dan menghilang dibaliknya.[]
