Bleach Tite Kubo
Something Wrong by Fidyagami
2015
Warning : AT, OOC (maybe), Typo(s).
...
...
...
Semenjak mengetahui kekuatan yang sebenarnya dari Sode no Shirayuki. Dunia Rukia berubah. Ia tidak menyangka pedang yang bersamanya selama ini memiliki sisi yang begitu menakjubkan. Sampai saat ini, semua orang bahkan Byakuya Kuchiki mengakui kehebatan yang dimilikinya. Rukia pantas bangga mendapatkan itu.
Ia hanya perlu beberapa hal lagi: menyempurnakan penggunaan Shikai dan menguasai dirinya ketika menggunakan Bangkai. Kedua hal itu perlu ia tingkatkan agar kekuatannya sempurna—seperti apa yang dimiliki Renji dan Ichigo. Walaupun kedua temannya itu memiliki kekuatan yang sama menakjubkan dengan dirinya, tetapi Sode no Shirayuki tidak seperti kedua Zankpakutou mereka. Zabimaru dan Zangetsu tidak akan membuat aliran darah mereka berhenti saat menggunakannya. Dan harus Rukia akui, ini cukup sulit.
Maka dari itu, usai perang dengan Quincy, ia terus-terusan berlatih bersama anggota divisinya. Semua itu, ia lakukan hampir setiap hari.
Rukia berdiri di tengah lapangan, ia sudah siap untuk berlatih pagi ini. Sementara di pinggir lapangan bulat ini, ada ratusan divisi 13 yang sudah siap untuk menonton fukutaicho-nya. Oh, mereka juga sudah memakai jaket tebal anti kedinginan. Ini sudah mereka persiapkan kalau-kalau saat menonton Rukia berlatih, besoknya mereka terkena flu—bahkan lebih dari hal itu.
Dan di hadapan Rukia, seperti biasa, Byakuya dan Renji yang menantangnya.
Saat Rukia menarik pedang dari sarung Zankpakutou, semua orang dapat merasakan bahwa lantai yang mereka pijak ini bukan lagi terbuat dari semen. Lantai ini sudah menjelma seperti es yang membeku untuk arena seluncur.
"Bertambah hari kau semakin dingin saja, kali ini berapa derajat?" Dengan semangat Renji mengacungkan Zabimaru.
"-200 derajat, ini seperti kemarin," beritahu Rukia. Dalam keadaan seperti ini, Rukia dapat merasakan aliran darahnya berhenti mengalir, jantungnya membeku dan hanya reishi yang dapat mengendalikan ini. Ya, memang seperti ini, ia serasa mati jika menggunakan ini.
"Baiklah tidak usah buang-buang waktu." Byakuya maju duluan untuk memulai semuanya.
"Selamat pagi Ichigo-kun."
"Oh, Ukitake-san, selamat pagi." Ichigo berhenti, ia mengahampiri Ukitake yang menyapanya dengan kondisi yang tidak terlalu baik. Ya, itu terlihat sekali.
"Apa kau ingin ke tempat Rukia-chan berlatih?"
"Ya, hari ini Rukia memintaku kemari untuk mengajak berlatih bersama, dia bilang, dia butuh banyak teman untuk berlatih."
Mendadak Ukitake terbatuk-batuk. Pria itu merasakan sakit di bagian dadanya. Dan kemungkinan ini disebabkan hawa dingin yang berada cukup jauh dari sini. Dinginnya benar-benar menusuk sampai ke dalam tulang.
"Ukitake-san! Apa anda baik-baik saja?" Ichigo menggiringnya ke pinggir, membawa mereka pada sebuah bangku yang berada di depan kolam ikan koi. "Di sini dingin sekali soalnya."
"Kondisiku dari dulu seperti ini, lagipula aku suka dingin." suaranya terdengar lirih dan Ichigo menyadari hal itu.
Kondisinya terlihat sekali lebih melemah dari sebelumnya. Wajahnya terlihat lebih kurus, dan napasnya terdengar cukup berat. "Sebaiknya anda beristirahat sebentar."
"Tidak perlu, sebab ada yang ingin aku bicarakan padamu."
Ichigo terdiam, itu berarti ia akan memenuhi permintaan pria berambut panjang itu.
"Ichigo-kun, aku tidak menyangka sampai sini kau, Abarai-fukutaicho dan juga Rukia-chan akan memiliki kekuatan sampai batasanya, lalu kalian melindungi Seiretei."
"Yaaa, karena memiliki kekuatan-lah makanya bisa melindungi sesuatu." Ichigo merespon dengan santai, padahal Ukitake mulai serius.
"Tapi, diantara kalian bertiga aku lebih mencemaskan soal Rukia."
"Apa yang kau cemaskan dari dia?" dari obrolan ini, raut wajah Ichigo mulai serius.
"Kau tahu kan, kekuatannya cukup berbahaya, dan satu kesalahan saja bisa membuatnya terbunuh."
"Jangan khawatir." Ichigo berkata penuh dengan percaya diri yang tinggi. "Aku sudah melihat perkembangan Rukia, aku tidak menyangka sampai sini dia bisa mengerahkannya."
Ada sebuah pandangan skeptic yang diberikan kepada Ichigo, hal itu tidak terlalu disadari oleh pria berambut orange ini. "Ada tiga hal yang aku khawatirkan."
"Ya ampun, kalian membicarakan Rukia-chan ternyata." Kyouraku mendadak datang dari arah selatan. Sontak kedua orang itu menoleh.
"Kyouraku-san!"
"Di sini hawanya lebih berasa dingin sekali daripada ruang divisi satu." Pria berjenggot itu terus saja mengomel dan berhenti di hadapan mereka. "Rukia-chan memang berkembang dengan pesat."
Ichigo tidak menghiraukan ocehan Soutaicho yang terkenal dengan main-mainnya, ia hanya penasaran dengan ketiga hal yang dikhawatirkan dari Rukia.
"Omong-omong apa yang harus dikhawatirkan dari kekuatan Rukia?"
Mendengar itu wajah Kyouraku mendadak serius, dan itu menunjukan biar Kyouraku saja menjelaskan semua ini. "Entahlah, pusat 46 masih mendiskusikannya. Yang jelas ada hal yang perlu dikhawatirkan. Pertama adalah, nyawa Rukia-chan, lalu nyawa orang-orang tak berdosa yang berada di sekitarnya. Dan kemudian..." Soutaicho menggantung kalimatnya, ia memandang ke arah kolam ikan koi yang sepertinya tidak cukup banyak berkembang biak.
"Sepertinya pusat 46 tidak menyukai kekuatan Rukia." Kyouraku terlihat main-main saat mengatakan hal yang terakhir.
"Apa itu benar?" Ichigo bertanya untuk meyakinkan dirinya. Mendadak ada sebuah kecemasan yang muncul pada dirinya.
"Ya, masih belum tahu." Kyouraku berbalik dan sepertinya ia akan berjalan menuju ke tempat latihan divisi 13. "Ayo, lebih baik kita melihat latihannya saja."
"-300."
Mendengar itu Renji melompat ke atas salah satu menara tertinggi yang berada di pinggir lapangan itu. "Apa?! -300? Pantas saja aku merasakan tulangku ingin retak." Berdekat-dekatan dengan Rukia membuatnya tidak bisa bergerak atau melawan. Ia seperti bertarung di dalam laut kutub selatan, itu membuatnya susah bergerak, susah memanaskan otaknya untuk mengatur sebuah strategi.
Dan sama halnya dengan Byakuya, pria itu lebih memilih berdiri di atas menara juga, "melelehlah dengan perlahan. Aku rasa cukup sampai di sini."
"Baik." Rukia mengerti, ia segera memasukkan Zankpakutou-nya ke sarung. Perlahan tubuhnya memanas. Ia hanya butuh beberapa detik untuk membuat kondisi menjadi seperti semula.
Saat Ichigo dan kedua kapten gotei 13 sampai ke lapangan ini, ia melihat beberapa tandu keluar dari sana. "Ada divisi 4. Memangnya mereka kenapa?" Ichigo menghampiri salah satu anggota divisi 4 yang sedang mengangkat seorang pria ke atas tandu.
"Mereka mengalami hyportemia mendadak, kami akan segera membawanya dan menyembuhkannya."
Ichigo melihat kondisi pria itu. Padahal ia sudah mengenakan jaket hangat yang tebal, tetapi melihat bibirnya yang membiru dan badannya yang menggigil, mungkin ini sudah kelewat batas.
"Dia baru saja melawan Rukia?"
Perempuan itu hanya menggeleng, "dia hanya menonton saja. Baiklah kalau begitu saya permisi." Kemudian wanita itu dan temannya mengangkat pria tadi.
"Kami mengkhawatirkan nyawa orang yang berada di sekitarnya."
Perkataan Kyouraku terlintas, membuat Ichigo merasakan desiran perasaan takut di dadanya. Apakah mungkin Rukia...
"Ichigo!"
Pria yang disebut itu menoleh, ia melihat lambaian tangan gadis yang mengganggu pikirannya.
"Kau terlambat, sudah aku bilang datang pagi-pagi kemari."
Ichigo menghentikan laju langkahnya tepat di hadapan gadis bertubuh mungil itu. Selama perang kemarin, Ichigo tidak terlalu memperhatikan perubahan yang dialami Rukia. Selain rambut pendeknya ia sekarang menjelma menjadi putri es yang benar-benar kuat.
"Seperti biasa, Kon memaksa ingin ikut tapi aku tidak mau mengajaknya. Dan perdebatan pun terjadi."
Rukia memutar bola matanya, membayangkan keributan yang berada di dalam kamar Ichigo. Pasti berisik sekali. "Biar kutebak, pada akhirnya kau memberikan tubuhmu juga kepada Kon, kan?"
"Asal dia tidak menggoda wanita dan menghancurkan harga diriku saja."
Rukia tertawa mendengar itu. Sudah berapa lama ia tidak berada di dalam kamar Ichigo, tiga tahun? Rasanya lebih dari itu.
"Oi Ichigo, tumben sekali kau datang kemari, kurasa tidak ada yang perlu kau lakukan di sini." Mendadak Renji datang mendekat sambil menenteng Zankpakutou-nya.
"Memangnya kau bisa melarangku kemari?"
Rukia hanya bisa menghela napas saat kedua kepala pria berambut menyala di hadapannya saling melempar tatapan kilat yang berapi-api. Ya, mereka selalu begitu, beginilah cara Renji dan Ichigo menjalin sebuah pertemanan.
"Ukitake-taicho!" Rukia mengabaikan kedua pria itu dan menghampiri Ukitake. "Ah, Soutaicho ada di sini juga." Rukia tidak menyangka pagi ini ia akan kedatangan tamu para kapten.
"Yoo, Rukia-chan. Perlu kau ketahui, dari ruang divisi satu aku bisa merasakan reiatsu-mu yang begitu besar," Kyouraku menepuk-nepuk puncak kepala Rukia. "Hebat sekali."
Tidak bisa dipungkiri wajah Rukia mendadak bersemu. Ia malu.
"Aku juga tidak menyangka bahwa kau sangat berbakat."
"Aa, terimakasih banyak atas pujiannya!" Rukia hanya membungkukkan badan, tapi ia merasakan sebuah denyutan kuat di bagian punggungnya. Setahunya, baik Renji atau nii-sama tidak menyerang bagian itu.
Ukitake menyadarinya dan ia langsung bertanya. "Apa kau baik-baik saja?"
Saat Rukia menegakkan punggungnya kembali, rasa sakit itu datang menghampirinya lagi, sakitnya seperti saat terkena tebasan pedang yang cukup dalam. "A-aku baik-baik saja." Rukia menarik senyum agar kedua taicho yang berada di hadapannya percaya. "Oh ya, taicho. Sepertinya latihanku kali ini cukup banyak membuat penonton jatuh pingsan." Pandangan Rukia tertuju ke pinggir lapangan, masih ada beberapa divisi 4 yang sibuk berkeliling di sana. Melihat itu pandangannya meredup, sedikit banyaknya ia juga merasa bersalah.
"Mungkin lain kali kau tidak perlu membiarkan mereka menontonmu saat berlatih," Kyouraku menjawab dengan santai. "Apa kau sudah dengar, kemarin ada beberapa divisimu yang harus dimakamkan karena hanya melihatmu berlatih, kita sudah banyak kehilangan pasukkan semenjak divisi kemarin. Apa kau mau kala..."
"...ya, aku tidak mau." sela Rukia cepat. Rukia menundukkan kepala, apakah kekuatan Sode no Shirayuki seperti ini sebenarnya? "Lain kali aku akan berhati-hati."
Karena melihat bawahannya mendadak mengeluarkan wajah menyesal, Ukitake merasa bahwa Kyouraku sudah kelewatan. "Tidak masalah, mungkin karena anggota divisi 13 belum terbiasa saja." Ukitake mengibas-ibaskan tangannya.
Rukia mengangkat kepala, ia menarik sebuah senyum tipis. "Baiklah, sekarang aku akan menyelesaikan tugas di ruangan." Sebelum pergi, Rukia ingin membungkuk di hadapan mereka. Tetapi ia memiliki pemikiran yang lain, jika ia membungkuk apakah rasa sakit di punggungnya akan berdenyut lagi? Dan jika ia langsung pergi saja dari sana, akan sangat tidak sopan di hadapan orang-orang.
Ternyata benar, punggungnya berdenyut kembali, kali ini lebih sakit dari sebelumnya. Ia seperti dicabik-cabik oleh beberapa pedang sampai menembus tulang sumsum dan aliran darahnya. Rukia tak tahan lagi. Ia juga tidak ingat kalau detik ini ia malah tersungkur ke atas tanah.
"Rukia!"
Byakuya mendengar terikkan itu dari tempatnya berdiri. Saat pemimpin klan Kuchiki itu berbalik, ia hanya mendapati Kyouraku sudah berada di hadapannya.
"Yoo, Kuchiki-taicho, adikmu akan segera dibawa ke ruangan divisi 4, tenang saja." Ia tersenyum lebar. Benar-benar tipikal orang yang santai sekali.
"Ada apa?"
"Apa kau punya waktu? Bagaimana kalau kita minum sake?"
.
つ づ く
.
(A/N)
Seharusnya aku ngetik fanfic untuk event di fandom lain ya, malah menulis imajinasi liar ini.
Okay, makasih syudah membaca, akan sangat menyenangkan jika kalian menulis sesuatu untukku, gyahahah.
Salam
-fidy-
