Halo minna 8D
Ini pertama kalinya saya bikin multi-chap yang super abal dan gatau deh ah pokoknya abal =w= #eh #PLAK

Cerita ini diangkat dari sebuah komik dengan judul yang sama dengan fic ini, tapi beberapa ada kejadian nyata. #curcol

Desclaimer : Vocaloid bukan punya saya. Tapi Komiknya punya Shiraishi Yuki-sensei~ :3

Enjoy, minna~


"Berita selanjutnya, Crypton Robot Land yang terkenal beserta karakter kesukaan anak-anak, 'HANAMARU' mulai hari ini akan mengakhiri kisah sejarahnya yang panjang..." suara pembawa acara berita televisi itu terdengar dari ruang tamu. Seorang wanita berambut merah menggeleng-gelengkan kepalanya,

"Walah," gumamnya sambil menyesap teh hijaunya lalu melanjutkan, "Akhirnya Crypton Robot Land tutup juga..." katanya dengan nada prihatin. Crypton Robot Land memang sudah mengalami beberapa masalah yang cukup serius akhir-akhir ini, seperti pengeboman dan pencurian. Yah, nasib tidak selalu mujur, kan?

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki tergesa-gesa dari kejauhan sebelum menimbulkan suara yang cukup gaduh. Seorang gadis berambut hijau tosca datang dan langsung menubruk sofa dihadapannya.

"Bercanda kan? Masa Crypton Land tutup?" gadis itu meraih remot TV dari tangan wanita berambut merah tadi dan mengencangkan volume suara.

"Eh...," wanita berambut merah tadi memerhatikan gadis itu lalu menghela nafas dan menggeleng-gelengkan kepalanya,

"Hey Miku! Lagi-lagi kau berkeliaran dirumah dengan penampilan seperti itu! Kalau dilihat orang bagaimana, hah?" seru wanita berambut merah itu melihat penampilan gadis remaja itu yang hanya memakai celana dalam saja. Belum lagi handuk itu bukannya dililitkan pada tubuhnya, malah dibiarkan menggantung dilehernya. Bahkan gadis itu belum mengeringkan tubuhnya sehabis mandi.

Miku Hatsune, nama gadis yang dimaksudnya hanya menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Habisnya... bibi Meiko...," kata Miku dengan suara lirih, "Berarti aku nggak bisa pakai tiket Crypton Robot Land yang kubeli dengan uang jajanku, dong?" katanya dengan sikap putus asa. Matanya semakin berkaca-kaca saat Meiko Sakine, nama wanita berambut merah itu malah tampak tidak peduli.

"Padahal aku mau mengajak Kiyoteru-san kesana...," katanya merana. Meiko menghela nafas kasihan pada anak itu. Dasar anak remaja.

"Kalau begitu simpan saja tiketnya. Siapa tahu bakal berguna untukmu nanti," kata Meiko memberi saran yang sama sekali tidak membantu.

Miku lalu mendengus dan berjalan dengan lunglai kearah kamarnya. Namun, saat hendak menaiki tangga, tiba-tiba pintu luar terbuka dan tampaklah seorang laki-laki berusia 40 tahunan dengan mata sayu—sepertinya mabuk—membawa-bawa kostum robot Hanamaru yang besar ditangannya.

"Miku-chaaaaan~ ayah sudah pulaaaaaang~" teriak sosok itu. Miku hanya bisa sweatdrop melihat ayahnya yang kadang-kadang memalukan.

"Ayah... barang apaan lagi tuh?" tanya Miku dengan mata menyipit.

"Agak kecepatan sih, tapi ini kado natal untuk Miku, loh!" seru ayahnya lagi. Miku hanya bisa tercengang sebelum berseru,

"Ayah, tolong hentikan kebiasaanmu yang memungut barang saat sedang mabuk! Itu memalukan sekaligus mengerikan, tahu! Mana tahu itu barang siapa kan?" kata Miku. Ayahnya terkekeh,

"Jangan ngambek, dong. Sana cek sendiri hadiahnya." Kata ayahnya sambil berjalan kearah tangga dan membuka dasinya. Mau tak mau Miku mendekati kostum besar berbentuk robot Hanamaru yang terbuat dari kardus itu lalu berusaha mengangkatnya,

"Lho? Kostumnya berat nih." Gumam Miku, namun ayahnya mendengar,

"Oh itu... soalnya, didalamnya..."

Miku tertegun lalu menatap lubang yang ada dimulut kostum itu. Dan saat itulah ia meliat sebuah bibir manusia didalam kostum itu.

"Fuh..." dan terpaan angin dari bibir seseorang didalam kostum itu. Miku melotot lalu,

"GYAAAAAAAAAAAAAAAA!" Miku berteriak sekeras-kerasnya begitu tahu didalam kostum itu ada manusia. Dengan wajah horror, Miku menatap kostum itu dari balik punggung ayahnya.

"Ada apanya, tuh?" seru Miku masih kaget. Ayahnya hanya bersikap tenang lalu berkata, "Itu hadiah untukmu," katanya.

"Dia itu putra tunggal teman lama ayah. Pengelola Crypton Land." Lanjut ayahnya. Eh? Miku lalu menatap sosok itu. Dan keluarlah seorang pemuda berambut biru dengan warna mata senada dengan kacamata yang kelihatannya tebal. Lalu pemuda itu melepaskan semua kostum robot itu.

"Namanya Kaito Shion. Mulai hari ini, ia akan tinggal bersama kitaa~" kata ayahnya. Miku lalu melotot.

"Hah? Tinggal bersama?" Miku menganga lebar-lebar menatap ayahnya dan Kaito secara bergantian.

"Be-bercanda, kan? Serius nih? Hey! Jangan tidur dulu!" Miku memprotes ayahnya yang langsung tiduran di sofa dan tidak berkata apa-apa lagi.

"Huh. Ayah selalu melewatkan bagian pentingnya...," gerutu Miku.

"Biar aku yang jelaskan." Suara berat Kaito membuat Miku menoleh kerahanya,


3 hari yang lalu...

"Sambil menunggu keadaan, tinggal saja dirumahku." Tawar seorang laki-laki bermarga Hatsune pada seorang pemuda berambut biru.

"Tidak usah. Nanti merepotkan." Katanya.

"Tidak. Jelas tidak. Lagipula, kau tahu, dirumah ada seekor monyet kecil. Kalau kau mau mendidik dia, aku akan sangat tertolong." Kata laki-laki itu.


"... Begitulah ceritanya." Kata Kaito mengakhiri ceritanya. Miku mengangguk-angguk,

'Monyet kecil?', tanya Miku heran dalam hati. Perasaan ayahnya sama sekali nggak memelihara binatang apapun kecuali Nekoi, kucingnya.

"Tapi ternyata, memang ada monyet kecil ya," suara Kaito menyindir membuat Miku sadar kalau ia masih mengenakan celana dalam saja.

"GYAAAAAAAAAA! Ja-jangan lihat, bodoh!" teriak Miku sambil berusaha menutupi bagian tubuhnya yang terbuka dengan wajah memerah karena malu. Kaito berbalik dengan sikap tidak peduli lalu menatap Miku dengan ekor mata,

"Huh, sejujurnya aku juga tidak mau berurusan dengan manusia rendahan macam kau. Tapi aku berhutang pada ayahmu... Jadi aku akan jadi guru privat yang sebaik-baiknya." katanya dingin lalu melanjutkan sambil berlalu, "Mohon bantuannya, Miku." Lalu pergi begitu saja. Miku ternganga.

"Apa-apaan sih dia! Nggak sopan!"


...

...

Miku Hatsune masih tertidur lelap dikamarnya, lengkap dengan selimut dan menyelubungi dirinya. Saat dirasakannya sesuatu menarik-narik selimutnya.

"Mmm... Nekoi?" panggil Miku dengan suara parau sehabis bangun tidur. Lalu ia memposisikan dirinya telentang sebelum tiba-tiba sebuah wajah mendarat diatas wajahnya sendiri,

"Kalau tidak segera bangun, nanti terlambat lho..." bisik suara itu. Miku yang sedang mengumpulkan nyawanya yang melayang-layang, langsung melek sempurna mendengar suara ngebass itu.

"HUWAAAAA!" teriak Miku saat menyadari sosok itu adalah Kaito Shion,

"Nggak sopan banget sih masuk kekamar cewek! Kurang ajar!" teriak Miku kesal. Kaito mengacuhkannya lalu berjalan keluar kamar,

"Baguslah kalau kau sudah bangun. Kamarmu ini kayak sarang monyet." Komentarnya lalu keluar dari kamar Miku dengan sikap acuh membuat Miku menggigit bibirnya sebelum berteriak,

"Nyebeliiiiin!" teriaknya lalu melempar bantalnya kearah pintu.


Miku berjalan turun tangga dari kamarnya. Lengkap dengan seragam sekolahnya dan rambut yang masih acak-acakan belum disisir. Wajahnya ditekuk sebal. Tapi ekspresi itu berubah menjadi kagum begitu melihat segala jenis makanan yang kelihatannya enak sekali diatas meja makan itu.

"Waah..." Miku melihat semua makanan yang kelihatannya enak itu. Ada sup miso, ikan tuna bakar, kol sushi dan nasi putih tersaji dan kelihatannya masih panas.

"Ayo, Miku... dimakan makanannya. Enak sekali lho! Kaito yang membuatnya," kata Meiko dengan ceria. Miku langsung merubah ekspresinya menjadi melongo,

"I-ini dia yang bikin?" tanyanya tidak percaya. Meiko mengangguk-angguk,

"Waah... hebat," komentar Miku lagi dengan sikap kagum. Kaito lalu datang dengan handuk ditangannya.

"Ini sebagai tanda terima kasih," katanya singkat.

"Dan Miku," Kaito menatap Miku yang masih terkagum-kagum itu dengan tatapan nanar,

"Kalau mau makan, jangan lupa bilang 'selamat makan' lalu tangannya begini." Katanya sambil menelungkupkan kedua telapak tangannya. Miku lalu merasa ada batu besar bertuliskan 'pecundang' jatuh keatas kepalanya dan hancur berkeping-keping. Oke, lebay. Nggak segitunya.

"A-aku nggak mau makan! Nggak butuh!" kata Miku dengan kasar meraih tasnya. Kaito memerhatikannya lalu mengambil secangkir susu panas dan memberikannya pada Miku,

"Setidaknya minum susu. Mubazir nih." Katanya dengan tatapan mengintimidasi. Miku lalu kembali tercengang dengan kedutan kesal didahinya.

Orang ini... Kaito Shion, sungguh-sungguh sangat menyebalkan!


Halte Bus itu sudah ramai dipenuhi berbagai orang—guru, anak sekolahan, anak kuliahan bahkan sampai orang kantoran—Miku lalu mendengus kesal dan mengambil ikat rambutnya. Kejadian pagi ini pokoknya sungguh-sungguh membuatnya kesal. Kaito telah menghancurkan paginya yang indah menjadi Neraka!

"Haah, mana bisa aku tinggal bersama orang kayak gitu...?" gerutu Miku lalu mulai mengikat rambutnya dengan ikat rambut tadi.

"Ah...," ikat rambut Miku tiba-tiba terjatuh dari tangannya. Saat hendak mengambilnya, sebuah tangan lain mengambilnya.

"Pagi, Hatsune." Sapa pemilik tangan itu. Miku mendongak dan matanya langsung melebar,

"Pa-pagi, Kiyoteru!" balas Miku terbata-bata. Dalam hati ia girang setengah mati karena pagi ini bisa menunggu bus sama-sama. 'Untung banget!', batin Miku.

"Ini punya Hatsune?" tanya Kiyoteru sambil tersenyum. Kalau Miku bisa meleleh, mungkin sekarang dia sudah meleleh melihat senyuman lelaki itu.

"Iya... hehe, aku bikin sendiri." Cengir Miku.

"Wah, hebat. Ini lucu, ya." Kata Kiyoteru hangat lalu mendekatkan didirnya pada Miku dan menimbulkan efek dag-dig-dug kencang pada jantung Miku.

"Sini, aku pakaikan... Cocok sekali, lho." Kata Kiyoteru sambil mengikat rambut Miku dengan ikat rambut tadi yang membuat Miku membeku ditempatnya dengan wajah memerah dan menahan napasnya.

'Ah... Kiyoteru baik sekali. Berbeda sekali dengan orang itu!', batin Hatsune mengingat wajah Kaito yang menyebalkan sekali dimatanya.

'Huh, kalau saja Crypton Robot Land nggak ditutup, aku bisa berikan tiketnya sekarang kan?', batin Miku sambil mengepalkan tangannya sebelum tiba-tiba Kiyoteru menjauh,

"Hasyu!" Miku menatap laki-laki itu lalu mengerjap,

"Kiyoteru sakit?" tanya Miku. Kiyoteru lalu mengambil tissue dan menyeka hidungnya.

"Kalau leherku kedinginan, aku gampang pilek. Sepertinya aku harus beli syal baru," jelas Kiyoteru.

"Atau... minta buatkan pada Hatsune yang terampil saja, ya?" lanjutnya sambil tersenyum lembut. Miku membalas senyuman itu dengan hati yang berbunga-bunga.

'Akan kubuatkan!' seru Miku dalam hati.

Malam hari di kediaman keluarga Hatsune...

Benang wol, jarum rajut dan buku tata cara merajut terlihat berantakan dikamar sofa sebuah kamar yang tampaknya sedang sibuk itu. Gadis berambut hijau tosca menatap kosong semua peralatan itu. Lalu berteriak putus asa,

"Aaaah! Gimana nih? Nggak ngerti!" teriaknya dengan sikap putus asa sambil melempar benang wol yang ada ditangannya.

"Aku nggak pernah melakukan hal yang kecewekan begini sih...," gerutu Miku sambil mengambil buku tata cara merajut tadi dan membacanya sepintas,

"Gimana sih? Gini? Begini?" Miku yang kesal sendiri akhirnya mencoba-coba sendiri cara merajut sebelum dirasakannya hangat tubuh seseorang menerpanya dari belakang,

"Sedang melakukan hal yang tidak biasanya, ya?" orang itu menatap jarum dan benang wol yang ada ditangan Miku. Miku tersentak lalu menoleh kebelakang,

"Kau lagi! Ngerti konsep mengetuk pintu nggak, sih? Sudah sana, kalau cuma mau meledekku, pergi!" usir Miku kesal. Kaito menatapnya lalu mengangkat bahunya,

"Iya iya...," balas Kaito lalu mulai beranjak dari sana. Miku memerhatikan Kaito dan buku yang dipegangnya bergantian, lalu menghela nafas dan menutup buku itu,

"Ano... Kaito? Bisa ajarkan aku?"


"Sebenarnya ini awal yang bagus untuk Miku, sih. Tapi kenapa tiba-tiba kau mau belajar merajut syal?" selidik Kaito sambil mengambil benang wol merah dan melirik Miku yang menelan ludahnya lalu berkata malu-malu,

"Ano... Mau kuberikan pada cowok yang kusuka...," kata Miku sambil ber-blushing-ria. Kaito menatapnya datar lalu kembali menatap benang wol ditangannya,

"Berat tuh." Komentar Kaito yang langsung membuat roh Miku melayang dari mulutnya mendengar komentar setajam silet itu dari Kaito.

"Huuh! Memang apa salahnya, sih?" bentak Miku tidak suka pada Kaito yang anteng mulai merajut syal tersebut,

"Habisnya... Kiyoteru...," Miku tiba-tiba merubah nada suaranya menjadi jauh lebih lembut dari sebelumnya,

"Sewaktu aku mabuk kendaraan, ada orang baik hati yang menolongku. Aku hanya melihatnya sepintas sih. Tapi sosoknya tertanam kuat dalam ingatanku...," kata Miku dengan sikap menerawang,

"Dan saat aku melihat Kiyoteru, aku merasa aku telah menemukannya, aku sangat... sangat berdebar-debar." Kata Miku sambil meletakan kedua tangannya didadanya.

"Makanya itu, aku ingin membahagiakannya sebisaku. Karena Kiyoteru-lah yang telah mengajarkanku kebahagiaan ini..." kata Miku dengan tatapan lembut. Kaito tertegun melihat gadis serampangan itu tiba-tiba berubah jadi semanis itu.

"Yah. Lakukan saja deh apa yang kau suka." Kata Kaito sambil merajut lagi dan tidak menanggapi curhatan Miku tadi. Miku mendengus. Dia sama sekali nggak peduli. Biarin deh., batin Miku. Lalu matanya beralih ke benang wol dan jarum yang dipegang Kaito. Laki-laki itu merajut dengan terampil dan rapi membuat Miku kembali terkagum-kagum.

'Dia benar-benar bisa melakukan segalanya dengan mudah,' batin Miku lalu menatap ekspresi laki-laki itu yang sama sekali tidak berubah.

Nggak pedui dengan orang lain... hanya mengerjakan tugasnya sendiri...

Seperti robot,

Yang dingin dan tanpa emosi...


Ctik... ctik... ctik...

Jarum jam itu terus berdetik seiring berjalannya waktu. Kaito Shion terbangun dari tidurnya. Dia memang selalu bangun pukul 4 pagi untuk menyiapkan sarapannya sendiri dan juga merupakan kebiasaan. Saat itulah didengarnya suara yang tidak biasa,

"Ugh! Salah!"

Kaito mengerjap lalu mengikuti arah suara itu dan mendapati Miku Hatsune masih melek dan belum tidur. Gadis itu sedang sibuk merajut. Dari kejauhan saja, Kaito bisa melihat lingkaran hitam disekitar mata Miku.

'Ternyata gadis itu benar-benar ingin membuat pria itu bahagia', batin Kaito saat melihat kesungguhan Miku merajut itu. Miku tampaknya tidak sadar ada Kaito sedang memerhatikannya. Dia terus saja merajut seperti orang kesetanan. Kaito menghela nafas lalu berjalan kearah dapur.

"Aaah, aku ngantuk!" keluh Miku sambil menyandarkan kepalanya di lengan sofa. Tiba-tiba ia mencium wangi yang enak,

"Hm?" Miku berdiri dari sofa dan mencari darimana aroma itu berasal. Lalu ia mendapati secangkir susu panas diatas counter dapur. Miku tersenyum lalu menyesap susu itu perlahan,

'Enaknya... susu manis buatan bibi Meiko, ya?' batin Miku sambil tersenyum. Lalu dia mendapati secarik kertas dibawah cangkirnya dan membaca tulisannya,

'Khasiat susu panas, dapat membuat rileks dan mudah tidur. Membuat badan menjadi hangat.'

Oh...

Miku langsung menatap pintu kamar Kaito. Rupanya dia, toh.

Miku menatap benang wol ditangannya lalu menganggguk semangat, "Oke. Akan kuselesaikan."


Pagi yang cerah. Matahari bersinar tidak terlalu panas namun menghangatkan penduduk bumi yang baru saja bangun dan bersiap menjalankan aktivitas hari ini. Seperti gadis berambut hijau tosca itu misalnya,

"Kiyoteru!" panggil gadis itu sambil berlari dengan sebuah kantung ditangan kirinya. Sosok yang dipanggil menoleh.

"Ah, pagi Hatsune. Ada apa? Tumben datang pagi." Kata Kiyoteru sambil menatap Miku dengan heran. Miku mengatur nafasnya yang memburu karena berlari tadi lalu tersenyum,

"Hehe. Iya. Ada yang mau kuberikan pada Kiyoteru!" kata Miku. Kiyoteru mengangkat kedua alisnya,

"Oh ya? Apa itu?" tanya Kiyoteru. Miku lalu menyerahkan kantung yang dibawanya.

"Ini! Aku ingin Kiyoteru menerima ini!" kata Miku ceria. Kiyoteru tersenyum menatap kantung itu lalu menatap Miku, "Aku buka ya?".

"Oh..." Kiyoteru menatap syal yang dibuat Miku dengan kagum, "Hebat! Hatsune bikin sendiri?" tanya Kiyoteru. Miku mengangguk-angguk bangga,

"Iya! Ka-kamu mau menerimanya, kan?" tanya Miku dengan wajah memerah antara senang dan malu. Kiyoteru lalu mengangkat sebelah alisnya lalu tertawa pelan,

"Eh, aku nggak butuh ini kok," kata Kiyoteru membuat Miku berhenti tersenyum.

"Eh?" Miku mengerjap tak percaya apa yang baru saja didengarnya,

"Lagian," Kiyoteru mengangkat syal itu. Menatapnya dengan lucu lalu kembali menatap Miku,

"Aku nggak sangka akan benar-benar dibuatkan...," lanjutnya. Miku tertegun menerima respon yang tak pernah ia harapkan ini.

"Siapapun tahu," Kiyoteru melanjutkan kata-katanya,

"Hadiah seperti ini berat, kan?"

Berat...?

Miku menganga kecil lalu tertawa lirih. Ia kecewa. Sangat kecewa.

"Haha... be-begitu ya... aku jadi malu...," kata Miku sambil menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

Memangnya... perasaan suka, harus ditimbang beratnya?

Padahal aku hanya ingin membuatnya senang...

Takut... jatuh cinta pada seseorang...

Ternyata menakut—

"Waduh...," suara yang sangat Miku kenal tiba-tiba muncul dan sebuah tangan langsung mendekap kepala Miku dengan lembut. Membuat air mata Miku tidak terlihat oleh Kiyoteru.

"Rajutannya masih berantakan!" kata Kaito Shion sambil mengambil syal yang Miku buat dari tangan Kiyoteru.

"Dipegangnya juga masih kasar. Butuh latihan lagi nih!" kata Kaito lagi.

"Hey, jangan bilang begitu dong. Kasihan Hatsu—"

"Kasihan?" Kaito memotong perkataan Kiyoteru lalu menatap laki-laki itu tajam,

"Padahal kau tidak merasa kasihan sedikitpun kan?" bentak Kaito. Tidak siap menerima bentakan, Kiyoteru melotot kaget. Begitu juga Miku yang pertama kali mendengar bentakan Kaito.

'Kenapa?', Miku membatin dibalik tangan Kaito yang mendekap kepalanya,

'Kenapa? Dia kan nggak peduli pada orang lain?'

"Jangan bicara seenaknya kalau tidak tulus." Lanjut Kaito. Menatap dengan berani Kiyoteru yang masih terdiam ditempatnya,

"Kau jangan seenaknya menginjak-injak perasaan anak ini, yang sudah setengah mati berjuang untuk membahagiakanmu!" bentak Kaito lagi masih sambil mendekap Miku yang kini meringkukan kepalanya didada Kaito.

"Ingat dikepalamu, hargailah perasaannya!" kata Kaito lagi.

'Orang sedingin ini... bisa seemosional ini? Karena aku?' batin Miku menatap dagu laki-laki itu dengan tatapan kaget.


"Kaito!" panggil Miku. Hari sudah sore saat mereka kembali kerumah. Kaito yang habis mandi menatap dengan tatapan bertanya pada Miku yang menatapnya dengan wajah memerah namun tetap mengerutkan dahinya dan suaranya bernada galak,

"Sini!" panggil Miku. Kaito mendekatinya lalu tiba-tiba Miku mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya.

"Ini." Kata Miku sambil menyerahkan sebuah penghangat leher rajutannya sendiri dengan kedua tangannya. Kaito menatap penghangat leher itu dengan tatapan bertanya,

"Kalau mau dibuang juga silakan saja. Aku membuatnya untuk kepuasanku sendiri." Kata Miku. Kaito meraih penghangat leher berwarna biru aqua tersebut.

"Tadi... aku jadi lega. Berkat kau." Kata Miku sambil tersenyum .

"Terima kasih ya!" kata Miku sambil tersenyum lebar. Kaito menatap senyum itu lalu menatap penghangat leher yang diberikan gadis itu.

"Begitu ya?" Kaito menganggukan kepalanya.

'Kupikir dia orang yang seperti robot. Ternyata aku salah,' batin Miku sambil nyengir-nyengir tidak jelas lalu menatap Kaito yang masih melihat hasil rajutannya,

'Dia orang yang hangat kok. Bolehkah aku berpikir begitu?'


"Kerahkan seluruh tenagamu." Perintah Kaito sambil menyilangkan tangannya melihat Miku yang sedang memeras baju yang baru saja dicucinya dengan wajah tersiksa,

'Kutarik kembali kata-kataku! Ternyata dia memang berdarah dingin!'

"Aku mau beli deterjen dulu. Awas kau. Jangan malas-malasan." Kata Kaito lalu pergi dari kamar mandi. Miku menghela nafas. Mana Kaito yang baik kemarin?

Saatnya kabur!

Miku melempar baju yang tadi dicucinya dengan sembarangan lalu beranjak dari kamar mandi sambil berjingkat-jingkat, menuju pintu kamar mandi.

Dan saat itulah dilihatnya Kaito hendak pergi dengan penghangat leher yang dibuatnya. Miku tertegun dengan wajah sedikit memerah lalu jantungnya kembali berdebar-debar,

'Cowok yang dingin seperti robot, kalau hatinya disentuh bisa jadi hangat nggak ya?', batin Miku bertanya-tanya sambil tersenyum lembut menatap Kaito yang berjalan keluar rumah.

*TBC*

HHHHH APA INI =='; #PLAK

Kaito : Gue disini cool abiiis #pasang muka sogan

Author : Mau banget?

Miku : Kiyoteruuu TwT

Kaito : Miku jangan nangisin dia. Kamu nangisin ketampananku aja #plak

Miku + Author : ... #gebukin Kaito

OKE, REVIEWNYA YAA QwQ #puppeh eyes (?) Kritik yang membangun sangat dibutuhkan~ NO FLAME~ o