Story by : MiyuTanuki

Vocaloid milik pemiliknya masing-masing

Kesalahan penulisan, typo, dan lain-lain mohon dimaklum

kita masih belajar ^^


Wanita di hadapan beberapa orang itu sangat di hormati. Meiko Sakine, sosok yang di segani oleh banyak kalangan. Bisa diketahui bahwa ia adalah inspektur yang tak kenal ampun. Ia termasuk kedalam tim penyidikan khusus. Ia memang bukan seorang ketua, namun ia merupakan bayangan seluruh pegaiwai terkemuka di kantor kepolisian.

Meiko jarang sekali berada di kantor. Ia lebih menyukai berada di TKP dengan mayat-mayat yang dibunuh dengan begitu sadis. Melihat luka-luka menganga bukanlah hal aneh bagi Meiko. Selama ia bisa melihat mayat-mayat itu secara langsung, ia akan merasa sangat terhibur. Katakanlah ia adalah seorang psikopat. Meskipun pada dasarnya Meiko bukanlah pembunuh, melainkan seseorang yang bertugas untuk mencari, mendapatkan, dan memenjarakan pelaku pembunuhan yang sadis.

Beberapa orang mungkin tidak menyukai ketika bertemu dengan mayat dalam keadaan mengenaskan. Dan kasus seperti itu akan di serahkan kepada tim dimana Meiko berada di sana. Anggota tim itu psikopat. Hasil dari pekerjaan mereka tidak diragukan lagi. Sungguh detail, penuh dengan ketelitian, tanpa ada keraguan. Tapi hingga saat ini, ada sebuah kasus yang belum mereka selesaikan. Kasus yang sudah berjalan sekitar 3 tahun. Pembunuhan berantai yang sangat disukai oleh para psikopat.

"benda berat di hantamkan tepat di kepala korban." Sebuah slide muncul. Memperlihatkan kepala korban yang terluka.

"memang hantaman yang tidak terlalu kuat untuk membunuhnya. Namun seperti yang kita ketahui, korban mati karena kehabisan nafas. Hanya ada dua kemungkinan. Dicekik hingga mati, atau.." Kiyoteru terdiam sejenak. Membenahi kembali posisi kacamata yang ia kenakan.

"atau ia mati karena kepalanya di tenggelamkan kedalam air." Ujar Meiko dengan santai sembari menyesap teh. Keributan terdengar di seluruh ruangan. Mereka sedang memperdebatkan apa yang membuat korban terbunuh.

Ini sudah mayat yang ke 12, dan mereka masih menemukan pembunuhnya. Dan tentunya rapat ini pun merupakan rapat besar-besaran.

"tapi lihatlah keadaan mayat tersebut. Rambutnya kering, tak terdapat tanda-tanda air disana." Mereka menyetujui pernyataan yang di teriakan oleh salah satu inspektur yang bahkan tak di kenal oleh Meiko. Meiko terlihat lelah dan menghembuskan nafas kasar.

"kau tau, pembunuh yang kita hadapi itu bukanlah pembunuh biasa. Meskipun pembunuh ini tak terlalu profesional, namun kenyataannya kita tak dapat menangkap pembunuh ini. Sudah 3 tahun kita mengejarnya!" Bentakan itu membuat semua keributan berhenti. Mereka berfikir dengan keras. Bagaimana bisa seseorang yang bahkan tidak profesional dalam membunuh saja tak dapat mereka tangkap.

"pembunuh ini adalah seorang psikopat."

Mereka saling memandang ketika mendengar kalimat yang terlontar dari Gakupo.

"maksudmu psikopat seperti kalian?"

"seperti kami? Yang benar saja." Kekehan itu terdengar ke penjuru ruangan. Gakupo berdiri dan menghampiri Kiyoteru yang sedang menjelaskan keadaan mayat yang baru-baru ini mereka temukan.

"kami— ah tidak maksudku Meiko, Kiyoteru, dan diriku sendiri tentu saja berbeda dari pembunuh petakilan itu." Gakupo mengambil alih kegiatan Kiyoteru. Ia menunjukan sebuah foto yang terfokus pada rambut sang korban.

"lihatlah rambut itu. Itu yang membuat Meiko berasumsi bahwa ia kehabisan oksigen karena di tenggelamkan."

Mereka bingung. Jelas sekali bahwa rambut itu dalam keadaan kering.

"apa kalian sebut rambut ini sehat untuk seukuran pegawai kantor yang memiliki gaji di atas rata-rata? Bagaimanapun ia adalah seorang wanita."

Kembali mereka renungkan keanehan itu. Memang keadaan rambutnya kering. Dari beberapa saksi, mereka mengatakan bahwa sang korban merupakan sosok yang sangat peduli pada penampilan rambutnya. Dan tentu saja ia merupakan pelanggan tetap di sebuah salon besar.

"kita pastikan bahwa rambutnya dikeringkan."

"menggunakan hairdryer tentunya."

"tapi bagaimana dengan bekas cekikan dilehernya?" salah satu anak muda menyela perkataan Meiko, membuatnya kembali menghembuskan nafas kasar.

"nak, kau bahkan tidak menyelidikinya dengan teliti. ahli forensik kami sudah menyatakan bahwa korban di cekik ketika ia memang sudah kehabisan nafas ketika di tenggelam.

Akhirnya semua anggota yang mengikuti rapat itu menerima opini dari ketiga psikopat tersebut. Dengan bukti yang tidak terlalu banyak, mereka harus menangkap semua pelaku di balik 12 pembunuhan. Dan kini, sepertinya sang pembunuh ingin diakui sebagai pembunuh handal karena jarak waktu pembunuhan yang ia lakukan semakin berdekatan.


"MEI-CHAN!" Lelaki bersurai biru itu berlari dan akhirnya tersungkur tepat di hadapan Meiko yang kini kebingungan.

"dari mana anak ini bisa masuk?" gumamnya sembari memberikan bantuan kepada Kaito. Guratan merah terlihat di sekitar hidungnya.

"kau sudah pulang bukan? Kau tidak akan kembali ke kantor kepolisian bukan?"

"aku sudah pulang. Lagi pula apa yang kau lakukan disini?" Meiko menyimpan mantelnya dan mengikuti langkah Kaito yang kini sedang menuju ke dapur.

"aku membelikanmu sake dan berbagai camilan." Kaito mengeluarkan beberapa botol sake, membuat Meiko berbinar-binar dibuatnya.

"terkadang memiliki kekasih masokis seperti mu ada untungnya bagiku." Kaito tersenyum girang, mendengar pujian –yang sebenarnya adalah penghinaan secara tidak langsung— dari Meiko.

Untuk sesaat, mereka menikmati sake. Sebenarnya hanya Meiko yang menikmati sake, mengingat Kaito merupakan seorang pria yang tidak kuat dengan alkohol. Jika di beri kesempatan untuk memilih antara sake dengan ice cream, ia tentu lebih memilih ice cream Häagen-Dazs. Meiko sudah menghabiskan 2 botol sake. Dan kini hanya tersisa 2 botol saja. Terlihat ekspresi kecewa, mengetahui bahwa ia kekurangan sake. Ingin rasanya ia kembali meminta 3.. ah sepertinya 5 botol sake lagi. Namun ia tahu, bahwa Kaito paling tidak suka melihat Meiko mabuk keras. Karena jika dirinya sedang tidak sadarkan diri, sudah dipastikan ia akan membawa foto-foto korban pembunuhan yang tidak lazim dilihat oleh orang sipil.

"Mei-chan, handphone mu berbunyi." Dengan ekspresi tidak peduli, Kaito menyodorkan handphone Meiko.

"ha'i.."

"ada mayat lain." Kiyoteru tidak menjelaskan secara terperinci. Membuat Meiko kebingungan.

"maksudmu? Mayat dari seorang psycho itu?" ia mengerutkan dahi kuat-kuat, berusaha membuat dirinya konsentrasi dengan apa yang akan di bicarakan oleh Kiyoteru.

"ya, dan kali ini keadaan mayatnya lebih parah. Tubuhnya tercabik, dan kita kehilangan sidik jarinya. Kesepuluh jarinya dimutilasi. Ah entahlah apa sebutannya. Ahli forensik sudah datang untuk memeriksanya. Aku harap kau ada di sini. Gakupo sudah dalam perjalanan." Sulit rasanya untuk Meiko memahami perkataan Kiyoteru. Membuatnya kembali mengerutkan dahi.

"sepertinya aku akan datang. Berikan alamatnya." Meiko berdiri, untung saja ia baru meneguk 2 botol sake.

"Kai, kau boleh menginap disini. Aku sepertinya akan pulang larut, jadi tolong kuncilah pintu. Pastikan semua jendela tertutup." Meiko menyimpan 2 botol sake yang tersisa ke dalam lemari pendingin.

Belum sempat ia melanjutkan langkahnya, ia melihat ada noda darah di wastafel.

"Kai.. darah apa ini?" Meiko menatap noda itu secara seksama. Bukan hanya noda darah yang ia perhatikan, namun pisau di wastafel itu pun sangat ganjil.

"ah, tadi aku tak sengaja tergores pisau itu." Kini Meiko menatap salah satu jari Kaito yang dibaluri oleh betadine.

"kalau begitu, lain kali hati-hati. Tolong cuci pisau itu, dan kembalikan ketempatnya." Meiko berlalu, meninggalkan Kaito yang kini terdiam kaku ditempatnya berdiri.


"menurutku, pelakunya sama." Gakupo angkat bicara ketika Meiko sudah berada di hadapan mereka.

"psycho itu? bagus sekali. Tetapi memang jika dilihat dari cirri khas yang psyco itu tinggalkan, ini 99% sama. Karena psycho itu selalu membuat rambut sang korban menjadi tidak enak di pandang."

"apa motifnya karena kecemburuan pada wanita cantik? Karena dari ke-13 korban yang berhasil ia bunuh, mereka semua memiliki rambut yang halus dan juga paras yang menawan sepertiku." Meiko bergaya seperti seorang model profesional.

"kau bahkan seperti sosok hantu sadis di mataku." Meiko menyumpah serapah Gakupo yang membuatnya terlihat seperti orang bodoh.

"sudahlah, jadi kita asumsikan bahwa pelakunya adalah seorang wanita dengan rasa kecemburuan tinggi pada wanita berparas indah dengan rambut yang berkilau." Mereka mengangguk. Menerima opini dari Kiyoteru –selaku pemimpin mereka—.

TBC...


A/N

MiyuTanuki kembali hadir dengan cerita absurd.

Udah lama banget ga publish jadi berasa asing di ffn wkwk

oh! jangan lupa RnR ya

salam KaiMei dari saya ^^