Disclimer's : Masashi Kishimoto - Naruto. And Ichie Ishibumi - High School DxD.
El-Namikaze no Baka. Mempersembahkan...
Before RE:
Warning : Time Travel, One Shoot, AU, GaJe(may be), Android, OOC,
.
.
.
.
.
.
.
Tokyo, Japan - 10 Oktober 2014.
Gemerlap lampu gedung-gedung bertingkat menghiasi malam ini. Sama seperti malam-malam sebelumnya di salah satu distrik di kota Tokyo. Para penduduk berlalu-lalang layaknya gerumunan semut, untuk memenuhi segala kebutuhan yang mereka inginkan. Mulai dari pengantin baru, sepasang kekasih, sampai jones... Berkeliaran memadati pusat perbelanjaan bernama Konoha Down Town.
"Apakah barang ini untuk hadiah?" Seorang pelayan toko bertanya dengan senyum manis di wajah, kepada seorang pemuda bersurai pirang yang nampak ragu untuk menjawab pernyataan pelayan tersebut.
Selang beberapa detik, pemuda itu menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal sebelum menjawab. "Et-to. Ini memang untuk hadiah ulang tahun."
"Kalau begitu mohon tunggu sebentar." Dengan senyum ramah yang setia terpatri di wajah, pelayan wanita itu membungkus sebuah jam tangan putih dengan kertas kado cantik berwarna perak. "Ha'i" tidak memakan waktu lama, pelayan itu menyerahkan kotak terbalut kertas kado cantik tersebut, kepada pemuda pirang itu.
"Arigatou Gozaimasu." Pemuda pirang itu membungkuk hormat, sebelum berjalan santai meninggalkan toko tersebut.
"huh," Naruto duduk bersandar di sebuah bangku toko. Dirinya benar-benar bosan dengan hal ini. Entahlah... Sudah beberapa tahun ini, dirinya selalu melakukan tingkah konyol tersebut. Tepat di hari ulang tahunya sendiri, pemuda itu membeli sebuah barang dan membungkusnya rapi dengan kertas kado plus kartu ucapan selamat ulang tahun yang bertuliskan...
'Selamat ulang tahun diriku.'
Mungkin terdengar ganjil dan aneh tapi memang ini'lah kenyataanya. Pasca terdampar di kota ini... Dirinya tidak memiliki siapa-siapa. Jangankan teman, jumlah kenalanya saja bisa di hitung jari.
5 Tahun hidup di Tokyo yang dilaluinya sendirian. Naruto sebatang kara, dirinya kesepian, tanpa teman, tanpa saudara. Walaupun dalam lubuk hatinya ingin bersosalisasi... tetapi tetap saja otaknya tidak mau menjalin hubungan yang menurut pandangan matanya merepotkan.
"A-ano." Naruto memalingkan wajahnya ke kiri menanggapi sumber suara di dekatnya.
"..." Iris biru seindah samudra itu membeku, kedua pipi berhiasakan guratan halus itu menyemburkan sedikit rona merah, tiba-tiba saja tubuhnya merasa panas!
Surai platinum berkilau seperti perak, wajah oval sempurna tanpa keriput sedikit'pun, kulit putih bersih seperti susu segar, tatapan polos dari iris ungu pudar yang menggemaskan, dan gaun putih membalut lekuk tubuh nomer wahid yang menggairahkan!
'ka-kawai.' Naruto benar-benar bersyukur bisa melihat gadis secantik dan sebohai ini! Apakah ini adalah Malaikat kiriman dari Jashi-sama, atas segala do'a-do'anya selama ini!? Terpujilah Jashin-sama! Ini adalah anugrah terindah bagi JONES selevel Naruto.
Merasa diperhatikan secara berlebih gadis platinum itu menggerakan kedua telapak tanganya di depan wajah Naruto. Walau'pun pemuda Jones itu tidak merespon sedikit'pun. "Naruto-san?"
"Y-ya?" Suara halus bernada merdu itu membangunkan Naruto dari fikiran nistanya. Pemuda bernama lengkap Namikaze Naruto itu langsung menegakan tubuhnya.
Tapi tunggu dulu!
Na-naruto-san?
Kenapa gadis cantik itu mengetahui namanya? Selai itu kenapa gadis bak model internasional itu mengenal dirinya!? Padahal Naruto yakin, benar-benar yakin! Kalau dirinya tidak mengenal, bahkan baru pertama kali bertemu gadis cantik itu. "Etto... Sepertinya kita belum pernah bertemu?" Naruto memicingkan matanya.
"he he he" Gadis itu tertawa kikuk. "Benar juga. Perkenalkan namaku Rossweise." ucap sang gadis seraya membungkuk.
'Ah~ jadi namanya Rosseweis ya? Nama yang indah~' Lagi-lagi Naruto tenggelam dalam dunia khayala tingkat tingginya.
"Sampai jumpa Naruto-san, kita pasti bertemu lagi." Gadis bernama Rossweise itu membisikan kalimat tersebut sembari membelai lembut pipi bergaris milik Naruto, sebelum pergi berlalu.
"..." Hanya dapat mematung menanggapi prilaku dan perkataan gadis manis itu, Naruto benar-benar syok sampai-sampai dirinya tidak dapat berkata sedikit'pun. Dan jangan lupa dengan semburan rona merah pada wajahnya.
"I-ini pasti mimpi."
.
.
.
.
.
.
.
.
Slurup~
Semangkuk Ramen jumbo tandas dilahap oleh pemuda kuning itu. Kini disalah satu meja putih milik restoran yang ramai dikunjungi pelanggan, Naruto duduk santai dan bersiap kembali menikmati ramen dalam mangkuk ke-duanya. Akan tetapi tiba-tiba dirinya kembali membeku, karena direksi pandanganya menangkap sesosok gadis platinum yang beberapa saat lalu meninggalkannya di depan toko.
"Naruto-san" Rossweise berjalan mendekat sembari melambaikan tanganya kepada Naruto. Senyum manis terpatri di bibir pink alaminya.
"Y-yo!' Naruto menjawab gugup. Ia bahagia sekaligus malu kepada gadis yang beberapa waktu lalu membelai wajahnya.
"Apakah Naruto-san menyukai ramen di sini?" tanya gadis itu polos.
"Hehehe. Ya sejujurnya setiap tahun aku pergi ke sini untuk memakan ramen dan merayakan ulang tahunku."
"Sou ka? Jadi sekarang hari ulang tahun Naruto-san?" Gadis itu mengangkat tanganya, mengisyaratkan kepada seorang pelayang untuk membawa daftar menu. "Ini juga hari ulang tahunku."
Deg!
"Be-benarkah?" Sungguh sebuah keberuntungan. Di hari ulang tahunya Naruto ditemani seorang gadis cantik yang juga berulang tahun hari ini.
"hu'um." Gadis itu menaruh telunjuk di bibir mungilnya menambah kesan imut ketika ia melihat-lihat daptar menu yang diberikan seorang pelaya.
"Ini."
"Ini... Ini."
"Ini, ini, ini dan ini." Jari telunjuk gadis itu menunjuk ke buku menu memilih beberapa menu yang Naruto yakini tidak sedikit jumlahnya.
"Ka-kau benar-benar memesan itu semua?" Gadis bernama Rossweise itu hanya mengangguk imut, tanpa menyadari tatapan tak percaya dari Naruto. 'Gila! ini cewek manusia atau monste?' Batin sang Uzumaki ngeri. Karena selera makan gadis cantik itu benar-benar jumbo.
.
.
.
.
.
.
.
"I-ini mimpikan?" Naruto tidak henti-hentinya dibuat sweatdrop plus syok oleh gadis platinum di depanya. Namikaze muda itu menyakal semua informasi mustahil yang di sampaikan oleh matanya sendiri. Gadis bernama Rossweise itu benar-benar monster! Lihat saja seluruh hidangan yang dipesanya tadi tandas tak tersisa barang secuil'pun. Padahal semua makanan itu benar-benar banyak.
"Naruto-san ayo kita pergi." Gadis itu mulai berdiri dari bangkunya sembari mengangkat tangan mengisyaratkan agar pelayan memberikan tagihan harga atas seluruh makanan yang dipesan.
Seorang pelayang menyerahkan Bill ke pada Naruto. Tanpa melihat Naruto langsung saja membuka dompetnya. "Rossweise-san, biar aku saja yang membayarnya." Selayaknya seorang Gantleman Naruto langsung merogoh koceknya seraya melihat jumlah total dari Bill di tanganya.
'Ba-banyak sekali!' Batin Naruto frustasi. Tetapi dirinya telah terlanjur mengatkan kepada Rossweise; bahwa dirinyalah yang akan membayar. 'Uangku benar-benar terkusas.' Tangis nista pemuda kuning itu sembari membayangkan isi dompetnya akan tandas tak tersisa.
"Ano... Naruto-san biar aku saja yang membayarnya. Lagi pula ini adalah hari ulang tahunmu."
"Ta-tapi-" "Sudahlah Naruto-san. Lebih baik kamu tunggu diluar ok?" Naruto mengangguk pasrah dan berjalan keluar. Ada sedikit rasa bahagia karena dompet Gama-chan miliknya tidak akan kebobolan.
Lima menit menunggu tapi gadis bernama Rossweise itu tak kunjung keluar. Entah mengapa sebuah rasa cemas menaungi lubuk hati Naruto.
"Naruto-san ayo kabur!" Lagi-lagi pemuda Uzumaki itu dibuat melongo dengan kehadiran Rossweise yang tiba-tiba. Tapi apa maksudnya gadis itu? Lari? Lari dari apa?
Dan detik berikutnya Naruto melebarkan matanya, saat menyadari maksud perkataan dari Rossweise. 'Sial!'
"Hey jangan kabur! Kalian belum membayar makanan kalian!"
Tanpa memperdulikan teriakan dari Meneger tua restoran tersebut, Naruto dan Rossweise berlari sekuat tenaga menghinari kejaran pria tua tersebut.
"HEY BERHENTI! JANGAN LARI KALIAN!"
'Kenapa hariku sesial ini?' Mereka berdua terus berlari menghindari kejaran beberapa pelayan dan Manager Restoran itu.
"Maaf."
"Hei!"
"Maaf"
"Kalau jalan lihat-lihat!" Tidak sedikit sumpahan dan celaan yang didengar Naruto ketika pemuda itu berlari kencang sembari menarik lengan Rossweise dan menabrak kerumunan orang.
Masa bodo dengan celaan yang terpenting dirinya dan Rosseweise dapat menghindar dari kejaran orang-orang restoran. "Naruto-san belok kiri." Naruto mengangguk patuh. Mereka menyusup ke dalam kerumunan orang agar tidak ketahuan.
"huh. Lelah sekali." Naruto bernafas tersekal-sekal. Menghirup oksigen secara rakus untuk memenuhi kebutuhan paru-parunya.
"Naruto-san" Naruto menoleh dan langsung menangkap sebuah apel yang dilemparkan oleh Rossweise. Jari telunjuk gadis itu membungkam bibirnya sendiri. Mengisyaratkan agar Naruto diam dengan aksi 'maling apel' yang dilakukan dirinya.
Seutas senyum pasrah Naruto berikan. Gadis itu benar-benar jahil, setelah apa yang dilakukannya. Akan tetapi Naruto merasa nyaman dan hangat pada hatinya dengan semua tingkah laku dari gadis tersebut.
"HEI TETAP DISITU! JANGAN KABUR"
"Gawat! Ayo Ross-chan!"
"Ha'i." Mereka berdua tertawa, dan kembali bergandengan tangan, untuk melanjutkan aksi kejar-kejaran akibat ulah jahil (baca: makan gratis) gadis bernama Rossweise tersebut.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
-Naruto POV-
"Kita sampai!"
Aku Naruto Uzumaki Namikaze yang kini berada di halaman apartermenku. Eh? Tunggu dulu... Kenapa aku berada di sini? Bukankah aku berlari dengan Rosseweise menghindari para pelayan Restouran yang mengejar kami?
"Ross-chan ke-kenapa kita ke sini?"
"Huh? Inikan memang tempat tujuan kita" gadis cantik itu memasang raut wajah kesal yang terlihat sangat imut! Oh Jashin-sama apa kau berniat membuatku Over Dosis dengan tingkat keimutan super, gadis ini!?
All hail Ross-chan!
"Sebenarnya aku memang ingin ke sini." Aku bungkam seribu bahasa ketika Rossweis bergumam sendu. Hei hei! Kenapa kau jadi sedih sih? Apa ucapanku menyakitimu?
Sreg!
Tanpa aku sadari gadis itu telah berada tepat di hadapanku. Tangan putih seputih susu itu membelai lembut kedua pipiku. Tatapan mata berwarna ungu jernih miliknya penuh kesedihan yang kini menusuk mataku. Mendapatkan perlakuan seperti itu mau tidak mau membuatku syok sekaligus memerah padam.
Coba lihatlah mungkin wajahku sudah seperti kepiting rebus.
"Dulu ada seorang pria yang tinggal di tempat ini." Aku diam karena nampaknya gadis itu masih ingin melanjutkan ucapanya. Tapi seingatku cuma aku yang pernah tinggal di tempat ini, karena apartermen ini juga baru saja selesai di bangun 3 tahun yang lalu.
"Pria itu berkata padaku, kalau aku adalah gadis yang kasar." hei! Pria macam apa orang itu? Sampai-sampai gadis cantik nan manis ini disebut gadis kasar!? Ukh~ rasanya aku ingin menghajar pria itu.
"Dia juga berkata kalau aku itu terlalu banyak makan."
Ok untuk yang satu ini aku'pun setuju.
"Dulu aku pernah memukulnya seperti ini."
Buakh!
"Uhuk" Aku tersungkur ke lantai sembari memegang perutku yang teramat sakit. Gila! Kuat sekali pukulan gadis ini. Rasanya organ dalamku ada yang rusak.
"Ro-ross_"
Gomprang!
Aku membulatkan mataku saat bunyi pecahan kaca yang hancur terkena batu yang Ross-chan lemparkan.
Hei apa-apaan gadis ini? Apa maksudnya!?
"Aku benci pria yang tinggal di sini!"
Gomprang!
Gomprang!
Lagi-lagi gadis itu memecahkan kaca apartermen. Ini gawat! Aku tidak bisa membiarkan gadis itu terus-terusan memecahkan kaca. Pada kesemptan ke-4 aku mencengkram pergelangan tangan Rossweise. Gadis itu diam tanpa memberontak. Kedua mata indahnya memerah, seperti ingin segera menangis.
"Naruto-san maafkan aku, aku hanya melepas kekesalan ku kepada pria itu"
"Sudah puas?" tanyaku dia mengangguk pasrah dan lagi-lagi jari-jari lentik miliknya membelai halus kedua pipiku.
"Ayo kita pergi" aku mengangguk patuh dan dengan langkah seribu, Rossweise berjalan cepat sembari menggandeng tanganku erat-erat.
Dan ini membuatku memerah padam.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kita terus berjalan sambil bergandengan, tanpa aku ketahui arah tujuan dari gadis yang menggenggam tanganku. Sudah beberapa menit ini aku berjalan dengannya tanpa sepatah kata'pun yang keluar dari bibir tipis gadis itu.
"Nah. Inilah waktunya untuk pulang." ucap Rosseweise. Aku diam tak menanggapi perkataannya karena jujur saja, aku tak sanggup berkata apa'pun mendengar ucapannya yang entah mengapa membuatku sesak. Kami berhenti di depan anak tangga yang menuju ke stasiun kereta listrik bawah tanah.
"Naruto-san aku akan pergi tetaapi aku harap kau tak melupakanku." Gadis ini aneh. Mana mungkin aku bisa melupakan gadis cantik dan seimut dirimu? Huh tapi aku juga merasa sedih dengan kata perpisahan yang dia ucapkan.
Jadi memang harus berpisah ya? Sudah ku duga. Aku memang ditakdirkan tidak akan pernah punya teman atau'pun err... Kekasih.
"Ya aku tahu itu. Kalau begitu ini untukmu." Aku merogoh kantung celana jeans depanku. Ku sodorkan sebuah kotak kecil terbalut kertas kado silver dan berhiaskan pita cantik di atasnya. "Anggap saja ini adalah hadiah ulang tahunmu."
"Arigatou Naruto-san. Aku pasti akan selalu menjaga hadiah ini." Rossweise tersenyum manis. Senyum cantik yang benar-benar menyegarkan bak senyumanan Malaikat. "Dan ini juga hadiah untukmu." Dia menyodorkan sebuah kotak kecil berwarna oranye kepadaku. "Ini juga hari ulang tahun Naruto-san, bukan?"
Aku mengangguk dan tersenyum haru sembari menyimpan kotak hadiah yang Rossweis berikan padaku. Aku benar-benar bahagia! Baru kali ini ada yang memberiku hadiah ulang tahun. "Arigatou Ross-chan."
Kemudian Rossweise melihat arloji perak aneh pada tangan kirinya. Aku baru kali ini melihat arloji semacam itu. Pasti dia orang kaya ya? Hehehe.
"Sekarang pejamkanlah matamu. Jangan pernah membukannya sampai aku benar-benar pergi. Aku tidak ingin kepergianku dilihat olehmu." Aku mengangguk walaupun rasa aneh berdesir di hatiku. "Hitunglah sampai seribu setelah itu baru kamu boleh membuka matamu."
"Ha'i Ross-chan." Jawabku antusias. Samar-samar aku mendengar langkah kaki Rossweise mulai menjauh. Mungkin dia sedang menuruni anak tangga.
"Jangan buka matamu baka!"
"Hehehe. Tidak! Aku tidak membukanya percayalah."
"Ja-jangan bohong Baka! A-aku bisa melihatmu dari sini, dasar Baka!"
Hahaha dia benar-benar imut! Tapi walaupun begitu aku merasa kalau suara gadis itu seperti tertahan menahan tangis.
"Sekarang kau boleh membuka matamu."
Aku membuka matamu. Image pertama yang ku lihat adalah setetes air mata yang mengalir membasahi pelupuk mata gadis itu. Entah mengapa aku merasa De Javu dengan kejadian ini. Dan perlahan air mata'pun menetes di mataku. Aku tak sanggup melihat gadis itu menangis. Aku merasa kejadian ini pernah terjadi berulang-ulang dalam inggatanku, tetapi seingatku ini juga pertama kalinya bagiku.
"Aku harus pergi... Sejujurnya aku adalah Android ciptaanmu dari 100 tahun yang akan datang." Huh? Android? Masa depan? Pasti gadis ini terlalu banyak menonton film Sci-Fi.
Tanpa menganggap informasi itu benar aku mengangguk. "Baiklah kalau begitu hati-hati di jalan." Aku tersenyum sedih.
"Sampai jumpa Naruto-san." Dan gadis itu pergi berlalu hilang di persimpangan stasiun bawah tanah.
"Ya hati-hati di jalan." Kembali air mata mengalir di pelupuk mataku. Mengantar kepergiannya menuju waktu yang seharusnya dia berada.
"Android dan Time Travel ya? Sepertinya aku mempercayaimu Ross-chan."
.
.
The End...
A/N : huahahaha saya balik lagi dengan Fic One Shoot ke-dua! Berpairing : Naruto X Rossweise.
Gimana gaje kah? Anehkah? Atau jelekkah? Huah! Yang penting Reviewnya. sebagai tanggapan fic ini bagi saya.
Sampai jumpa Minna-san! :D
