author : SachiMalff
disc : they belong to themselves
pair : do kyungsoo – kim jongin (kaisoo) and others as cameo
warning : yaoi – manxman – bahasa ada yang tak baku – garing (di dedikasikan untuk ulangtahun uri Kyungsoo)
...
Separate
...
"Kyungsoo, bangun."
"..."
"Hey, Kyungsoo, bangun, kubilang."
"Hm..."
Chanyeol berdecak sebal. Ditariknya selimut yang menutupi tubuh mungil Kyungsoo. "Do Kyungsoo banguuuun! Kita ada jadwal pagi ini!"
Pemuda mungil di atas tempat tidur itu menggeliat malas. "Aku bahkan baru sejam tidur, hyung!"
Chanyeol mengangkat alisnya heran. "Kukira kau sudah terpekur di sana sejak jam sepuluh malam?"
Menggeram rendah, Kyungsoo membalas pertanyaan Chanyeol. "Bagaimana aku bisa tidur kalau Jongin terus mengirimiku pesan tak penting?"
Chanyeol tertawa pelan, "pantas saja."
Dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya, juga dengan mata yang masih menyipit malas, Kyungsoo mencoba bangun dari tidurnya. "Apanya?" tanyanya.
Seakan tak mengerti dengan reaksi yang diberikan dongsaeng-nya itu, Chanyeol kembali berujar. "Tentu saja, bukankah ini tanggal 12 Januari?"
Kyungsoo membulatkan matanya. "Oh crap! Pantas saja Jongin terlihat dalam mood yang tak baik."
.
.
.
Flashback
21.02 waktu Barcelona
"/at/jonginiekji : hyung /at/kyungiedodyo ! Kenapa mention-ku yang terakhir tak kaubalas?!"
Kyungsoo, dengan malas, menjawab mention dari Jongin. "Tenggelem sama mention fans, sori, Jongin."/at/jonginiekji : hyung /at/kyungiedodyo ! Kenapa mention-ku yang terakhir tak kaubalas?!""
Beberapa detik kemudian, mention yang lain sudah penuh dengan balasan lagi. Bukan dari Jongin, sih, melainkan dari para Kaisoo shipper.
"/at/kaisooaddict: gyaaah mereka real!"/at/jonginiekji: hyung /at/kyungiedodyo ! Kenapa mention-ku yang terakhir tak kaubalas?!""
"/at/jonginniekyung: I'm bleeding omfg they'r cute!"/at/kyungiedodyo: Tenggelem sama mention fans, sori, Jongin."/at/jonginiekji: hyung /at/kyungiedodyo ! Kenapa mention-ku yang terakhir tak kaubalas?!"""
"/at/anaknyakaido: nikah aje buruaan ah keburu chansoo sailing neh asdfghjkl"/at/kyungiedodyo: Tenggelem sama mention fans, sori, Jongin."/at/jonginiekji: hyung /at/kyungiedodyo ! Kenapa mention-ku yang terakhir tak kaubalas?!"""
Kyungsoo memutar bola matanya imajiner. Dasar fujoshi zaman sekarang.
Dan tak lama kemudian, mention masuk lagi. Kali ini dari Jongin.
"/at/jonginniekyung: setidaknya kau membalas pesanku T-T"/at/kyungiedodyo: Tenggelem sama mention fans, sori, Jongin.""
Selang beberapa detik saja, fans mereka malah me-retweet mention itu.
"/at/fanbasedyoshi: mungkin mereka mau kencan."/at/jonginniekyung: setidaknya kau membalas pesanku T-T"/at/kyungiedodyo: Tenggelem sama mention fans, sori, Jongin."""
"/at/yadongjongsoo: atau mau ence-an?"/at/fanbasedyoshi: mungkin mereka mau kencan."/at/jonginniekyung: setidaknya kau membalas pesanku T-T"""
Apasih? –batin Kyungsoo. Dan iapun membalas lagi.
"Pulsa sms habis."/at/jonginniekyung: setidaknya kau membalas pesanku T-T"/at/kyungiedodyo: Tenggelem sama mention fans, sori, Jongin."""
Nun jauh di London—Jongin cengo.
Mention lagi-lagi masuk.
"/at/squishydyo: bias gue kere T.T"/at/kyungiedodyo: Pulsa sms habis."/at/jonginniekyung: setidaknya kau membalas pesanku T-T"""
"/at/anekdotkaisooh: sini nomer lo, gue isiin pulsa."/at/kyungiedodyo Pulsa sms habis.""
"/at/kyungiedodyo: cek dm"/at/anekdotkaisooh: sini nomer lo, gue isiin pulsa."/at/kyungiedodyo Pulsa sms habis."""
Nun jauh di sana, pemilik akun anekdotkaisooh mimisan sambil ngutang pulsa ke konter terdekat.
Tak lama kemudian, ponselnya berdering lagi, kali ini sebuah sms masuk. Dari siapa lagi kalau bukan Kim Jongin?
from : Jong
hyung, kita tinggalkan saja mention twitter. Terlalu penuh.
Kyungsoo mengetik kilat.
to : Jong
Ok.
Tring! Pesan masuk.
from : Jong
Singkat sekali, sih hyung!
Kyungsoo, memutar matanya.
to : Jong
Apa lagi?
Tring! Pesan masuk lagi.
from : Jong
Ya apa kek. Aku kangen hyuuuunggg~ kyaaaa
Kyungsoo mendelik tajam. Ada apa dengan 'kyaaa' yang terakhir itu?
Dan seperti itulah—Jongin selalu mencercanya dengan sms sampai pukul empat pagi.
Flashback end
.
.
.
Kyungsoo berjalan terseok-seok menuju dapur apartemen yang mereka tempati sementara. Di sana sudah ada Chanyeol dan Baekhyun, sementara Chen masih berkutat dengan televisi di ruang tengah.
"Baek..."
Baekhyun masih sibuk memotong sayur.
"Baekhyun..."
"Apa, Yeol."
"Roti panggangnya gosong."
"Oh," jeda lempeng, "buang saja."
Kyungsoo cengo. Apa-apaan ini!
"Ya! Apa yang kalian lakukan di dapur!" teriaknya nyaring.
Baekhyun—yang sedang memotong sawi—dan Chanyeol—yang sedang mengupas bawang merah sambil mengusap air mata—menoleh menatap Kyungsoo.
"Memasak," jawab mereka bersamaan.
"Memasak?" tanya Kyungsoo. "Kalian memasak apa dengan roti gosong, sawi dipotong memanjang, dan bawang merah?"
Baekhyun dan Chanyeol saling memandang sawi dan bawang merah yang ada di depan mereka, kemudian saling bertukar pandang. Sejurus kemudian, mereka menatap Kyungsoo sambil mendesah pasrah.
"Kami hanya mencoba memasak apa yang ada saja. Karena hanya ada roti, bawang, dan sawi, maka kami mengolahnya," kata Chanyeol sambil membereskan kekacauan yang ada.
Kyungsoo menghela napas panjang. "Kenapa tak meminta tolong padaku?"
Baekhyun dan Chanyeol, lagi-lagi saling bertukar pandang. Chanyeol menyikut lengan Baekhyun, mencoba menyuruhnya bicara.
"Erm—"
Kyungsoo mendelik tajam. Ia mencium gelagat aneh ketika melihat Baekhyun yang balik menyikut Chanyeol.
"Erm—itu. Kami sebenarnya ingin memasak untuk ulang tahunmu." –dikatakan dengan cengiran lima jari khas Chanyeol dan mata yang terbelalak lebar.
Kyungsoo mendengus. Ia berjalan melewati keduanya, membuang semua sawi yang berceceran—itu membuat Baekhyun sedikit terluka—dan bawang putih yang sepertinya hanya ditusuk-tusuk saja oleh Chanyeol. Kemudian ia menuju ke tempat pemanggang roti, membuang semua roti gosong di sana.
Selama jemarinya memanggang roti yang baru, ia berkata, "kalian takkan sebaik itu padaku sampai mau repot-repot memasak untukku dan bangun pagi. Ada apa?"
"TIDAK ADA APA-APA!"
Kyungsoo mendengus mencela. Ia masih berkutat pada rotinya. "Gelagat kalian kentara sekali, tahu?"
Nun di belakang punggung Kyungsoo sana—Baekhyun dan Chanyeol saling menginjak kaki.
Setelah setengah jam—tanpa gangguan dan rintangan berarti—Kyungsoo telah menyiapkan roti selai kacang dan stroberi di atas meja. Iya, iya. Cuma roti selai akhirnya. Toh mau gimana lagi? Adanya cuma itu—batin Kyungsoo.
Chen, Baekhyun, Chanyeol dan Kyungsoo telah duduk melingkar di meja makan. Maksudnya duduknya di kursi, tapi melingkari meja—bukan duduknya di meja secara melingkar.
"Hanya ini sarapan kita?"
Twitch! Kalau dalam manga atau anime, pasti di dahi Kyungsoo sudah ada perempatan dengan background hitam-hitam suram.
"Memangnya kau harap akan sarapan apa?" tanya Chanyeol sambil mencomot dua roti sekaligus.
"Pizza atau burger. Yah setidaknya fettucini atau fusili," lanjut Chen watados—wajah tanpa dosa.
Twitch! Perempatan imajiner Kyungsoo nambah satu lagi.
"Sukur-sukur ada steak tenderloin medium."
Twitch twitch twitch! Muka Kyungsoo jadi abstrak berubah jadi perempatan imajiner semua. Sekali tarikan napas, dan—"YASUDAH KALAU KAU TAK MAU MAKAN ROTI ISI! PERGI BELI SENDIRI SAJA SANA! MEMANGNYA KAU TAHU TEMPAT MAKAN DI KOTA INI HAH JONGDAE?!"
Chanyeol dan Baekhyun mengkeret di kursi masing-masing. Sementara Chen masih bertampang datar.
Gila si Chen—udah kena semprot masih lempeng aje.
Dengan tenangnya, si Chen merogoh saku celananya, mengeluarkan ponsel putihnya.
/"Good morning. Pizza Frenzie here. Would you like to buy the meals?"/
Chen menggaruk tengkuknya—lebih ke bingung bahasa Inggris daripada gatal. "Um—yes, yes. I like meals."
Di seberang meja, Kyungsoo memicing tajam. Apa yang dilakukan manusia kotak satu ini?—batinnya.
/"Okay. Please select your items, Sir. Would you like to take it away?"/
Menyerah karena kosa-katanya sama sekali tak menemukan arti kalimat itu, Chen mendesah sambil menyodorkan ponselnya pada Kyungsoo. "Tolong bilang bahwa aku ingin pesan pizza padanya, Kyung. Bbuing-bbuing~"
"Najis." Kyungsoo merebut ponsel Chen kasar, kemudian mencoba berbicara dengan aksen American-nya, walau grammar -nya salah sih.
"Oh—please send me two boxes of pizza."
/"Medium or Jumbo?"/
Kyungsoo berpikir sejenak. "Err—Jumbo?"
/"Would you like to put an extra cheese?"/
"Em—no."
/"How about the topping? Would you like to put mushroom in it?"/
"Apa aja dah penting gue makan pizza," jawab Kyungsoo gendok. Sialan. Mau makan pizza sepotong aje belibet amat.
Lalu panggilannya ia matikan. Nun jauh di sana—si pelayan mencak-mencak sambil misuh-misuh khas orang bule, seperti—fuck, shit, bitch, damn, for God's sake.
"Kyung?"
"APA LAGI?!"
"Kau belum memberitahu alamat kita."
Kyungsoo menatap Chen datar. "Oh..."
Lalu ia menghubungi restoran itu lagi—yang entah darimana Chen mendapatkannya.
/"Good morning. Pizza Frenzie here. Would you like t—"/
"I'm Kyungsoo who called you two seconds ago. Um—I did not mean to end the calls up. And yes, please send me two boxes of pizza with no extra cheese or mushroom or seaweed or whatsoever. Please send it to Muvrere Hotel at Froste Avenue 324."
Klik. Telepon mati.
Sejam kemudian, pesanan mereka datang. Kyungsoo hanya bisa menatap heran pada ketiga temannya yang makan seperti tak ada hari esok. Maklum, mereka kan makannya bulgogi mulu. Paling mentok ya hot pot atau samgyeopsal.
Di sela-sela kegiatannya memandangi tiga makhluk penyedot makanan itu, ponselnya berdering lagi. Ia merogoh saku celananya, dan ketika ia tahu bahwa itu panggilan dari Jongin, ia bergegas pergi menjauh.
"Halo?"
/"Halo halo, halo-halo Bandung?! Hyung kenapa kau sama sekali tak membalas pesanku? Mention tak dibalas, kau malah membiarkan fans kaisoo itu yang membalasnya. Postwall-ku di facebook juga kaukacangi. Apa maksudmu hyuuuung."/ Dan setelah itu, nun jauh di seberang telepon, terdengarlah isak tangis disertai suara srot panjang.
Kyungsoo menghela napas sambil memijitnya frustrasi. "Aku sibuk."
/"Sibuk apa?!"/
Kyungsoo berbalik untuk menatap Chanyeol-Baekhyun-Chen dan—asdfghjkl manager hyung yang kini malah bergabung dengan ketiganya, berebut tetelan sosis dan pinggiran pizza. "Memberi makan monster kelaparan."
/"Tapi kan tak seharusnya kau mengabaikanku hyuuuuung."/ –merengek lagi.
"Aku tak mengabaikanmu, Jongin-ah."
/"Kau iya!"/
Kyungsoo menghela napas panjang. "Jongin, dengar. Kau terlalu berlebihan. Aku memang benar-benar sibuk dan lelah sekarang. Tadi malam kau hanya memberiku waktu sejam untuk tidur karena kau terus mengirimiku pesan dan merengek minta kutemani. Sekarang kau memarahiku karena aku tak membalas pesanmu," jeda, Kyungsoo mendesah lelah, "hyung sedang lelah, Jongin-ah. Apakah kau tidak bisa melakukan aktivitas lain selain menghubungiku? Bukankah kau bisa pergi berjalan-jalan bersama Sehun atau yang lain?"
Detik demi detik berlalu dalam keheningan. Kyungsoo menggigit bibir bagian dalamnya, menyadari bahwa perkataannya terlalu kejam. Ia sebenarnya tahu Jongin merindukannya. Tapi, ia tidak salah. Ia tak berbohong. Kyungsoo terlalu lelah. Jadwal padat dan Jongin yang setiap menit minta dihubungi bukanlah perkara mudah.
"Jongin-ah..."
Klik. Telepon itu dimatikan secara sepihak.
Kyungsoo menunduk, mendesah pasrah sembari memandang telepon genggamnya. Jongin ngambek.
Kyungsoo baru saja akan menggalau dengan jendela kaca besar di hadapannya, yang kebetulan di depannya ada air mancur. Ia malah sudah ancang-ancang mau nyetel lagu soundtrack film Cart yang dia nyanyikan sendiri. Pas banget buat suasana galau!
Baru juga Kyungsoo mau mulai galau, manager hyung sudah menepuk bahunya.
"Apa, manager hyung?"
"Kau istirahatlah."
Kyungsoo mendelik tajam. "Huh? Bukannya kita ada acara pagi ini?"
Manager hyung mengangguk. "Memang. Tapi kau tak usah ikut juga tak apa. Hari ini hanya wawancara. Chen, Chanyeol dan Baekhyun sudah cukup."
"Maksudmu aku tak penting untuk diwawancarai karena aku pelit bicara, gitu?" tanya Kyungsoo tajam. Aura membunuh khas satansoo keluar.
Manager hyung udah keringet dingin. "Bu-bukan begitu..."
Nun di belakang punggung Kyungsoo, terselip pisau lipat. Sementara di atas kepalanya, tumbuh dua seringai setan imajiner.
Manager hyung menelan ludah gugup. "I-itu... Jo—Jongin sedetik yang lalu anuin aku."
"Anjis ambigu hyung!"
"A-anu... maksudnya, Jongin sedetik yang lalu mengirimiku pesan bahwa kau disuruh tidur saja. Katanya kau kurang enak badan, begitu."
Kyungsoo terperangah.
Jongin?
"Jongin memintamu mengosongkan jadwalku, begitu?"
Manager hyung mengangguk.
Kyungsoo pundung. Ia menundukkan wajahnya menyesal. Mendadak ia benci pada dirinya sendiri—bisa-bisanya ia membentak Jongin seperti tadi.
Kyungsoo mendesah lelah—entah sudah kali keberapa ia mendesah hari ini. Ia seharusnya tahu kalau Jongin hanya ingin berkomunikasi dengannya. Jongin pasti merindukannya karena tak bisa di samping Kyungsoo saat ultahnya hari ini. Apalagi besok hari mereka, dan lusa adalah ulang tahun kekasihnya. Kondisi mood Jongin pasti berada di titik terendah.
Dan Kyungsoo membuatnya semakin keruh karena telah membentaknya. Great job, satansoo.
Dan hapenya berdering—memecah keheningan di sana.
Kyungsoo buru-buru pergi dari hadapan manager hyung, karena ia tahu itu adalah telepon dari Jongin.
/"Ha—"/
"Jongin maafkan hyung." Kyungsoo menyela. Nadanya bergetar hebat.
/"Hyung apa ya—"/
"Maafkan hyung telah membentakmu tadi. Hyung tahu kau hanya kangen padaku. Maafkan hyung, Jongin-ah."
/"Hyu—"/
"Aku tak berniat kasar padamu. Seharusnya aku tahu kalau kau hanya rindu dan ingin ngobrol denganku. Aku—minta maaf. Aku baru saja tahu kalau kau meminta manager hyung untuk menyuruhku istirahan dan mengosongkan jadwalku..."
/"Hyung ak—"/
"Aku seharusnya tahu kalau kau terlalu mengkhawatirkan dan mencintaiku sampai-sampai kau tak ingin melewatkan hari ulangtahunku tanpaku. Aku seharusnya sadar betapa kau mencintaiku..." lanjutnya dengan nada yang semakin parau.
Bisa Kyungsoo dengar kalau Jongin mendesah di ujung telepon. /"Hyung..."/
"..."
/"Kau bodoh."/
Kyungsoo menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan tangis.
/"Kau bodoh karena baru menyadarinya, Hyung."/
"H-hyung tahu k-ka—"
/"Dan apakah kau sudah sadar jika kemaren malam aku meminta Chanyeol dan Baekhyun Hyung agar memasakkan sarapan untukmu agar kau tak perlu repot-repot memasak untuk mereka?"/
"A—"
/"Dan apa kau tak curiga darimana Chen Hyung mendapatkan hotline fastfood kalau bukan dariku yang lembur mengecek di internet tentang nomor telepon fastfood di Barcelona?"/
"A—ak..."
Jongin menghela napas panjang. /"Dan—kutebak kau belum sadar jika di belakang sana, ketiga teman kita sudah bersiap dengan kado yang kutitipkan pada mereka?"/
Kyungsoo cengo. Mulutnya terbuka dengan mata melebar sempurna.
Dan ketika ia menoleh ke belakang—
Ia memasang wajah malas.
Ketiga teman idiotnya tengah ribut menotol-notol kue tart besar, sementara sebuah boks kecil tergeletak begitu saja di lantai. Kertas kado yang membungkusnya sudah robek sana sini, pun penuh dengan kotoran bekas pizza yang mereka makan tadi.
/"Hyung..."/
Kyungsoo terperanjat ketika suara Jongin terdengar kembali. "Y-ya?"
/"Walaupun kita berpisah sedemikian jauh, walau kau susah dihubungi dan mention kita penuh dengan fangirlingan kaisoo shipper, kau seharusnya sadar jika aku akan selalu ada di sana bersamamu, walau raga kita terpisah jauh. Walau samudra mencoba menghalangi, walau aku tak bisa berbahasa Inggris untuk bahkan bertanya di mana itu Barcelona... Seharusnya kau sadar dari awal, kalau aku akan selalu menjagamu dan membuatmu bahagia."/
Kyungsoo tak ingin terlihat girly dengan cara mewek hanya gegara Jongin yang sok puitis dan sok romantis. Tapi—asdfghjkl! Kata-katanya dalam sangat! Kyungsoo hampir meleleh mendengarnya.
/"Kau tunggu saja, Hyung. Ketika kita sudah sama-sama pulang dari kegiatan kita masing-masing, aku yang akan lebih dulu sampai di dorm. Aku akan membukakan pintu untukmu dan memelukmu mengucapkan 'selamat datang Hyung!' seperti biasanya."/
Kyungsoo sudah tak tahan! Persetan dengan image-nya sebagai lelaki! Ia hanya ingin menangis!
"J-Jongin..."
/"Uljima, Hyung..."/
"..."
/"Selamat ulangtahun, Kyungsoo Hyung. Aku mencintaimu..."/
Bukannya menjawab 'aku juga mencintaimu', tapi Kyungsoo malah tertawa. Ia tertawa sementara matanya menangis bahagia.
Seharusnya dari awal dia sudah tahu kalau berpacaran dengan teman satu grup-nya yang bernama Kim Jongin itu melelahkan. Jongin itu manja, nakal, mesum, suka merajuk, suka molor, kalau makan tak pernah sedikit, suka mengganggu—dan kekurangan lainnya.
Seharusnya Kyungsoo sadar dari awal, kalau ini semua takkan berjalan mulus-mulus saja.
Tapi satu yang ia yakin—Jongin adalah satu-satunya takdir yang mampir dalam hidupnya. Jongin selalu mencintainya, Jongin selalu ada untuknya.
Dan satu yang ia yakini—bahwa ia...
...mencintai Jongin lebih dari apapun di dunia ini.
"Aku harus jawab apa?" tanya Kyungsoo sok polos.
/"Apa saja Hyuuuung. Nado, misalny—"/
"YAK! Kyungsoo lihatlah! Chanyeol menjatuhkan kuemu sampai tak berbentuk!"
Kyungsoo berbalik menatap ketiga sahabatnya yang melotot takut dan—
—sebuah roti tart yang teronggok hancur lebur di atas lantai.
"YA! MATI SAJA SANA KAU DASAR BEDEBAH BERENGSEK!"
/"H- Hyung k-kau... mengataiku a-apa?"/
Kyungsoo geragapan. "Ti—tidak, Jongin. Bu-bukan kau... Sungguh... Sumpah. I-itu karena Cha—"
/"H- Hyung, kau t-tidak mencintaiku? A-apa kau tidak suka kado d-dariku?"/ –dan isak tangis serta bunyi srot panjang kembali terdengar.
Kyungsoo memijit pelipisnya frustrasi.
Ya... Seharusnya dia tahu.
Berpacaran dengan Kim Jongin memang tak semudah angannya.
.
.
.
FIN
a/n : happy belated bday uri Kyungsoo! Selamat ulangtahun our squishy Kyungsoo! Semoga cepet diresmikan hubungan sama Jongin-nya ya! /digamvar/
