The last bus

Disclaimer : EXO never be mine, but the plot and story are originally mine!

Cast : gs!minseok, Luhan feat oc(s) and mention some Exo members and other band

Rate : T

Genre : high school!au, super fluff, super gaje.

Author's note : mood aku lagi baik (sebenernya memaksa diri untuk produktif sih), bayangkan Luhan jaman predebut ya rambutnya dan kalian akan bisa ngerti sama karakter Luhan XD anggap Minseok noona ini gadis pekerja keras dengan rambut hitam sepunggung yang selalu diikat kesamping, berkacamata dan yah tipikal Minseok lah.

Spoiler: "Tapi aku ingin jadi Stylish noona," Luhan tertawa mendengar pernyataan Minseok. "Aku tahu ini terdengar konyol karena aku tak suka memakai make up, tapi aku selalu tahu barang-barang make up terkini. Oleh karena itu, kau harus jadi artis dan merekomendasikan aku sebagai Stylish noona-mu," Luhan merangkul badan Minseok.

1876 words count

Gadis berwajah bulat itu menghela nafsanya panjang, tubuh kurusnya yang hanya terbalut sweater biru pudar berlapis coat tebal yang ia beli di pasar loak beberapa minggu kemarin rupanya mampu mengurangi angin malam menembus kulitnya yang putih pucat. Bekerja di minimarket 24 jam bagi pelajar merupakan hal yang berat untuk gadis berkacamata itu. Setiap pukul 9 malam hingga tiga jam kedepan ia harus mengecek jumlah barang yang ada di gudang, mengisi ulang barang yang sudah habis di etalase, mengerjakan tugas-tugasnya disaat sepi pengunjung, menyiapkan air panas untuk ramen cup-nya, tersenyum ramah dengan pengunjung, merekomendasikan produk bagi pembeli yang kebingungan. Setidaknya gadis itu bersyukur karena malam ini salah satu malam di puncak musim dingin, jadi tak banyak pembeli yang mengerecokinya mengerjakan gunungan tugas dan belajar untuk ujian besok.

Sembari menunggu bus yang akan mengantarkannya ke flat ujung kotanya, gadis itu menyeruput cup kecil berisi kopi espresso tanpa gula kesukaannya. Penerangan remang-remang halte yang tak jauh dari minimarket tempat ia bekerja membantunya membaca ulang catatan biologinya. Gadis itu perlu pengalihan agar ia tak mati bosan selagi menunggu bus datang. Ditambah lagi mood-nya yang hancur berantakan karena earset-nya telah rusak. Setidaknya ia harus membeli satu lagi di pasar loak atau ia akan ditemukan mati bosan oleh pemilik minimarket.

Angin berhembus sedikit kencang menampar pipinya tanpa rasa ampun, gadis itu menggigil kecil. Ia mendadak menyesal keluar dari minimarket tepat setelah shift-nya selesai, harusnya ia menikmati cup ramen bersama bosnya. Atau jika bosnya sedang baik hati ia akan ditraktir dengan salah satu paket nasi yang tinggal lima buah di etalase seperti terakhir ia periksa sebelum menunggu di halte sendirian. Tanpa heater yang menghangatkan tubuhnya. Ia merasa bodoh sekali, jadwal bus berikutnya masih sepuluh menit lagi dan ia sudah menghabiskan espresso panasnya yang sudah berubah dingin.

Teringat sesuatu, gadis berwajah bulat itu meletakkan catatan biologinya di kursi sampingnya lalu mengaduk isi tas ranselnya, tas sekolah berwarna hitam sedikit lusuh tapi masih bisa dipakai ia beli dengan uang tabungannya sebulan di pasar loak, dan mengeluarkan sepasang sarung tangan tebal, kasar, dan murah untuk ia pakai menghangatkan tangannya yang mulai membeku. Melihat tangannya yang sudah terbalut sarung tangan ia menundukkan kepalanya, memeriksa apakah keadaan sepatu boots-nya baik-baik saja. Ia bersyukur memiliki kaki kecil dan badan kurus karena ia tak perlu susah-susah mencari barang besar dan murah. Baginya, barang besar itu pasti mahal.

Tak nyaman dengan sepi yang menyelimuti halte suram tersebut, gadis itu mulai memejamkan matanya dan berimajinasi seolah-olah ia berada di meja kelasnya dan menghadapi tes lisan dengan guru biologinya. Dahi gadis itu berkerut membuat alis tebal dan panjangnya hampir bersatu mirip dengan ulat yang biasa ia jumpai di pot bunga tetangganya. Ia harus benar-benar mem-visualisasi Pak Hong dengan baik; dahi lebar dengan detil tahi lalat besar dan memiliki satu utas rambut di ujung alis kirinya, hidungnya yang besar, matanya bulat besar namun selalu ada kantung mata, bibirnya yang cokelat karena terlalu banyak puntung rokok yang dihisapnya dalam sehari, kemeja krem kunonya berpadu vest gelap kesukaannya dan celana kain hitam. Jangan lupa dengan seringaian yang selalu ia pakai untuk mengintimidasi muridnya agar tak bisa lolos dari ujiannya.

Bukannya mulai menjawab pertanyaan yang mungkin akan dilontarkan Pak Hong, gadis itu malah menahan tawanya. Bibirnya sangat gatal untuk terbuka lebar dan membiarkan dirinya tertawa terbahak-bahak. Ini semua karena ia teringat insiden siswa bermata rusa dengan Pak Hong tempo hari. Siswa tersebut berani membalas teguran Pak Hong yang menuduhnya tak memperhatikan pelajarannya. Memang benar siswa bermata rusa itu malah menggambar sapasang muda-mudi, tapi ia mampu berkelit bahwa ia sedang mempelajari tentang reproduksi pria dan wanita. Lalu tiga puluh menit terakhir habis untuk ocehan ceria namun mendalam dari siswa bermata rusa itu. Pak Hong yang menahan malu langsung memberikan tugas hukuman bagi siswa tersebut. Para siswa bersorak menghakimi Pak Hong setelah beliau keluar kelas dan menghibur siswa bermata rusa tersebut.

"Nona! Kau ingin masuk atau menggelandang disini?!" tegur sopir bus sedikit keras menghentak imajinasi gadis tersebut. Buru-buru ia memasukkan catatan biologinya ke dalam tas ransel lalu naik kedalam bus terakhir. Ia menyerahkan kartu tanda pelajarnya dan dibalas dengan dengusan sebal dari pria bertubuh sedikit gempal berkepala empat tersebut. "Kau sama saja dengan bocah menyebalkan dibelakang sana, Nona. Beruntung aku masih baik dan tidak menendangmu keluar dari bus!" gerutunya sedikit tak rela memberikan diskon kepada gadis tersebut.

Gadis itu tersenyum tipis, "Terima kasih! Lain kali aku akan membawakan cup ramen untuk menghangatkan perut Ahjussi," balas gadis itu dengan semu di kedua belah pipinya, mungkin karena angin dingin yang berhembus dari jendela pintu bus. Sopir bus mau tak mau tersenyum dengan iktikad baik pelanggan tetapnya.

"Aish, kau ini. Aku memarahimu karena kau selalu pulang malam padahal kau gadis yang baik dan cantik. Istriku pasti cemburu jika aku selalu mengantar pulang gadis cantik sepertimu," kedua belah pipi gadis itu terangkat diikuti gusi merah dan gigi timunnya yang terlihat jelas, ia tertawa kecil.

"Aku lebih senang jika Ahjussi menganggapku sebagai anak," balasnya ikut berkelakar.

"Mauku seperti itu, tapi sialnya bocah nakal itu yang menjadi anakku. Aku tidak bisa melawan takdir, Min-ah" ujarnya sembari menunjuk ke arah belakang. Gadis berwajah bulat itu, Kim Minseok, lagi-lagi tersenyum.

"Ahjussi harusnya bangga dengannya, ia selalu meraih peringkat tiga besar disekolahnya," bela Minseok masih belum beranjak dari samping sopir bus tersebut.

"Tapi ia masih kalah darimu, Min-ah. Sudah, cepat duduk aku tak mau kena omelan dari ibunya lagi. kepalaku sakit mendengar jeritannya," Minseok mengangguk kecil lalu berjalan ke ujung bus dan menemukan anak laki-laki seumurannya sedang tertidur bersandar di jendela. Minseok tak mengalihkan pandangannya dari laki-laki tersebut, ia mengagumi bulu mata lentik yang melekat di kelopak matanya. Minseok jelas tak memilikinya karena ia keturunan mono-eyelid sedangkan laki-laki disampingnya terlahir dengan kelopak mata yang diidam-idamkan oleh sebagian besar orang Korea. Kemudian pandangannya turun ke arah hidungnya yang kecil seperti keturunan Asia Timur pada umumnya dan berakhir pada bibir tipisnya yang merona merah muda. Laki-laki itu terlalu cantik dan Minseok selalu memandang takjub padanya.

"Senang melihat wajah tampanku, eh" ujar laki-laki itu dengan nada khas yang baru terbangun dari tidur ayam-ayamnya, Minseok tersenyum kecil.

"Kau terlalu percaya diri Tuan Oh. Sejak kapan kau tampan, huh?" balas Minseok memandang lurus wajah laki-laki disampingnya.

"Sejak seorang gadis duduk di kursi sampingnya lalu memandangi wajah teman sekelasnya ditengah malam. Contohnya malam ini, kau memandangiku terus-menerus," balas laki-laki itu menyeringai puas. Minseok tak membantahnya sama sekali.

"Kau benar, sejak itu kau jadi berani dengan gurumu sendiri, eh?" serang Minseok tertawa mengejek.

"Tapi kau senang kan melihat wajah Pak Hong yang seperti kepiting rebus favoritmu?" Minseok mengecup sekilas pipi laki-laki disampingnya, berharap laki-laki itu akan bungkam.

"Kau tak mau berbagi malam ini?" tanya Minseok mengalihkan topik, kemudian laki-laki disampingnya melepas salah satu earsetnya untuk dibagikan kepada Minseok. Alunan piano langsung menggetarkan gendang telinga kanannya.

"Tema malam ini adalah Akeboshi. Kau suka?" Minseok mengangguk kecil lalu menyandarkan kepalanya di bahu laki-laki disampingnya. Matanya ikut terpejam mendengarkan senandung kecil laki-laki tersebut mengikuti alunan lagu dari smartphone-nya.

"Aku rasa kau harus berhenti dari band visual kei-mu, Lu. Kau cocok menyanyikan lagu ballad, tapi aku rasa tarianmu tak begitu buruk walaupun masih berbeda ratusan level dengan Jongin tapi kau bisa mengikuti audisi mingguan yang diadakan di SM, YG, atau JYP. Cube boleh juga, aku ingin bertemu dengan Hyuna-Eonnie. Atau Woolim! Aku ingin kau meminta tanda tangan Hoya-Oppa. Kau tahu kan aku menyukai Hoya seperti aku menyukai Changmin Oppa," usul Minseok panjang lebar. laki-laki itu, Luhan, meringis kecil. Pasalnya baru kali ini Minseok sangat antusias, mungkin Minseok tak bersyukur memiliki Luhan yang sangat tampan ini.

"Kukira sehabis SMA kita akan menikah? Dan kau berani sekali memanggil mereka Oppa sedangkan aku tak pernah sedikitpun kau panggil Oppa? Terus terang aku tidak terima," Minseok tertawa kecil, kepalanya bergerak kekanan-kekiri layaknya kucing yang mencari kehangatan.

"Aku tidak mau punya suami sopir bus, bodoh. Setidaknya kau bisa membelikan apartemen dan mobil untuk keluarga kecil kita. Aku bisa mati jika hanya makan dengan cintamu dan kau akan mati dijadikan pelengkap sup buatan Ian Oppa," lagi-lagi Luhan meringis begitu mengingat kakak satu-satunya gadis kurus ini. Perawakannya yang tinggi dan wajah yang mampu menjadi saingannya sangat menyayangi Minseok adiknya. Menjadi yatim piatu dan menghabiskan masa kecil di panti asuhan membuat kakak Minseok berusaha keras agar dirinya menjadi wali Minseok. Walaupun Minseok sudah menjadi tanggung jawab Kim Ian, pemilik panti asuhan kadang-kadang mengundang Minseok dan kakaknya untuk sekedar makan malam di akhir pekan. Rupanya perilaku sopan dan senyum ramah yang disodorkan oleh kakak-beradik Kim ini mampu menjadikan mereka anak kesayangan pemilik panti asuhan.

"Kau menghina ayahku, [Minseok cepat-cepat menyela, "Aku tidak –!"] tapi baiklah. Demi anak kita di masa depan nanti, aku akan mencoba mengikuti audisi di perusahaan Oppa-Oppamu tersayang. Dengan satu syarat, tentu saja,"

"Apa?"

"Kau ikut audisi denganku," Minseok langsung memprotes tak setuju, "Kau ingin aku ditertawakan oleh Juri, huh?"

"Aku jamin mereka akan mempersiapkanmu sebagai vokalis jika kau ikut audisi, Min-ah. Jangan kira aku tak pernah mendengar kau menyanyi lagu-lagu TVXQ saat bekerja di minimarket,"

"Kau penguntit ya?"

"Aku hanya ingin memastikan baik-baik saja, ingat yang membantu kau mendapat izin kakakmu bekerja di minimarket adalah aku? Ian hyung langsung mengancamku akan mencincang tubuhku jadi potongan galbi jika terjadi apa-apa padamu," Minseok menghela nafas panjang. Memang benar, yang membuatnya mendapatkan izin bekerja di minimarket oleh kakaknya adalah Luhan. Lagipula ia juga tidak ingin terus merepotkan kakaknya di masa depan nanti, ia masih punya cita-cita untuk melanjutkan ke jenjang kuliah.

"Tapi aku ingin jadi Stylish noona," Luhan tertawa mendengar pernyataan Minseok. "Aku tahu ini terdengar konyol karena aku tak suka memakai make up, tapi aku selalu tahu barang-barang make up terkini. Oleh karena itu, kau harus jadi artis dan merekomendasikan aku sebagai Stylish noona-mu," Luhan merangkul badan Minseok.

"Baiklah, jika itu yang kau inginkan. Minggu depan aku akan memaksa Jongin, Lay, dan Tao ikut audisi. Semoga saja keinginanmu berhasil,"

"Sebenarnya aku tak keberatan jika menjadi stylish noona DBSK –" Luhan langsung protes 'Ya!' Minseok tertawa senang. "Setelah kita mengumpulkan uang banyak, kau akan keluar dari dunia artis dan aku keluar dari pekerjaanku sebagai Stylish noona. Aku akan membuka butik rancangan bajuku sendiri dan kau bisa kembali menjadi visual kei sembari membuka kafe di Myeondong. Lalu kita akan menikah dengan gaun dan tuxedo rancanganku sendiri,"

"Pintar sekali kau merencanakan hidup seseorang," sindir Luhan.

"Tentu saja karena aku calon istri Oh Luhan, aku harus memikirkan masa depan agar anak-anakku terjamin hidupnya." Luhan menggoyangkan bahu Minseok dan mencium kening gadis berwajah bulat tersebut.

"Hoi, anak muda. Antarkan Minseok pulang dan jangan pulang kerumah jika ia belum mengunci rumahnya," perintah ayah Luhan galak. Luhan melepas earset ditelinganya dan berdiri, memberi hormat kepada ayah tirinya layaknya militer.

"Ay, ay, ay! Ayo, Min-ah!" Luhan menggandeng tangan Minseok lembut lalu beranjak keluar dari bus. Luhan kembali memasang earsetnya dan berjalan beriringan dengan Minseok.

"Kau tahu lagu ini? judulnya Yellow Moon. Di hari pernikahan kita, apa band-ku boleh menyanyikan lagu ini? Artinya cukup romantis dan ini pasti sangat menyenangkan,"

"Dan nanti akan kubalas dengan lagu kesukaanku Sarang In Gayo. Bukankah itu juga romantis?"

"Baiklah, tapi di malam pertama kita aku menginginkan kau menyanyikan Touch my Body,"

"Tentu, esok paginya aku akan meminta Ian Oppa untuk mencincang tubuhmu dan kujadikan samgyupsal. Lalu aku akan melamar jadi Stylish noona Jonghyun Oppa, mungkin saja aku tipenya,"

"Kalau begitu aku akan menghapus Touch my Body dari daftar masa depanku. Aku masih ingin melihat anak kita tumbuh besar, Min-ah,"

"Aku juga,"

Tautan tangan itu mengerat seiring lebar senyum mereka.

HAHAHAHA...

Hanya karena dengerin lagu-lagunya akeboshi (kalo kalian pecinta naruto ngerti dong lagu legendaris wind-akeboshi yang jadi ending pertama series anime naruto) lagunya enak-enak semua. Yakin deh. Ini macem Yiruma cuman ditambah vokal aja, tetep soothing gitu.

(meleleh)

Lalu aku kepikiran, kenapa ga bikin ff syuhan tentang j-pop? Awalnya aku mau bikin Minseok maniak banget sama j-pop sampe-sampe temen sekelasnya ga ngerti sama gadis pendiam satu ini. anti mainstream banget karena suka j-pop ketimbang k-pop. Dan diantara kerasnya kehidupan dan rasa cintanya sama j-pop, dia selalu ketemu orang asing yang sama duduk disampingnya waktu di bus dan saling berbagi earset. Mereka dengan damainya dengerin lagu j-pop lalu selesai, fin, end. Maunya gitu doang, tapi entah kenapa jadi gini. Aku ga ngerti, mungkin aku diguna-guna sama mereka berdua (digebuk).

Akhir-akhir ini aku kangen Minseok, apdetan Minseok, apa aja tentang minseok. Tentang hal memalukan kayak dia sama tao di gourmet show pun tak apa. Terus terang kalo aku jadi manager hyung mereka yang dampingi syuting gourmet show pasti terus-terusan ngomong 'aho, baka-ne'

Sudaah, jaa nee