"Mero mero merrow!" Ujar wanita Shichibukai itu.

Ia mencoba menghipnotis sang pujaan menjadi batu. Jika doi jadi batu, maka ia tidak perlu berpikiran macam-macam, karena laki-laki itu pasti menyukainya.

Namun nihil.

Hati lelaki itulah yang sudah jadi batu dari awal.

"Apa yang kau lakukan?" tanya lelaki yang sedari tadi dimantra-mantrai, Luffy.

Hancock, atau wanita Shichibukai tercantik itu menggeleng lembut. "Ah bukan apa-apa kok, Luffy. Apa kau sudah siap untuk pergi ke Impel down?"

Luffy langsung mengangguk mantap sembari tersenyum riang.

"Damn, senyumanmu itu."

.

.

One Piece © Eiichiro Oda

Story © Ayuha chaan

Maybe

AU with OOC

Miss, typo(s), etc

Please leave a review after u read this troublemaker story

But

If u don't like this

Please don't read this

.

.

Di kerajaan Amazon Lily.

Jemari lentik gadis cantik itu tertempel di pipinya. "Ketika di kapal perang, berarti aku hanya akan berdua bersama Luffy!" ucapnya gila.

"Jangan gila, Hebihime!" teriak wanita tua yang seenak udelnya memasuki kamar pribadi Hancock tanpa permisi.

"Nyonba! Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Hancock.

Nyonba menaruh pantatnya pada kursi hampa di depan ranjang Hancock. "Bukan hal yang penting."

"Apa kau benar-benar menyukai dia? Monkey D. Luffy?" tanya Nyonba kembali.

Ronaan langsung menyelimuti pipi mulus Hancock. Kembali, tangannya menempeli pipinya. "Nyonba, kau tahu saja."

"Tentu saja aku tahu. Kau mirip sepertiku dulu saat terkena penyakit cinta."

"Menurutku cinta bukanlah penyakit," elak Hancock. "Walaupun penyakit, aku senang memilikinya," Pernyataan gila gadis cantik itu pun membuat guratan merah kembali menyebar di pipinya yang putih.

Dengusan terdengar dari bibir Nyonba. "Jadi, mengapa kau menyukainya?"

Hancock langsung menurunkan tangannya dari pipinya. "Luffy sangat baik."

"Hanya itu? Apa semua yang baik akan kau sukai?" Nyonba ngerocos.

"Ah tidak. Bukan itu maksudku. Memang sih kalau Luffy itu sangat baik. Tapi, baiknya Luffy itu melebihi besarnya red line!" manik Nyonba sudah bosan mendengar ucapan gila dari wanita itu.

"Y-ya. Dia juga perhatian walaupun sedikit bodoh dan ceroboh," ucapnya tulus.

Nyonba mulai tertarik dengan kata-kata yang sudah dirangkai oleh Hancock.

"Apalagi ketika aku mendengar kalau ia tidak membenci budak Tenryuubitou sepertiku. Entahlah, baru kali ini aku merasa senang mendengarnya," senyuman yang biasanya memancarkan aura kecantikannya, kini tampak murni. Nyonba pun ikut-ikutan tersenyum ketika melihat Hancock segembira itu.

Hancock pun bangkit dari duduknya di ular miliknya. Kaki jenjang mulusnya menuju lemari pakaian. "Bahkan yang dia benci hanyalah Tenryuubitou, yang dulunya yang sudah memperbudakku. Dia bagaikan ksatria yang sudah membawaku dari alam kegelisahan. Mendengarnya mengucapkan hal itu, membuatku merasa terselamatkan," ucap wanita cantik itu sebelum akhirnya membuka lemari pakaian miliknya.

'Cinta memang badai. Tapi membawa sinar keberuntungan untukmu, Hancock,' ujar Nyonba di dalam hatinya sembari tersenyum memandangi gadis indah itu yang tengah memilah baju yang akan ia kenakan nanti.

"Apakah cinta memberimu kerumitan?" tanya Nyonba singkat.

Hancock menggeleng. "Justru aku berpikir aku beruntung. Ketika melihat mata setiap lelaki yang mengarah kepadaku adalah mata-cinta, aku mulai merasa muak kepada lelaki. Karena lelaki hanya akan menyukai wanita dari luarnya saja. Namun, Luffy mengajarkanku satu hal."

Hancock mengambil satu pakaian dan mengeluarkannya dari lemari. "Bahwa cinta bisa muncul walau tanpa memandang keindahan luar semata," Hancock pun membuka bajunya. "Nyonba kau tahu 'kan, Luffy itu tidak pernah tertarik dari awal kepadaku," Nyonba pun menganggukkan kepalanya tanda setuju.

"Namun akulah yang akhirnya terjatuh padanya."

"Manis sekali, wanita yang sedang jatuh cinta," ujar Nyonba mengomentari dengan singkat.

Hancock terkekeh sejenak, lalu memasukkan tubuh rampingnya ke dalam baju yang sudah ia pilih tadi. "Itulah mengapa, Luffy sudah membuatku sadar. Kecantikan bukanlah segalanya."

Nyonba pun bangkit dari duduknya. Ia berbalik arah. "Baiklah Hebihime. Selamat bersenang-senang bersama anak itu dan cintamu yang tak terdefinisikan itu," dan Nyonba pun mulai melangkahkan kakinya.

"Cintaku terdefinisikan, Nyonba!" teriak Hancock yang membuat Nyonba berhenti melangkah.

"Sepanjang itu mungkin penjelasannya. Namun cintaku terdefinisikan, sungguh," ucap Hancock membela cintanya. "Definisi cintaku itu mudah."

Suara ranjang yang berdecit, tanda Hancock tengah menduduki ularnya yang berada di atas ranjang milik wanita itu. "Karena Luffy itu sangat indah."

Manik milik Nyonba membuka dengan lebarnya setelah mendengar ucapan Hancock yang tidak ia percayai akan muncul dari bibir gilanya.

Jemari lentik yang mulus itu pun menutupi seluruh wajah mulus Hancock. "Aku jatuh cinta pada senyuman indahnya," ucapnya yang membuat Nyonba makin membukakan maniknya.

"Apalagi ada satu hal yang membuatku sadar kenapa aku bisa jatuh pada Luffy. Luffy sudah menyadarkanku pada hal itu," Nyonba merasa bingung dan ingin tahu, lalu ia membalikkan wajahnya untuk bertatapan dengan Hancock.

Hancock menurunkan jemarinya dan menampilkan wajah cantiknya yang auranya semakin cantik karena terbalur senyuman indah yang polos. "Bahwa aku tidak sendiri."

Nyonba pun tersenyum sekilas. Ia lalu membalikkan wajahnya dan benar-benar berlalu. Ia akan membiarkan wanita yang sedang jatuh cinta itu berimajinasi dengan cintanya itu.

'Cinta itu badai,' ujar Nyonba dalam hati.

END

O WA RI

LuffyxHancock, anyone?

Fanfict pertama di One Piece

Maafkan saya jika ide dan ceritanya tidak menarik. Saya masih tahap pembelajaran buat cerita hehe. Maafkan diksi, alur, dll yang malah memperjeleknya.

Karena saya tidak begitu tahu dimana letak kesalahan dan lainnya. Saya mohon review di kotak review dari para senpai, arigatou ^^

O MA KE

"Luffy-chan, jangan lupa ke sini lagi yaa."

"Luffy-sama, jangan lupakan kami yaa."

"Luffy, bawalah teman-temanmu lain kali saat kau kemari yaa."

Begitulah acara perpisahan mereka dengan Luffy, laki-laki satu-satunya yang terdampar di sana.

Wanita Shichibukai itu pun berjalan dengan anggunnya. Ia mulai memikirkan berbagai macam imajinasi ketika ia sudah sampai di sana. Ia lalu menaiki salah satu ular raksasa di sana.

"Maaf karena perjalanannya mendadak, Hebionna."

'Luffy memanggilku? Serius?'

Wanita indah itu lebih memilih bungkam karena kesenangannya.

"Oi kau. Itu panggilan yang tidak sopan! Panggil dia Hebihime-sama!" suara bisingpun terdengar karena tengah meralat omongan Luffy yang dianggap tidak sopan dan kasar. Luffy pun masih kebingungan dengan mereka semua.

'Ah dasar mereka. Kalau Luffy memanggilku seperti itu, aku yang tidak sopan. Aku sangat ingin dia memanggilku dengan satu nama,' ujar wanita itu dalam hati dengan riangnya.

Wanita cantik itu pun menatap Luffy. "Panggil aku Hancock."

Dan Hancock pun berlalu untuk menaiki kapal bajak laut Kuja.

Luffy pun mengarahkan wajahnya ke arah Hancock. Manik hitamnya tampak ceria. "Ah, baiklah, Hammock."

Manik biru yang tadinya bergulir ke arah samping, kini menutup. "Aku Hancock."

"Ya, Hammock."